Chapter Two

14.7K 1.4K 21
                                    



Ten years ago...


Jennie menghabiskan waktu istirahat siangnya dengan membaca novel "Tangled" karya Emma Chase di bangku taman sekolah. Gadis itu sedang mengalihkan perhatiannya kepada novel yang dipegangnya, mengingat ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Ia bahkan melewatkan makan siangnya hari ini.

Lalu tiba-tiba entah darimana datangnya, seorang gadis berambut coklat merebahkan diri di pangkuan Jennie. Anehnya Jennie tidak terkejut. Ia tetap fokus membaca seolah tidak terjadi apa-apa.

"Huft, aku tidak mengerti mengapa pelajaran olahraga itu ada. Kening berhargaku masih sakit sekali terkena bola voli tadi. Damn!"

Jennie hanya bergumam untuk merespon celotehan gadis berambut coklat.

"Kau tahu olahraga apa yang kusukai?"

"Apa?" kali ini Jennie membalas, meskipun terdengar malas.

"Boxing. Kau tahu kenapa?"

"Kenapa?"

Lalu mata gadis itu menatap wajah Jennie dari bawah. Wajahnya tampak berseri-seri ketika menjawab, "Agar aku bisa melindungimu dari laki-laki pervert yang mencoba mendekatimu."

Mendengar itu Jennie menutup bukunya dan memandang ke bawah, tepat pada sepasang mata lawan bicaranya.

"Overprotective much, Lalisa?"

Lisa nama gadis berambut coklat itu. Ia bangkit dan duduk di tanah berumput di bawah kaki Jennie. Kakinya yang panjang dan mengenakan celana olahraga berwarna hitam terjulur ke depan, sementara kedua tangannya berada di bangku. Sikap tomboy seperti itu sudah biasa dilihat Jennie pada diri Lisa.

"Sebagai sahabatmu aku harus berjaga-jaga. Oh ya, dimana Jisoo?"

"Entahlah. Kurasa ia makan siang dengan Seokjin."

"Ah, gadis itu. Apa ia juga menyukai Seokjin? Aku dengar Seokjin menyukainya. Mungkin ia juga ingin mengajak Jisoo berkencan."

Jennie terdiam sejenak. Tanpa sengaja topik mereka sampai ke arah yang sejak tadi dihindarinya. Lalu Jennie berpikir kalau tidak ada gunanya menyembunyikan hal itu dari Lisa. Maka ia berdehem untuk mengambil perhatian sahabatnya tersebut.

"Lisa?"

"Hm?"

"Edward Thompson mengajakku berkencan."

Lisa tidak berkata apa-apa selama beberapa detik. Ia hanya memandangi Jennie dengan kening mengernyit.

"O-oh ya? Kapan dia mengajakmu?"

"Tadi pagi. Aku tidak tahu kenapa ia tiba-tiba menghampiri mejaku dan mengajakku berkencan Sabtu ini."

Lisa tersenyum. Entah mengapa, Jennie tidak menyukai senyuman Lisa kali ini.

"Lalu apa jawabanmu?"

"Aku menyetujuinya."

**

Lisa termenung di pinggir kolam renang rumahnya. Senja itu ia habiskan dengan bermain gitar sambil mengarang sembarang lagu. Biasanya ia sibuk dengan pensil serta buku sketsa jika berada di rumah, tetapi hari ini ia tidak mood. Entah mengapa ia hanya ingin menyendiri.

Setiap petikan gitar oleh jari-jari panjangnya, wajah Jennie terbayang-bayang dalam pikiran Lisa. Bagaimana Jennie tersenyum lebar untuk Edward, bagaimana pipi Jennie merona ketika Edward memuji, dan bagaimana Jennie menggigit bibirnya ketika Edward memperlakukannya bagai seorang putri.

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang