A Date

330 69 11
                                        

"Taeyong!" Pekikan bernada berisik dari Chittaphon Leechaiyapornkul adalah hal yang paling Taeyong hindari setelah baru bisa tidur pada pukul tiga dini hari.

Lagi pula ini hari Minggu! Dan Taeyong berhak mendapatkan tidur berkualitasnya hari ini.

"Taeyong, bangun!" Sialan, sampai kapan pemuda Thailand itu berhenti berteriak kepadanya? "Cepat bangun! Di depan ada pangeran tampan sedang mengobrol dengan Johnny-ku!"

Taeyong bedecak kesal. Di lemparnya selimut bemotif Pokemon miliknya ke lantai. Keningnya berkerut dan memandang Ten dengan wajah siap menerkam, "Berhenti mengoceh dan menyebut Johnny dengan panggilan menggelikan itu, Chitta!"

"Panggil aku Ten dan berhenti bermalas-malasan Lee! Angkat bokongmu lalu mandi sana!"

Tarikan kuat diterima Taeyong pada lengannya. Oh ya ampun, tenaga Ten bukan main kuatnya! Mungkin ia tertular energi Johnny karena mereka sering bersama.

"Tunggu pembalasanku Chitta!" Teriakan Taeyong hanya menjadi angin lalu. Teredam pintu kamar mandi yang tertutup dan tawa geli dari bibir Ten.

Ah, serta sebuah tanya dari seseorang yang kini mengalihkan atensinya dari secangkir kopi pagi yang dihidangkan oleh tuan rumah.

"Apakah mereka seberisik ini jika pagi hari?"

Yang ditanya hanya tertawa singkat. Pemuda dengan balutan sweater berwarna navy dan mengenalkan dirinya sebagai Johnny Seo, kemudian mengangkat cangkir kopinya sendiri. "Yeah, apalagi jika salah satu dari mereka punya jam tidur yang kacau. Ku pastikan kau akan bertemu dengan jelmaan singa atau hewan buas lainnya, Jeff."

Jeffrey—atau Jaehyun—tertawa kecil menanggapi kelakaran jenaka dari Johnny. Ia kira, selera humor mereka berdua sama. Sama-sama payah, maksudku.

"Kebanyakan Taeyong yang sering mengamuk. Ia single terlalu lama dan tugas akhirnya menjadikan dirinya jauh lebih sensitif akhir-akhir ini," sepiring toast dengan telur orak-arik dihidangkan di samping cangkir kopi Jaehyun oleh Ten, "sarapan dulu bersama kami sebelum kalian pergi kencan—"

"Kami tidak kencan!" Sebelum Jaehyun sempat mengoreksi kesalahpahaman Ten,  sahutan bernada ketus terdengar saat Taeyong muncul dengan hoodie hitam dan celana denim slim-fit yang juga berwarna hitam. Taeyong terlihat manis meskipun pakaian lebih mirip dengan anak-anak underground yang serba hitam. Ia dengan santai duduk di samping Ten dan mengunyah satu toast di atas piring.

"Ya, ya, ya...terserah kalian akan pergi kencan atau tidak. Yang jelas aku senang akhirnya kau tidak hibernasi selama akhir pekan dan mengganggu jadwalku dengan Johnny."

Taeyong berdecak malas, "Ku ingatkan kalau kau dan Johnny masih dalam hubungan tidak jelas juga Chitta. Ingat karma dari Hansol atau Yuta kepada kalian berdua—"

"Ya! Kenapa bawa-bawa Hansol dan Yuta, Lee! Kau—"

"Err, sepertinya kita harus segera pergi sebelum jalan semakin ramai," Jaehyun dengan sigap menarik lengan Taeyong setelah mengirim sinyal darurat kepada Johnny sebelum terjadi insiden saling jambak atau cakar di antara roommates. Johnny juga mengamankan Ten di balik punggungnya supaya pemuda Thailand tersebut tidak dapat menjangkau Taeyong.

"Awas kau Lee!"

"Kita belum berakhir Chitta!"

**

Mereka akhirnya duduk dengan sepiring menu sarapan pagi dari Starbucks. Jaehyun membawa Taeyong ke Euston Tower Podium yang hanya berjarak lima menit dari flat yang ditinggalinya bersama Ten.

"Kau melewatkan mantel, sarapan dan bertengkar dengan Ten karena aku," ujar Jaehyun. Ia menopang sisi wajahnya dan mengamati Taeyong yang masih cemberut. "Maaf..."

Taeyong menggeleng pelan. Sarapan yang dipesankan Jaehyun masih belum tersentuh. Ia menatap Jaehyun lamat-lamat, dan tidak menyangka jika pemuda yang secara tidak sengaja bertemu dengannya di Little Wonder akan muncul di depan flatnya pagi ini, lalu menagih janji untuk pergi jalan-jalan dengan alasan ingin membantu Taeyong untuk mencari inspirasi tugas akhirnya.

Padahal, Taeyong kira pemuda Jung itu hanya melemparkan godaan kosong kepadanya ketika mereka berpisah di depan pintu flatnya minggu lalu.

"Ganti saja destinasi hari ini Jeff—"

"—Jaehyun, itu nama Korea-ku. Panggil aku seperti itu saja. Jay juga boleh," potongnya. Mengoreksi nama panggilan dari Taeyong.

"Baiklah, Jay...." Taeyong menghela napas sejenak. Ia mengaduk americano-nya, tapi enggan menyesapnya. "Kau tidak sarapan?"

Yang ditanya hanya menggeleng pelan dengan bonus senyuman tipis, "Toast dan scrambble egg yang dibuat oleh Ten sudah lebih dari cukup...."

Niat hati, Jaehyun ingin kembali menggoda Taeyong jika ia sudah kenyang karena melihat wajah cantiknya. Tapi pemuda Jung itu masih cukup sadar jika hal itu akan membuat mood Taeyong semakin buruk.

"Jadi, mau kemana kita hari ini?"

Taeyong mendesah pelan dan mengalihkan perhatiannya kepada Jaehyun yang kini mulai mencari sesuatu di ponselnya. Ia meletakkan kembali muffin keju yang baru ia gigit tak lebih dari separuh bagian, "Terserah. Yang jelas mood-ku kurang baik pagi ini. Jadi jauhkan aku dari tempat yang mengingatkanku soal tugas akhir."

"Okay...mungkin di sekitar Hyde Park masih ada farm market. Sekarang masih cukup pagi dan aku mengganggu jam tidurmu yang berharga ya?"

"Jangan bahas itu lagi, atau kita akan membatalkan agenda kita hari ini."

Jaehyun terkekeh, kemudian melipat lengannya di depan dada supaya ia bisa mengontrol dirinya untuk tidak mengusak puncak kepala Taeyong karena kelakuannya yang menggemaskan.

Jaehyun terkekeh, kemudian melipat lengannya di depan dada supaya ia bisa mengontrol dirinya untuk tidak mengusak puncak kepala Taeyong karena kelakuannya yang menggemaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Baiklah, mari kita atur ulang jadwal untuk mengunjugi London Design Festival dan pergi ke Hyde Park. Ku harap kau tidak keberatan menjadi modelku dalam sehari." Jaehyun mengerling ke arah Canon 5D miliknya, kemudian mengamati ekspresi Taeyong yang berubah dengan kening berkerut.

"Model? Aku? Dengan pakaian seperti ini?" Telunjuk Taeyong menunjuk dirinya sendiri, lalu memandang skeptis ke arah pria yang berprofesi sebagai fotografer di depannya.

"Mhm-hmm, ku pikir aku perlu refreshing dan libur untuk memotret hal indah lain kecuali permainan di lapangan," jeda sejenak, dan Jaehyun kembali menopang sisi wajahnya dengan punggung tangan, "sudah ku bilang kan jika hari ini kau akan menerima sebanyak apapun pujian dariku?"

Taeyong, dengan pipi bersemu manis mendengus, "Yeah, ku rasa aku menyesal menyetujui ajakanmu untuk menghabiskan akhir pekan  jika hanya untuk mendengarkanmu membual."

"Tidak apa-apa kau menganggap aku membual sekarang." Jaehyun kembali tertawa kecil, "Suatu saat nanti, kau akan tahu bagaimana tulusnya pujianku untukmu.

**
—FIN—

[JaeYong-NCT] Little WonderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang