III

3 0 0
                                    

desing roda koper yang ditarik ke sana ke mari, berlarian keluar masuk gendang telingamu. memekakkan telinga agar kau tau di mana lokasimu sekarang. ya. bandara. keputusanmu benar-benar bulat, tak ada yang berani menentangnya ketika kamu berkata akan menyusulnya ke Melbourne.

dan inilah yang terjadi. kamu di sini. satu tanah dengannya. satu udara dengannya.

perjalanan memang cukup melelahkan. ingin rasanya segera menelpon dirinya, dan berkata "aku disini, datang untuk melepas rindu yang telah lama kau impikan" tapi niat itu kamu urungkan. kamu pikir kejutan akan lebih baik. kamu pikir.

beberapa hari setelah kepergiannya, dia memberi tau semua alamat tempat tinggalnya dan beberapa kontak temannya yang bisa kamu hubungi. tentu saja itu sangat berguna. kamu langkahkan kaki ini dengan santai sembari menarik koper kecil berisikan beberapa hadiah kecil untuknya.

1 jam kemudian kamu memutuskan untuk mampir ke sebuah minimarket. lalu pergi menuju sebuah bangku taman. menatap beberapa orang bahkan pasangan yang nampak bahagia. dan kamu teringat dengan kopermu yang tertinggal. meski jauh dari rumah, sikap cerobohmu tak pernah hilang.

dari tujuan yang hanya ingin mengambil sebuah koper berubah menjadi permainan petak umpet kala kamu melihat sosoknya berjalan. tidak sendiri.

kamu mengikutinya. kamu terus menatapnya, seakan-akan bertanya apa yang terjadi sekarang?
dia tampak bahagia. tertawa terbahak-bahak. kamu ikut tertawa. menertawakan semua hal yang kamu lakukan di sini. mengasihani diri sendiri.

setelah puas menertawakan diri sendiri kamu berpikir untuk melihatnya sekali lagi, berharap itu semua adalah kesalahan. namun, sebuah tatapan balik kamu temui. mata kalian saling bertemu. saling menatap. dia berlari ke arahmu. dan kamu tak sanggup untuk melihatnya kembali.

kamu membalikkan badan, menutupi diri, berjalan menjauh. dia memanggilmu dan kamu mempercepat lajumu. tak ada harapan untuk wanita menang dari lelaki. dia berhasil menggengam tanganmu. menghentikanmu. "berhentilah."

wajahmu tertunduk. tak ingin menampakan sebuah kesedihan. hampir menangis.

"bagaimana kau bisa disini? kenapa tak menghubungiku?"

kamu tetap diam. tak bergeming.

dadamu semakin tersiska.
lidahmu seakan terikat pada sebuah tali.

meskipun ingin bicara, tak ada suara yang bisa keluar. semakin kamu ingin bicara, semakin juga kamu ingin menangis. mungkin nanti. mungkin nanti jika hati ini sudah siap.

                                 ***
hai hai i'm comebax dengan segala kegabutan yang mendera ini wkwk kagak ada yang kangen yah :(  yaudah deh jangan lupa vote aja :( oh ya X-mas ya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MELBOURNE (옹성우)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang