“Apa mencintaimu memerlukan alasan? Kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama, tidak? Jika tidak, kemarilah. Akan aku jelaskan bagaimana hatiku bisa memilihmu dikala pandangan mata kita bertemu untuk pertama kalinya.” -Jericho
•••••
Netranya terfokus pada layar laptop di hadapannya. Suasana kantin pun sedikit sepi, ketiga sahabat pria nya asik mengobrol sembari memainkan ponsel. Vania sendiri memusatkan pikirannya pada tugas makalah yang harus ia kumpulkan hari senin. Bukan hanya miliknya saja, tapi milik kawan-kawannya juga ia kerjakan.
Bukan terlalu baik ataupun bodoh, Vania suka. Hitung-hitung sembari belajar.
Ponselnya sejak tadi terus berkedip, menandakan beberapa pesan singkat masuk ke ponselnya.
Sudah dua minggu sejak kedekatannya dengan Jericho, keduanya sering berbincang melalui chat dan telepon.
"Handphone kamu daritadi getar loh, Van." ujar Wanda.
"Biarin aja, aku lagi sibuk ini loh." jawab Vania sekedarnya.
"Lihat dulu kali aja dari Bunda, atau Mas kamu. Kalau penting gimana?"
"Pasti di telfon loh, santai ajasih."
Gadis itu memberenggut kesal, sudah jelas ia tahu siapa dalang dibalik getarnya handphone miliknya itu.
•••••••
Flashback
Malam, hujan turun membasahi bumi. Aroma tanah basah menelusup ke indera penciuman Vania, gadis itu tediam sejenak kala membaca pesan singkat dari Jericho. Pria itu menanyakan tentang tulisan yang ia buat. Vania hanya menanggapinya singkat, namun pria itu menceritakan panjang lebar tentang kisahnya.Hatinya tergelitik, ingin mencoba sesuatu yang baru namun rasanya begitu berat untuk menjalankannya lagi.
Sampai detik ini dia tidak habis pikir, kenapa masih enggan memulai hidup baru.
Jericho
Aku telefon, boleh? 19.00Biar gampang ngobrolnya, susah lewat chat. 19.01
Terserah, bisa kok kalau memang mau. Kebetulan lagi senggang juga. 19.05
Vania menatap langit-langit dari kursi santai di balkon, malam ini hampa. Tidak ada bintang disana.
‘Neol sarangeun hajiman jogeum jichingeoya sangcheoreul jugiga neomu duryeoungeoya chakhan ge anya nal wihae geureongeoya ajikdo neol saranghandaneun geojitmal’
Ponselnya berdering mendendangkan lagu Eric Nam - Honestly. Tanpa melihat nama penelfon Vania langsung mengangkatnya.
"Assalamualaikum." ucapnya.
‘Waalaikumsalam.’ sahut Jerricho di seberang sana.
Obrolan pun mengalir begitu saja, pembahasan yang tidak penting hingga pembahasan penting.
Jericho, pria humoris dan dewasa. Ia mampu mengimbangi Vania, begitu juga sebaliknya.
Dimalam itu, keduanya berbagi kisah percintaan. Meluapkan segala emosi dan tertawa bersama melepaskan penat yang menggelora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come And Closer
Teen FictionCinta hadir memberikan kebahagiaan tersendiri, namun cinta juga bisa pergi kapan saja. Dhian Irshandy, pria yang sejenak mengisi hari-hariku kini pergi meninggalkan luka terdalam di hatiku. Kehadirannya yang singkat mampu memutar balik seluruh isi d...