'Yamadanuki? Kenapa ada di sini?'
"Aaaaaaaaaaaah, rakunnya kabur--"
Urata menatap orang yang tadi berteriak, ternyata "kakaknya".
"U-Urata tumben sudah bangun, ya."
Urata hanya mengangguk kecil, sambil mengelus rakun (yang mirip Yamadanuki) di pangkuannya.
"Urata suka? Nii-chan dengar dari Sakata kalau kamu suka sekali rakun. Jadi nii-chan belikan ... "
"Eh? Untuk apa?"
"Urata lupa? Sekarang 'kan hari ulang tahun Urata!"
Urata tersentak. Dia kembali ke masa ini hanya untuk ini? Atau untuk apa sebenarnya?
"Sudah sana berangkat ke sekolah. Rakunnya biar nii-chan yang urus dulu. Mau diberi nama apa?"
"Yamadanuki."
Dia punya kakak yang begitu baik padanya. Kenapa dia tidak bisa mengingatnya sama sekali?Urata benar-benar tidak mengerti.
***
Suasana sekolah yang bising oleh suara riang anak-anak tidak membantu Urata sama sekali. Membaca di kelas memang bukan ide yang baik. Urata sedang membaca bermacam koran, berusaha memulihkan ingatannya dengan melihat berbagai peristiwa masa lalu. Dan yang paling penting, untuk alasan apa dia dikirim ke masa ini.
"Hee, Urata baca koran?" Senra tiba-tiba saja muncul menghalangi koran yang sedang dibaca.
"Apa serunya!" Shima berseru sambil mengambil koran dari genggaman Urata. Urata hanya bisa mendengus kesal.
Urata lalu celingak-celinguk mencari si pucuk merah, namun tak kunjung didapat.
"Sakata belum datang?" Karena SMA Urata biasa berangkat sendiri, dia jadi lupa dan meninggalkan ketiga kawannya berangkat sekolah tadi.
"Urata, sih, tadi ninggalin kita." Shima mengembungkan pipinya kesal.
"Tadi kita ke rumahnya, tapi rumahnya kosong. Sudah dipanggil terus. Gak ada yang nyahut! Ya, kan Shima?"
Shima hanya membalas dengan anggukan cepat mengiyakan perkataan Senra.
'Kenapa, ya, kira-kira. Apa Sakata sedang pergi? Tapi dia tidak bilang apa-apa. Jangan-jangan Sakata diculik??'
Urata menepuk-nepuk pipinya. Berusaha menghilangkan pikiran buruk yang bertengger di otaknya.
"Yuuto-sensei datang!"
Dan sebelum menemukan jawabannya, kedatangan guru mereka memutus rangkaian pikiran Urata.
***
"U-Urata, maaf aku dan Shima ada urusan yang penting jadi kita harus pulang duluan."
"Iya! Kita harus menyiapkan pesta untu--mmm--" Senra dengan sigap menutup mulut Shima, mencegah bocornya informasi. Walau gagal karena Urata sudah bisa menebak apa yang akan mereka lakukan.
Memangnya dia anak kecil?
"Gak apa, duluan aja. Urata juga masih mau baca koran, kok."
"Ya sudah, Urata, jangan sampai kekunci di kelas, ya! Dadah!" Shima dan Senra pun berlari keluar kelas, bersemangat untuk pulang ke rumah. Meninggalkan Urata yang kembali tenggelam dengan koran-koran.
...
'Aaah, korannya sudah habis dan tidak ada yang bisa mengembalikan ingatanku sama sekali. Apa sebaiknya aku cari di perpustakaan kota saja, ya?' Setelah beberapa lama, akhirnya Urata berhasil menyelesaikan urusannya dengan koran-koran yang dia temukan di rumah tersebut.