POV Dion
****
Hari ini, aku bersiap berangkat. Sudah kurencanakan hari ini adalah saat yang tepat untuk minta maaf dengan Kezia, lalu mengembalikan buku diary ini."Kak, jadi berangkat jam berapa?"
Lagi-lagi Dita mengagetkanku. Perlahan aku memasukkan buku diary milik Kezia.
"Emang mau bareng?" Tanyaku jutek.
"Iyalah."
"Ogah, berangkat sendiri!"
"Ih kakak, ya udah deh aku bareng sama Kak Pino." Dita mengalah.
"Eh, aku yang bareng sama Pino."
Aku tidak mau kalah. Enak saja si Pino sahabatku mau diajak bareng.
"Pelit, Mak! Kak Dion pelit." Teriak Dita.
Memang anak ini sedikit menjengkelkan. Daripada emak marah, ya udahlah mengalah saja. Secara otomatis jemari menutup bibir tipis Dita agar tak banyak bersuara gadis cerewet ini.
****
Aku melihat Kezia berjalan menuju kelas. Ada yang berbeda dari penampilannya. Rambutnya diikat rapi dengan jepit kupu-kupu. Bedak yang sangat tebal hingga membuat kulitnya yang hitam terlihat putih. Warna wajah dan leher terlihat sangat berbeda. Bibir kemerahan dengan polesan lipstik membuatnya tampak menor. Kawat gigi yang warna-warni bertengger manja di sela gigi-giginya yang maju.
Kezia sepertinya ingin berubah. Tapi bukan tambah cantik malah semakin tidak keruan. Ingin aku tertawa bahkan kejang-kejang kayak orang melihat penampakan, tapi rasanya tidak tega.
Bukannya Kezia tampak bahagia dengan perubahannya. Tapi, ia terlihat murung saat banyak siswa yang mengolok-olok dirinya. Gemuruh dalam dada ini ingin membelanya, tapi kenapa? Aku tidak tau.
"Jadi badut Zi? Udah jelek ya jelek aja. Gak usah maksa takdir!"
Ucap salah seorang dari segerombolan siswa. Ada embun bening yang menetes dari sudut mata Kezia. Gadis itu berlari tak berarah, hingga sampai menyenggol pundakku yang berdiri tak jauh darinya.
"Zi!" Pino mengejar gadis tonggos itu.
Gadis itu terus berlari tak peduli Pino mengejarnya. Entah kenapa aku menjadi tergerak mengikuti langkah mereka berdua.
Aku berhasil mengejar mereka. Kudapatkan Kezia dan Pino duduk di bangku taman. Sementar aku menyaksikannya dari kejauhan. Sesekali Pino mengusap air mata Kezia yang berjatuhan. Ada apa denganku? Kenapa aku jadi hawatir begini dengan gadis tonggos itu? Kembali
"Kak!"
Terdengar seseorang memanggilku, segera kupalingkan wajahku. Semoga saja ia tidak melihat aku sedang memerhatikan Kezia dan Pino.
"Kamu, Dit? Kenapa?"
"Ini bukumu jatuh," Dita mengulurkan buku.
Astaga. Itukan buku diary Kezia
Aku menepuk jidat kemudian mengambil buku itu dari tangan Dita. Adikku yang satu ini bukan tipe cewek yang jaga rahasia, tidaknya dia tidak membuka buku ini selama itu ia tidak akan tau buku milik siapa ini."Sini ihh!" dengusku kesal.
"Gak bilang makasih gitu?" Dita menatapku dengan tatapan mengejek.
"Ya, ya, ya."
"Susah amat bilang makasih."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Keseleo
Teen FictionAku gadis jelek menurut kebanyakan orang. gadis tonggos yang bermimpi mendapatkan cinta dari seorang pangeran tampan. jika bisa aku tertidur selamanya, aku tak ingin bangun dari tidur. hanya untuk menikmati mimpiku.