Seperti biasa, sepulang sekolah gue akan langsung menuju cafe milik Rapmon, kakak kelas gue yang sekarang udah jadi alumni. Disaat temen temennya pergi ke universitas, dia memutuskan buat buka usaha kecil kecilan dekat sekolah, sebuah cafe Dengan suasana kekinian parah, cafe ini enggak cuma ngejual kopi dan makanan ringan, tapi juga menyatu dengan distro yang baju bajunya sengaja di gantung disepanjang tembok, kebanyakan yang datang adalah anak anak SMA gue karna jaraknya yang sangat deket dan nyaman buat nongkrong nongkrong sehabis pulang sekolah.
Gue kesini kadang buat bantu bantu, kadang cuma liatin dia yang sibuk bikin kopi, gue seneng ngeliat semangat dia usaha, walaupun dia gasuka belajar, tapi otaknya bukan berarti enggak jalan, setiap orang memiliki fokus atau bakat tersendiri dalam dirinya, yang hal tersebut tidak selalu berhubungan dengan matematika fisika kimia atau biologi. Tidak harus selalu materi pelajaran. Gue sebagai orang bodoh seperti tengah menyemangati diri sendiri bahwa orang kayak gue juga mungkin bisa sukses, sukses yang bukan dalam artian masuk universitas negeri favorit se-Indonesia. Haha.
"Bang!" Sapa gue ketika memasuki cafe nya dan melihat dia tengah sibuk bikin kopi, hari ini cafe keliatan rame banget, mungkin karena sekarang hari Sabtu dan sekolah gue balik cepet.
"Oy, bantuin gue dong!" Gue mengacungkan jari telunjuk, lau segera nyamperin Rapmon setelah melepaskan jaket dan tas.
"Makannya sewa karyawan dong, biar ga keteteran sendiri," ujar gue sambil mengambil pesanan dan nganterin sesuai nama dan nomor meja yang tertulis di gelas kopi, ala ala starbak gitu.
"Lo tau sendiri, gue masih harus cicil bayar pinjaman bank, jadi belom bisa buat bayar karyawan." Untuk memulai usahanya, Rapmon memang meminjam modal dari bank, dan cara membayarnya dengan mengangsur setiap bulan.
"Iya bang, gue ngerti, jadi sebelum lo bisa bayar karyawan, lo bisa ngandalin gue, asal setiap gue ngopi disini dikasih gratis terus ya!"
"Jih itu doang mah kecil, lo bisa ngopi sampe masuk angin disini! Sepuas lo!"
***
Sekitar pukul enam gue pulang dari cafe Rapmon, sebelum kerumah, karna ini malam Minggu, gue berencana buat kerumah Jin yang tidak terlalu jauh dari sekolah.
Saat gue melewati portal komplek, handphone gue yang ada di saku geter, tanda ada yang nelpon, gue coba mengambil hape dari kantong sambil terus bawa motor, Jin yang nelepon, gue hendak menekan tombol hijau sebelum suara jeritan cewek buat gue kaget bukan main, motor gue yang tiba tiba oleng akhirnya jatuh kesamping kiri, menghasilkan suara krek yang gue yakin berasal dari tulang kaki gue yang ketiban beban motor gede gue.
Saat hendak coba bangunin motor yang niban gue, gue ngeliat seorang cewek yang juga lagi duduk lemas di aspal, gue yakin mungkin karena sibuk ngeliat hape, gue sampe ga sadar bahwa gue hampir nabrak orang.
Setelah berhasil membangunkan motor dan menyetandarkannya, gue menghampiri cewek itu sambil pincang pincang, kayaknya tulang gue ada yang geser.
Gue lihat dia masih shock, kedua tangannya memegangi dadanya, rambutnya yang tergerai menutupi wajahnya.
"Mbak gapapa?" Gue ikutan jongkok didepannya, saat denger suara gue, dia mendongak dan menyelipkan rambut rambut yang menghalangi wajahnya, dan saat itulah, kilas balik kejadian tiga tahun lalu seakan membawa gue kembali, cewek ini, gue ketemu cewek ini lagi.
Gue lihat dia juga kaget, dan segera berdiri setelah mengambil kantong kreseknya yang jatuh, lalu berlari dari hadapan gue dengan sangat kencang.
Gue gatau, tiba tiba aja otak gue blank... kenapa dia bisa ada disini? Dan kenapa gue harus ketemu lagi sama cewek itu?
Bagai diterjang ombak ganas, gue tiba tiba aja lemas, dan rasa menyakitkan dulu buat gue yakin kalo perasaan gue sama dia enggak pernah berubah sedikitpun. Kalau gue udah engga menyimpan perasaan sama dia, seharusnya pertemuan tadi enggak akan membuat gue se-shock ini.
Dan yang kini membuat otak gue berpikir keras adalah satu pertanyaan yang cukup sederhana, kenapa dia lari saat melihat gue?
Kenapa lo lari, Yasmin?
***
Tiga tahun lalu, tepatnya sehari sebelum UN, gue menyatakan perasaan pada seorang gadis yang paling cantik menurut gue. Masih terekam jelas bagaimana suasana di taman kota itu, banyak anak anak berlarian kesana kemari, suara gorengan yang tenggelam di minyak panas, gemericik angin yang membuat pohon pohon menari, hari itu malam Minggu.
Gue duduk di samping Yasmin yang tertawa kecil melihat pertunjukan pantomim dihadapan kami, ini adalah tiga bulan sejak kami dekat, gue yakin untuk ukuran pdkt, 3 bulan sudah sangat cukup.
"Yas," bisik gue pelan dikupingnya.
Dia menoleh, tersenyum yang lagi lagi membuat syaraf gue tiba tiba melemas.
"Kenapa?" Tanyanya dengan suara lembut khas seorang Yasmin.
"Boleh gak jadi pacar kamu?"
Dia berkedip beberapa kali, lalu mulai mengalihkan pandangannya dari gue, saat itu gue gabisa menebak apa yang ada di pikirannya, namun kalimat dia selanjutnya mampu gue simpulkan sendiri.
"Gue suka sama Jin."
Seperti itulah kisah kita berakhir, namun setelah kejadian itu, dan semua yang dia katakan gue infokan pada Jin, enggak pernah sekalipun gue lihat dia ngedeketin Jin. Malah sebaliknya, Jin yang telah mendapat persetujuan dari gue buat kenal dekat sama Yasmin justru malah dapat sikap dingin dari gadis itu, sampai hari ini gue gapernah tahu alasan dia melakukan hal tersebut. Yang pasti, dia udah menyakiti dua hati sekaligus, yang pasti hati gue, dan hati Jin yang sudah terlanjur berharap.
Hingga hari kelulusan, gue gapernah ngobrol lagi sama Yasmin, dari kabar yang gue dengar dia sekolah di SMA khusus perempuan yang ada di Surabaya, yang menyediakan asrama.
Dan setelah itu, Yasmin sepenuhnya hilang dari kehidupan gue, sebelum kejadian tadi yang mempertemukan gue lagi sama dia.
Ini bukan sinetron, tapi gue merasa kehidupan gue terlalu melankolis layaknya di sinetron sinetron.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS• F R I E N D S H I P•
HumorKim Taehyung tidak tahu bahwa perempuan yang baru saja dia tabrak dengan motor itu adalah perempuan yang sama dengan yang ia jumpai tiga tahun lalu, saat mereka SMP. Taehyung juga tidak tahu bahwa untuk seorang laki-laki, ia hanya membutuhkan waktu...