“Lalu, hujan pun datang dan menenggelamkanku dalam angan bersama dirimu. Masikah bisa ku raih dirimu lagi?”
●●●●●
"Dosen sinting! Kebiasaan banget kalau engga masuk ga dikasih kabar, udah macam gebetan yang pergi karena ada doi baru aja!"Seisi kelas menahan tawa dikala mendengar ocehan asal dari Giandra, mau ketawa tapi bakalan dapat semprotan berkali lipat.
Andre yang saat itu berada di samping Gian langsung memukul punggung sahabatnya itu. "Gebetan aja bisa pergi, apalagi pacar sendiri? Jaga tuh pacar lo jangan sibuk EM EL aja!" sindir Andre.
1.. 2.. 3..
"Eh serpihan seblak! Lo nyindir gue?!"
"Apasih lo krim oreo yang ujungnya dibuang! Suudzon aja sama gue!"
Tawa Vania kini pecah begitu saja, ia sudah tidak kuat lagi melihat pertengkaran tidak jelas dari kedua teman sekelasnya itu. Melihat kedua manusia di abad milenium seperti mereka adalah hiburan tersendiri bagi Vania.
"Van belain dong?!" ujar Gian setengah merengek.
Tawa Vania semakin pecah kala melihat sosok pria berwajah sangar malah merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim oleh Kakak perempuannya. Sebelah tangan Vania kini menyeka air mata yang keluar pada sudut matanya akibat tertawa tadi.
"Ya Allah Gian, Andre. Geli kalau liat kalian udah debat engga jelas, pacaran aja deh bedua, serasi!" usul Karina
"BIG NO!!" keduanya secara bersamaan berjengit sembari melempar tatapan jijik.
"Astaghfirullah..," kini Hasan mengusap wajahnya frustasi.
Hanya dia yang terlihat lelah melihat kedua pria yang tidak jauh dari hadapannya bertengkar. Selalu saja ada hal yang mereka perdebatkan, entah itu hal yang penting maupun hal tidak penting sekalipun.
"Udah lah gue cabut duluan ya, dadah semua!"
Vania mengambil tas ransel miliknya lalu melenggang pergi meninggalkan kelas sembari melambaikan tangan. Ia butuh sesuatu yang hangat untuk menghatakan tubuh dikala hujan seperti saat ini.
"Van!"
Suara bariton milik seseorang membuat Vania menoleh. Dengan rambut setengah basah pria itu berjalan menghampiri Vania yang menatapnya kebingungan.
"Mau kemana?" tanya pria itu yang diketahui adalah Chandra.
Vania tersenyum ramah. "Mau beli bandrek, Mas. Habis kehujanan ya? Pasti ceroboh ga baw— ya Allah bawel banget aku." ia reflek menutup mulutnya.
Mendengar hal tersebut Chandra terkekeh sembari menari sebelah pipi Vania lembut. "Vania ga bawel malah aneh. Mas rencana mau bimbingan tapi dosen nya engga datang, jadi ya nunggu hujan reda dulu deh. Yuk, Mas boleh nemenin Vania kan?"
Gadis itu mengangguk dengan antusias mengiyakan tawaran dari Chandra. Dirinya kini sudah terbiasa akan posisi mantan kekasihnya itu yang menjadi teman sekilagus sosok Kakak laki-laki di sampingnya.
Kedua insan berbeda jenis itu kini berjalan beriringan menuju kantin fakultas sembari membicarakan hal-hal ringan.
Bagi sebagian orang menganggap bahwa kedua insan tersebut masihlah saling mencintai, namun pada kenyataan-nya, hanya pihak laki-laki saja yang masih mencinta dan merindu akan si wanita yang berada di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come And Closer
Teen FictionCinta hadir memberikan kebahagiaan tersendiri, namun cinta juga bisa pergi kapan saja. Dhian Irshandy, pria yang sejenak mengisi hari-hariku kini pergi meninggalkan luka terdalam di hatiku. Kehadirannya yang singkat mampu memutar balik seluruh isi d...