123

17 0 0
                                    

Menurutku, waktu bukan hanya sebuah elemen konstan yang ditunjukkan oleh tiga jarum jam dimana fungsinya hanya untuk menentukan kapan harus berangkat dan kapan harus pulang.

Ia membawa yang lebih dari itu.

Membawa datangnya orang-orang dengan rangkaian cerita baru, dengan berbagai macam rasa yang perlahan tapi pasti membuat kita sadar kalau yang awalnya malu-malu bisa menjadi teramat dekat sebelum pada akhirnya pergi dan berlalu.

Sejalan dengan itu, waktu juga membawa sebuah konstelasi nostalgia, dimana ingatan akan segala hal yang telah tiada bisa kembali dan menelantarkan kita begitu saja. Karena memang begitulah adanya, sesuatu yang sudah terkubur dan secara tidak sengaja ditemukan akan berubah lebih mewah—bahkan melebihi saat dulu dia ada.

“Waktu bisa menyembuhkan segalanya." Begitu kata orang-orang.

Sejenak aku afirmasi kata tersebut. Mungkin argumen itu berlaku, pada mereka yang senang mencari sibuk dan tak ingin berlarut.

Namun, bila hanya percaya pada waktu akan menyembuhkan tanpa mau berpikir dan mencari jalan keluar, bisa dipastikan dia akan lama terjebak dalam ruang yang sukar.

Jangankan seminggu, diberi waktu sewindu pun tak akan bisa membuatnya sembuh.

Berbeda dengan mereka yang bertekad untuk tak lagi dekat dengan luka tanpa sekat. Berani mengubah jalan pikir untuk sampai pada titik terakhir.

Kebanyakan orang mempercayakan waktu sebagai penawar derita, sambil menghabiskannya dengan terus mengenang dan berharap akan lupa.

Padahal aku yakin, bukan waktulah kuncinya.

Melainkan cara berpikir kita yang menjadi semakin terbuka.

—Nabilah Azhar x lunatictwister

#sajakrasacokelat
#AksaraSelepasSenja

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QUOTESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang