Cemburu

29 1 0
                                    

POV Dion.
****
Dita memandangku menyidik. Aku mencoba mengalihkan pandangan dan berlalu. Karena cukup aku tahu adikku ini adalah manusia terkepo kedua setelah emak.

"Kak!"

Panggilnya menghentikan langkahku.

"Apa?"

"Pulang bareng yuk!" Pintanya.

Pulang? Apakah sudah jam pulang sekolah? Bukannya tadi baru saja sampai. Aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Benar saja waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang.

Dita melangkah di sampingku. Rasanya kami tidak pernah seakur ini walaupun bersaudara. Kulihat bangku tempat Kezia dan Pino berduaan tadi ternyata sudah kosong.

"Kenapa, Kak?" Dita mengagetkan.

"Ga papa."

"Alah bohong. Ga papa kok tatapannya cemas gitu?"

Aku tidak menggubris ucapan Dita. Entah kenapa pandanganku masih asik mengitari sekeliling sekolah sepanjang perjalanan.

Di sana dekat parkiran sepeda. Kulihat Kezia menuntun sepedanya. Terlihat ban belakang sepeda itu kempes.

"Huaaaaa!"

Ia menjerit kesal kemudian membanting sepedanya. Entah apa yang terjadi dengan gadis tonggos itu. Ingin kumenolongnya tapi gengsi.

"Ayo naik!"

Aku menarik sepedaku. Dita masih terdiam sepertinya ia memperhatikan si Kezia.

"Kak itu teman sekelas kakak kenapa?"

"Tau, ayo naik keburu sore!"

Kayuhan sepedaku melewati Kezia. Kulihat ada aura kesal tampak diwajahnya. Pandanganya sedikit bergeser ke arah Dita.

Ada tetapan yang sulit untuk kuartikan. Gadis tonggos itu tertampak menelan ludah. Kezia aku tak sejahat yang kau kira. Desahku dalam desiran hati paling dalam.

"Kak, temenmu kayaknya lagi digoda orang gila deh." Dita menarik lengan bajuku.

Aku menoleh sejenak dan menghentikan Kayuhan sepeda. Benar saja, Kezia tengah digoda orang gila. Rambutnya dijambak-jambak kemudian sepedanya dinaikin.

Kakiku ingin rasanya kugerakkan untuk menolongnya tapi entah kenapa begitu berat. Kulihat dari samping tikungan pria berambut kribo menghampiri orang gila itu lalu memukulnya.

Pino. Lagi-lagi jagoan kribo itu membantumu. Aku belum cukup baik untuk menunjukan kepadamu bahwa aku ini orang baik, Kezia.

"Pulang yuk, panas."

Aku menarik baju seragam Dita dan kembali mengayuh sepeda. Hawa apa ini? Kenapa serasa nyeri begini? Tidak mungkin aku cemburu sama gadis tonggos. Tidak mungkin! Runtukku keras dalam dada.

"Awas Kak!"

Mowww!!!!

Kenapa ada sapi di jalan? Sepedaku oleng. Dita melompat dari sepeda sementara aku tersungkur ke lumpur. Musibah apa ini yang datang bertubi-tubi?

Ahhh apa ini? Kusentuh cairan encer yang melekat di kening. Kemudian kucium dalam-dalam.

"Hoek! Eek sapi!"

Bidadari KeseleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang