9

2.7K 283 5
                                    

“A –apa ?”

Rio diam memandangi wajah Rose yang terlihat penasaran. Dia juga tidak tahu mengapa lidahnya mendadak bicara seperti itu, meminta bantuan? Bahkan Rio bingung harus menjawab apa sekarang.

Rio memejamkan matanya lagi, dia harus mengakhiri semua ini sebelum sesuatu terjadi padanya dan Rose.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Rose bingung. Rio membuka matanya dan melihat Rose yang kebingungan di hadapannya.

“Memangnya aku kenapa?” Ucap Rio sinis. Rose sedikit melebarkan matanya bingung, pria ini kenapa sih? Batin Rose.

“Buatkan aku cokelat hangat. Aku haus sekali dan kedinginan.” Gumam Rio lalu membuang mukanya dari wajah Rose.
Rose mendesah pelan menyadari perubahan sikap Rio yang aneh. Rose fikir pria itu telah berubah menjadi lebih lembut padanya tapi nyatanya sama saja bahkan sekarang Rio menyuruhnya membuatkan cokelat hangat.

Dia bukan pembantu, dia hanya membantu mengerjakan tugas akhir laki-laki itu. mengapa sekarang jadi apa saja yang diperintahkan Rio. Rose mendengus sebal dengan wajah tak sukanya, menatap Rio yang menyibukan dirinya dengan laptop di hadapannya.

“Mengapa masih diam?” Rio menoleh pada Rose dengan wajah sinis menyebalkannya.

“Cepat buatkan!” Titahnya kemudian melihat lagi layar laptopnya. Rose segera bangkit dari duduknya dengan kesal dan berjalan memasuki dapur dengan mulut penuh gerutuan.

Rio menghela nafasnya ketika Rose pergi. Ia memperhatikan punggung Rose yang telah berjalan memasuki dapurnya. Sesaat Rio terpaku namun ia menggeleng-gelengkan kepalanya agar sesuatu menjauh dari fikirannya ini. Baru kali ini tubuhnya bereaksi berlebihan terhadap seorang wanita hanya dengan wajah polos dan tubuhnya. Oh Ayolah, Rose bahkan masih memakai pakaian lengkap.

.
.
.

Rose memperhatikan dapur Rio beberapa saat. Dia berjalan perlahan mencari gelas yang bisa di pakainya untuk membuat cokelat hangat. Rose membuka laci yang terletak di bawah namun hanya ada beberapa mangkuk dan piring, tidak ada gelas di sana. Rose menghembuskan nafasnya dan melemaskan bahunya, Bukan Limario namanya jika tidak menyulitkannya.

“Apa dia tidak memilki gelas?” Gerutu Rose dengan wajah sebal.

Rose mengusap wajahnya gusar kemudian menyandarkan tubuhnya pada dinding. Dia memperhatikan perabotan dapur minimalis tersebut dan mengernyit melihat lemari atas yang terletak di sana. Sepertinya dia tahu dimana letak gelasnya sekarang, Rose tersenyum tipis menyadari hal itu.

“Aku tahu keberadaanmu sekarang.” Gumam Rose senang seolah menemukan harta karun di dapur Rio.

Rose berjinjit membuka lemari tersebut, tubuhnya terlalu mungil untuk menggapai gelas yang berada di sana. Jika saja gelas-gelas tersebut letaknya lebih ke depan mungkin ia bisa mengambilnya dengan mudah tapi gelas-gelas itu ditaruh begitu dalam membuat Rose kesulitan meraihnya.

Rose menapakkan kakinya kembali pada ubin karena tidak bisa mengambilnya, Ia menghela nafasnya dan melirik lemari atas itu lagi. Aku harus bisa mengambilnya tekad Rose dalam hatinya. Rose berjinjit kembali dan mulai mengangkat satu tangannya ke atas, dia telah memaksimalkan panjang tangannya yang tidak seberapa namun tetap saja ia masih belum bisa meraihnya. Meski begitu ia masih bertahan dengan posisi tersebut, dia tidak akan menyerah hingga tangan panjang seseorang melewati lengannya dan mengambil gelas yang ingin di raih Rose.

Rose memperhatikan lengan kokoh itu dan berbalik perlahan, dia mendapati wajah Rio yang begitu dekat dengannya. Ya, pria itu ada di belakangnya.
Rio tidak menyangka Rose akan berbalik dan menghadap padanya seperti ini hingga wajah mereka begitu dekat. Rose bahkan bisa merasakan terpaan nafas panas yang keluar dari hidung Rose, Rio menatap mata Rose dalam namun tatapannya sedikit teralihkan ketika ia menyadari bibirnya begitu dekat dengan bibir merah Rose. Jika saja Rio maju sedikit lagi, bibirnya akan bertubrukan dengan bibir Rose yang terlihat ranum.

Trapped by Mr.Arrogant /Chaelisa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang