II

7 1 0
                                    

Agustus ini merupakan bulan ke 10 semenjak kepergiannya ke Melbourne. mungkin awalnya memang sulit.

di bulan pertama hampir tiap jam kalian saling mengobrol lewat telefon. tanya ini itu agar kalian lupa bahwa kalian tengah dipisahkan oleh sebuah samudra.

lalu di bulan ketiga kalian mengurangi porsi telefonan menjadi tiap malam. bercanda gurau sambil menikmati langit yang berbintang. kalian melupakan perbedaan waktu 4 jam hingga terkadang tak sengaja salah satu dari kalian tertidur.

di bulan kelima dan keenam kalian menggantinya dengan menghabiskan weekend untuk melakukan vidcall atau skype. tak banyak bicara melainkan memandang wajah masing-masing dibalik sebuah layar handphone atau laptop. memandang wajah yang kalian rindukan setiap harinya.

lalu tanpa kalian sangka waktu telah berlalu dengan cepat. kalian mulai menikmati masa-masa tersebut. masa dimana dunia serasa milik kalian berdua.

seperti biasanya, malam ini kalian tengah bertelefonan sambil bergosip tentang kelebihan dan kekurangan dosen maupun teman kalian masing-masing.

"kau tau apa yang terjadi berikutnya?" tanya dia tiba-tiba
"apa?"

"kacau." kali ini dia bercerita tentang temannya yang melamar kekasihnya. "semua orang bergerombol dan saling berteriak agar dia mau menerima lamaran itu."

"lalu dia menerimanya?" tanyamu yang mulai excited dengan cerita lamaran itu.

"tentu saja tidak," ucapnya dengan tegas.

"woahh." cerita tak masuk akal ini membuatmu tak sadar bahwa mulutmu mulai menganga mendengar hal tersebut. dia melamar kekasihnya tapi ditolak? otakmu terus berfikir tentang kejadian tersebut dan boom! kamu merasakan ada sesuatu yang janggal.  "tunggu-tunggu, kamu bilang wanita itu menolaknya?"

"iya."

"tapi kenapa? bukankah mereka pacaran?"

"memang, mereka memang pacaran."

"lalu?"

"wanita itu ternyata punya kekasih lain, siapa sangka dia akan seperti itu, iyakan?"

"wah, ternyata dunia begitu kejam, apakah lelaki disana tampan semua?" komentarmu.

"kenapa kau bertanya seperti itu?"

"yah.. jika lelaki itu tampan mungkin wanita itu tidak akan berselingkuh."

"apa kau selalu memandang orang melalui fisik?!" nadanya sedikit naik.

kamu menghela nafas. diam. mengutuk diri sendiri karena kamu tau hal ini akan menuju ke pertengkaran.

"kenapa kau diam? aku tanya sekali lagi! APA KAU SELALU MEMANDANG ORANG MELALUI FISIK?!" makin lama nadanya semakin tinggi. berteriak dalam heningnya malam.

"kenapa kau berteriak?!" tak sadar nadamu juga ikut-ikutan meninggi.

"kau belum menjawab pertanyaanku."

"sudahlah, hentikan ini." pintamu memelas. kesabaran perlahan menipis, hampir menyentuh batas amarah.

"kenapa harus dihentikan?! kau yang memulainya."

"AKU?!" gerbang emosi yang kau tahan akhirnya terlepas. "KALAU MEMANG AKU MEMANDANG ORANG MELALUI FISIK KENAPA?! APA ITU SEBUAH LARANGAN?! APA AKU TAK BOLEH MELAKUKANNYA?!"

"JELAS ITU SALAH!"

"KENAPA? BAGAIMANA ITU SALAH? DIMANA LETAK KESALAHANNYA. AKU HANYA BERKATA 'KALAU WANITA ITU TAK AKAN PERGI JIKA LELAKI ITU TAMPAN' !" bendungan emosi yang meluap-luap keluar bersamaan air mata. terisak dan lelah berteriak

"OH.. JADI KAU HANYA AKAN MENERIMA ORANG DARI FISIK! JADI KARENA ITU KAU MENERIMAKU?! BAGAIMANA JIKA AKU BUTA? TULI? LUMPUH? KAU AKAN MENOLAKKU?!"

satu menit, dua menit. keheningan mulai berjalan. hanya nafas berat hasil saling berteriak yang kalian dengar. gemuruh udara yang tak sengaja masuk telefon mengatakan bahwa kalian berada di luar ruangan.

sambungan telefon berhenti. kamu menatap layar. lalu menangis dalam diam. memecah malam yang sunyi.
selang lima menit, dering pesan masuk. tertulis dengan singkat kata 'maaf' yang kemudian disambung dengan 'maafkan aku, kupikir hari ini aku sedikit kelelahan'.

kamu masih terus menatap layar hingga akhirnya muncul keberanian menekan tuts-tuts keyboard pada layar. 'aku akan memaafkanmu. tapi ingat, disini bukan hanya kamu yang kelelahan. aku selalu mencoba menahannya dan sekarang aku lelah menahannya.'

'maafkan aku.'

'kupikir disana sudah larut malam.'

'benar. sekarang sudah jam 1 pagi.'

tak ada niat untuk membaca pesan itu lagi hingga dia menambahkan 'kau tahu? mungkin aku marah karena aku terlalu lama merindukanmu. semoga kau mimpi indah.'

biasanya kamu akan luluh dengan kalimat rindu. namun tidak untuk kali ini. tidak untuk hari ini. tidak untuk malam ini.


                             ***
Hehehe makin lama makin gaje aja nih cerita wkwk gabutan sih gw orangnya :'v maklumin aja yes. sekali lagi kalo tidak paham ceritanya bisa tanya gw kok sante aja. SAMA Jangan lupa vote nya!

MELBOURNE (옹성우)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang