Bayu Bagaskara dan Kinanthi Prameswari terjebak dalam pernikahan yang tak mereka inginkan. Pernikahan Bayu gagal karena Citra tunangannya memilih pergi satu minggu sebelum pernikahan. Hanum, kakak ipar Bayu memilih Kinanthi sebagai mempelai penggant...
Kata mereka yang sudah membaca novelnya lengkap, mempelai pengganti itu idenya pasaran banget tapi dikemas seolah-olah bener-bener terjadi di real life. Memang sih kisah seperti ini ada, tapi ga se dramatis novel pastinya. Hehe ...
So selamat menikmati Part lengkap tetap hanya ada di e book, ya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ibu Bagaskara mengetuk pintu pavilyun tempat Hanum tinggal. Selama ini Bandi bersama keluarganya memang masih tinggal bersama kedua orangtuanya. Rumah keluarga Bagaskara sangat besar dan memiliki sebuah pavilyun di bagian belakangnya. Bandi merupakan putra kesayangan Bu Bagas. Setelah Haura lahir, Bu Bagas meminta mereka tinggal bersama supaya bisa lebih dekat dengan cucunya.
Hanum membuka pintu untuk ibu mertuanya dan mempersilakannya masuk ke dalam pavilyunnya. Bu Bagas duduk di sebuah sofa bergaya minimalis di ruang tamu Hanum.
"Ibu saya ambilkan wedang uwuh ya, tadi Hanum bikin tapi belum sempat antar ke depan. Mumpung masih anget." Hanum berlalu menuju dapurnya.
"Kamu masak apa tadi, Nduk." Bu Bagas bertanya. Selama ini hubungan Bu Bagas dan menantunya itu memang sangat akrab. Hanum dan Bandi adalah teman sejak kecil.
"Masak ikan Nila bumbu acar kuning saja bu, sama sop jamur kesukaan Haura." Hanum datang dengan dua cangkir wedang uwuh.
"Ibu kerso ikan nilanya?" tanya Hanum.
Bu Bagas menggeleng lemah, wajahnya masih nampak muram. Harusnya wajah itu semringah saat ini karena Bayu, putra keduanya akan menikah minggu depan. Namun, kabar kepergian Citra sudah memberikan beban pikiran pada Bu Bagas.
Hanum memegang lembut tangan ibu mertuanya. "Ibu yang sabar ya," ucapnya lembut.
"Aku ini ndak sanggup lagi mikir, Num. Kamu tau malunya ibu kalau sampai membatalkan acara pernikahannya Bayu. Undangan yang disebar itu banyak lo, Num," keluh Bu Bagas.
"Nggih Bu, Hanum ngerti Hanum paham bagaimana perasaan ibu," jawab Hanum lirih sambil mengelus punggung tangan ibu mertuanya.
Bu Bagas menarik napas panjang. Sepertinya memang pikirannya sedang dibebani masalah yang begitu berat.
"Ibu maunya acara ini tetap berlangsung, karena ini juga berhubungan dengan nama baik Ayahmu," ungkap Bu Bagas.
Hanum mengangguk, " Hanum mengerti dengan posisi Ayah dan Ibu."
"Andai gadis itu juga mau memahami kondisi kita ya Num," lanjut bu Bagas.
"Semua sudah terjadi Bu, meminta Citra kembali juga tidak mungkin karena Bayu saja selalu gagal menghubungi Citra. Dia hanya berpamitan ke Bayu melalui surat." Hanum mencoba mengajak ibu mertuanya bisa menerima kenyataan.
"Num, soal idemu kemarin," ucap Bu Bagas singkat.
Hanum terperanjat mendengar ucapan ibu mertuanya. Ide yang sempat dilemparnya kemarin sebenarnya tidak dipikirkannya dengan matang. Ia juga tak mengerti bagaimana bisa ide itu terlintas di pikirannya.