One Step

386 69 9
                                    

Taeyong itu cantik. Atau begitu menurut pengamatan Jaehyun.

Taeyong hampir seperti peri. Semua komposisi yang menyusun tubuhnya terlihat sangat proporsional, tetapi juga tidak masuk akal.

Bagaimana bisa ada manusia sesempurna Taeyong? Jaehyun bahkan berulang kali melirik ke arah kaki Taeyong yang berbalut sneakers hanya untuk memastikan figur di sampingnya berpijak di atas bumi.

Segala pahatan yang membentuk wajah Taeyong seakan dikerjakan oleh tangan-tangan terampil yang memberikan aksen terbaik pada produk akhir.

Mungkin Tuhan sedang berbahagia ketika menciptakan Taeyong, begitu pikir Jaehyun. Atau mungkin kedua orang tua Taeyong sangat mencintai satu sama lain sehingga bisa melahirkan manusia separuh peri seperti Taeyong.

Taeyong juga....pendiam. Sepanjang perjalanan selama tiga puluh dua menit menggunakan bus dari South Hampstead menuju Hyde Park Corner, Taeyong lebih banyak diam tanpa berinisiatif memulai pembicaraan.

Selebihnya ia sibuk menatap keluar jendela, menyesap sisa americano-nya, atau sibuk dengan ponselnya. Mungkin sedang mencoba bermediasi dengan Ten karena Jaehyun beberapa kali melihatnya cemberut ketika melihat layar ponsel.

Atau mungkin, mood Taeyong yang buruk pagi ini menjadikan pemuda Lee tersebut menjadi lebih tertutup.

Ah, seharusnya Jaehyun bisa mengontrol euforia dalam dirinya untuk tidak buru-buru mengajak Taeyong untuk kencan terselubung seperti hari ini.

Jaehyun tak enak hati ketika merusak waktu tidur Taeyong yang mungkin sangat berharga di akhir pekan.

Masih beruntung Taeyong mau menerima ajakannya, kalau tidak mungkin Jaehyun akan menenggelamkan dirinya ke Sungai Thames karena malu.

"Taeyong," Jaehyun mencoba memanggil ketika keduanya sudah mengambil tempat duduk di taman. Suara shutter yang ditekan secara tiba-tiba membuat Taeyong sedikit terkejut namun enggan untuk protes.

"Mengantuk ya?" Lesung pipi Jaehyun muncul seiring senyumnya ketika melihat Taeyong menghela napas dan memejamkan mata setelah satu potret berhasil diabadikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mengantuk ya?" Lesung pipi Jaehyun muncul seiring senyumnya ketika melihat Taeyong menghela napas dan memejamkan mata setelah satu potret berhasil diabadikan.

"Sini, bersandar...." Jaehyun menepuk pundaknya, mengisyaratkan untuk figur di sampingnya supaya mau santai sedikit dan mencuri waktu setidaknya sepuluh menit untuk kembali tidur.

"Tidak perlu," gelengan pelan dari Taeyong sudah cukup menjadikan saran Jaehyun ditolak secara halus. "Tunggu sebentar sampai mood-ku benar-benar bisa diajak kompromi."

"Okay," Jaehyun menggigit bibir bawahnya ketika Taeyong sedikit beringsut dari sisinya. Ia menghela napas pelan ketika Taeyong menolaknya. Pemuda Jung tersebut kembali mengulum senyum dan mengalihkan atensinya pada objek-objek sekitar yang menarik untuk dibidik dengan lensanya.

Hyde Park saat musim gugur memang punya pesona tersendiri, dan Jaehyun baru menyadarinya.

Terlepas dengan adanya Taeyong yang memperindah pemandangan Hyde Park, Jaehyun benar-benar tulus memuji diam-diam keindahan kanvas alam yang sedang ia nikmati sekarang.

Ada sensasi tersendiri ketika lensa kameranya menangkap daun-daun pohon maple yang berubah warna, Danau Serpentine yang tenang, atau menangkap seekor tupai yang kebetulan lewat untuk mencari kacang. Jaehyun menyukai memorinya menyimpan banyak gambar selain pertandingan olehraga. Gambar-gambarnya terlihat lebih tenang dan tanpa aura kompetitif.

"Sebentar lagi chuseok," gumam Taeyong. "Kapan terakhir kalinya kau pulang ke Korea?"

Jaehyun menurunkan kameranya, sedikit berdengung ketika mengingat-ingat kapan terakhir kalinya ia menginjakkan kaki di tanah kelahirannya. "Mungkin empat tahun yang lalu? Entah, aku juga tidak terlalu ingat. Lagipula kedua orang tuaku di sini. Kalau kau?"

"Delapan tahun yang lalu." Jaehyun terhenyak. Ingin bertanya kenapa tapi urung. Ada kerinduan yang tak bisa disampaikan lewat sorot binar jernih Taeyong. Pemuda Lee itu tampak menerawang, memandang dengan gamang bayangan The Lanesborough.

"Kau ingin pulang?" Digenggamnya dengan hati-hati tangan Taeyong yang sedikit lebih dingin karena suhu musim gugur, "Aku bisa menemanimu pulang kalau kau ingin."

Taeyong mengulum senyum, tapi bukan jenis senyum bahagia. "Kalau aku pulang, aku melanggar janjiku."

"Janji apa memangnya?"

Pemuda Lee tersebut kemudian memandang Jaehyun dalam diam, sedikit menimbang-nimbang apakah ia akan mengatakannya atau tidak.

"Kau bisa simpan ceritamu kalau kau tidak nyaman." Lanjut Jaehyun.

"Mhm-hmm, terima kasih sudah pengertian Jay," ujar Taeyong. "Aku bahkan tidak pernah bercerita kepada Ten, jadi rasanya agak aneh jika aku bercerita kepadamu. Kita baru bertemu minggu lalu, omong-omong."

"Ya, semua orang punya cerita sendiri tentang hidup mereka. Yang sebagian harus mereka simpan sendiri dan sebagian mungkin harus dibagi untuk mengurangi beban." Taeyong mengangguk singkat, jemarinya membalas genggaman Jaehyun dan membuat pemuda Jung tersebut sedikit berjengit.

"Yeah, kau benar...."

Keduanya kemudian terdiam, menikmati hening yang terlalu nyaman dan genggaman tangan mereka yang enggan lepas.

"Mom bisa membuatkan songpyeon jika kau rindu chuseok..." tawar Jaehyun lagi.

"Well, dalam sehari ini kau banyak sekali menawarkan sesuatu kepadaku Jay." Kekehan halus terdengar mengalun dari celah bibir Taeyong dan menular kepada Jaehyun.

"Oh! Lihat," Jaehyun menunjukkan sehelai daun maple berwarna jingga yang tak sengaja ia tangkap, "kata Mom, jika kita menangkap daun maple saat bersama orang yang kita sayang, maka cintanya akan awet."

Kening Taeyong kembali mengerut, tetapi ia tertawa ringan setelahnya. "Godaan lagi, hmm?"

"Well, sebenarnya—" belum selesai rangkaian kalimat Jaehyun ucapkan, pemuda Jung tersebut terkejut ketika merasakan pipinya dikecup cepat oleh Taeyong.

"Apakah itu cukup untuk tanda terima kasih?" Jaehyun mengerjap seperti orang linglung. Ia masih memegang pipinya yang baru saja dikecup.

"A-ah....kau baru saja—"

"Tidak adil kan kalau aku saja yang menjadi korban godaanmu?" Taeyong terkekeh geli, kemudian memiringkan kepalanya untuk menatap Jaehyun yang masih bingung, "mungkin aku bisa mempertimbangkan beberapa kencan lagi? Tiket London Design Festival masih berlaku kan?"

×××

FIN

×××

[Songpyeon]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Songpyeon]

[JaeYong-NCT] Little WonderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang