Bayu Bagaskara dan Kinanthi Prameswari terjebak dalam pernikahan yang tak mereka inginkan. Pernikahan Bayu gagal karena Citra tunangannya memilih pergi satu minggu sebelum pernikahan. Hanum, kakak ipar Bayu memilih Kinanthi sebagai mempelai penggant...
Maaf lama ga update repost kisah Kinanthi dan Mas Bayu. Tapi cerita lengkap plus ekstra part sudah ada di e book ya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat Membaca
***
Kinanthi memandang wajahnya di cermin. Perias wajahnya bekerja begitu sempurna, wajahnya dipoles nyaris tanpa cacat. Beberapa kali ia menghela napas panjang untuk meredakan gemuruh jantungnya.
Mama nampak memasuki kamarnya. Beberapa kali Mama dan Hanum, kakaknya datang untuk melihat proses rias wajah Kinanthi, wajah mereka nampak semringah karena bahagia. Kinanthi berusaha tersenyum untuk menutupi segala kecemasan yang dirasakannya.
"Kamu ayu banget, Nduk." Bu Bima memegang lembut kedua bahu Kinanthi. Matanya berkaca-kaca karena bahagia. "Kamu persis ibumu, mereka pasti bahagia melihatmu akan menikah." Mama menambahkan.
Kilatan bening menggenang di sudut pelupuk mata Kinanthi. Tanggul pertahanannya akan jebol ketika Mamanya menyinggung tentang kedua orangtuanya. Kinanthi sendiri tak yakin jika kedua orangtuanya masih ada dan mengetahui latar belakang pernikahannya, mereka akan ikut bahagia. Sebahagia kedua orangtua angkat dan saudaranya.
"Mama tidak menyangka kamu bakal menikah secepat ini, pinter sekali kamu menyembunyikan perasaanmu dan hubungan kalian sampai-sampai kami tidak tahu bahkan kaliam sudah bersiap seperti ini kami tidak tahu." Mama memegang lembut tangan putrinya.
Mama juga hampir meneteskan air matanya. Meski baru delapan tahun Kinanthi menjadi putrinya, tetapi dia sudah menyayanginya seperti putrinya sendiri. Kinanthi merupakan gadis yatim piatu yang diangkat sebagai anak oleh keluarga Bimantara saat usianya limabelas tahun. Selama ini Mama sudah menjadi pengganti ibu yang tak pernah dikenalnya.
"Mereka memang niatnya ibadah, Ma. Jadi begitu siap langsung menikah." Hanum masuk ke kamar sambil membawa segelas teh hangat untuk Kinanthi.
"Minum dulu, Dek. Biar kamu lebih tenang menunggu Bayu mengucapkan ijab kabul," goda Hanum sambil mengerlingkan matanya kepada Kinanthi.
Kinanthi hanya menunduk dan tersenyum. Pipinya bersemu merah di sela blush on yang merona di pipinya. Namun, Kinanthi bingung apa arti perasaannya saat ini.
"Kamu memang gadis yang baik, Nduk. Bayu sangat beruntung bisa mendapatkanmu," ujar Mama sedikit terisak.
"Ini hari bahagis, jangan ada air mata, ah. Kami keluar dulu ya, mau ngecek semua sudah siap berangkat ke masjid atau belum." Hanum meremas lembut bahu adiknya untuk memberinya kekuatan sebelum bangkit dan keluar dari kamar bersama dengan mamanya. Sementara Mama menyeka pelupuk matanya dengan tisu.
Kinanthi masih melihat punggung mereka menjauh keluar dari kamarnya menuju ke ruang depan. Matanya masih nanar memandang kakak dan mamanya. Dia sama sekali tak dapat menterjemahkan perasaannya saat ini. Hingga ekor matanya menangkap sesosok lelaki berdiri di sisi pintu kamarnya.