Six.

23 0 0
                                    

Sekarang gue ada diatas panggung duduk dikursi dengan gitar di pangkuan

Gua petik senar gitarnya, Melewati intro dan masuk di lirik pertama

Jangan tanyakan perasaanku
Jika kau pun tak bisa beralih
Dari masa lalu yang menghantuimu
Karena sungguh ini tidak adil

Bukan maksudku menyakitimu
Namun tak mudah 'tuk melupakan
Cerita panjang yang pernah aku lalui
Tolong yakinkan saja raguku

Pergi saja engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka

Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah

Hidup memang sebuah pilihan
Tapi hati bukan 'tuk dipilih
Bila hanya setengah dirimu hadir
Dan setengah lagi untuk dia

Pergi saja engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka

Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah

Bukan ini yang kumau
Lalu untuk apa kau datang
Rindu tak bisa diatur
Kita tak pernah mengerti
Kau dan aku menyakitkan

Pergi saja engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka

Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah
Di waktu yang salah

Dengan memelankan suara di bait terakhir gua menyudahi Nyanyian itu, semua orang yang tadinya ikut bernyanyi kini bertepuk tangan

"Huaaaa, Tasya Deina bener ga?" Gua ngangguk sambil senyum

"Oke deh kalo gitu Terimakasih Tasya," gua turun dari panggung, Masih ada yang harus gua kerjain

"Sya, Ada Alumni mau masuk" Revan datang dengan muka paniknya

"Ayo ikut gua"

"Gua udah minta Pak Yanto buat usirin mereka" setidaknya Ucapan Revan buat gua sedikit tenang

"Kalian ini udah Alumni udah pernah ngerasain gimana pensi di SMA" samar samar terdengar suara Jeno

"Kakak maaf ya kami tidak memperbolehkan Alumni untuk masuk" Gue Maju menghadapi para alumni di depan Gerbang yang seperti zombi kelaparan,

"Kalian Tuh udah dewasa umur tua ko otak udang" Mulut gua emang gabisa dikontrol

"Kalian fikir kalian siapa bisa ngehalangin kita huh? OSIS itu cuma BABU" kata salah satu alumni dia berteriak di kata Babu

"SETIDAKNYA DISINI KAMI PUNYA JABATAN, KAMI GA GILA HORMAT TAPI NYATANYA KAMI MEMANG TERHORMAT, BUKAN SEPERTI KALIAN PARA PECUNDANG YANG MAU TENAR DENGAN CARA YANG BIKIN BEGO DIRI" gua berteriak dihadapan mereka

"Bukan dengan cara mudah kami mendapatkan gelar OSIS, Bukan dengan cara kecil kami menggukanan almamater Osis, ngga gampang kita melangkah masuk ke ruang Osis, Kami ini orang orang terpilih kami orang yang dipercaya kami dikenal bukan karena masalah seperti kalian para Pecundang kami Punya prestasi"  Gua udah ga tahan sama Mulut mereka

"LAH KAN EMANG BENER OSIS ITU BABU" gua kenal dia siapa, Dia Adel Mantan Ketua Osis Angkatan ke 13 Kalo ga salah

"Oh berarti kakak Babu dong, Ko Kaka ga ngaca babu ko ngatain babu" Gua ga kuat sumpah,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang