Multimedia: Stevie Leigh Boebi and Allison Don Hills
*-----*
Lagi, lagi, lagi dan lagi. Ally sudah lelah dengan semua teriakan yang dilontarkan Stevie kepadanya hanya karena gadis tomboy itu tidak bisa membantu Stevie untuk membersihkan kekacauan yang terjadi di rumah yang mereka tinggali. Sebenarnya Ally ingin untuk membantu membereskan semua kekacauan yang ada, tapi Ally memiliki OCD dan hal itu membuat semua pekerjaan harus dilakukan dengan sisi 'benar' menurut Ally.
Ally tidak ingin malah semakin merepotkan Stevie karena gadis itu memiliki sisi pandang tersendiri saat membereskan rumah, dan Ally tidak ingin Stevie kembali mengamuk karena gadis itu juga memiliki sisi 'benar' menurut versi-nya sendiri.
"Ally! Berapa kali Aku harus menceramahimu soal sepatu-sepatu ini?!!" Stevie berteriak dari arah garasi, membuat Ally terpaksa menghentikan kegiatannya yang sedang memberi makan kucingnya yang bernama Noodle. Melangkah secara paksa menuju garasi, akhirnya Ally menemukan sosok gadis jangkung yang belakangan ini mengamuk tidak henti-henti kepadanya. Stevie.
Ally mendengus saat ia melihat kalau Stevie sedang mengacak pinggang karena sepatu milik Stevie berada di deretan sepatu milik Ally karena memiliki warna yang sama dengan sepatu milik Ally sendiri. Ally ingat betul semalam gadis itu lah yang merapihkan rak sepatu, dan menurut pandangannya, deretan sepatu itu sudah berada di tempatnya berada karena mereka terurut berdasarkan warna serupa.
"Aku sudah membereskannya. Apa salahku?" ujar Ally dengan tampang lelah yang kentara. Stevie mendekat "Berapakali Aku harus mengingatkan kalau sepatu milikku dan sepatu milikmu memiliki tempat yang berbeda, kenapa Kau menata mereka seperti itu?" saat Ally mendengar nada lembut yang dilontarkan oleh Stevie kepadanya, Ally menunduk.
Ally tahu betul kalau Stevie sudah lelah berteriak padanya, dan Ally benci hal itu. Karena jika saja kalian tahu, seorang diktator yang cerewet seperti Stevie akan terdengar lebih menyeramkan jika mereka sudah mulai tenang seperti sekarang, dan Ally takut sekali. "Hey, Aku minta maaf. Kau tahu kalau Aku memiliki OCD, bukan? Itu salah satu buktinya" tangan Ally terulur ingin membelai pipi tirus milik Stevie namun gadis itu justru menyangkal untuk disentuh.
"Aku lelah untuk terus-terusan mendebatkan hal yang sama" bisik Stevie seraya melangkah menjauh dari Ally. "Ini tidak sehat untuk hubungan Kita" lanjut Stevie masih berbisik. Ally mendekat berusaha menjangkau Stevie yang justru semakin memaut diri dari langkah Ally "Hey, Aku minta maaf, Ok. Lain kali Aku akan menyusunnya seperti sebagaimana yang Kau inginkan. Ok?" dan akhirnya Stevie mengangguk mengiyakan.
"Aku tahu mengencani orang sepertiku akan sangat sulit. Kau perlu bersabar dua kali lipat" bisik Ally saat gadis tomboy itu mengusap punggung Stevie dengan lembut. Ally bisa mendengar kalau Stevie mendengus dan itu membuat Ally tersenyum karena Ally tahu betul dengusan itu tanda kalau Stevie memaafkannya dan itu tanda yang baik, bukan begitu?
*--Riska Pramita Tobing--*
Ally berlari kencang saat gadis itu melihat sahabatnya turun dari mobil. Perbuatan itu membuat orang-orang di sekitar mereka menatap aneh pada sosok Ally yang tidak diperdulikan sama sekali oleh Ally sendiri karena sekarang ia bisa mendekap sosok tomboy itu dengan kedua tangannya. "Oh! Aku sangat merindukanmu" ujar Ally diantara senyuman lebarnya yang terukir indah.
Gadis tomboy itu lantas melepaskan pelukan mereka dan menghampiri Stevie yang menunggu di ambang pintu "Dia benar-benar terlihat seperti seorang bocah yang merindukan Ayahnya" ujar Stevie saat ia memeluk gadis tinggi itu "Well come back, Shannon Beveridge!!" lanjut Stevie setelah mereka melepaskan belitan satu sama lain.
Shannon menyengir saat ia melihat Ally membukakan pintu rumah mereka untuknya "Pacarmu ini kelakuannya makin aneh saja" ujar Shannon dengan nada heran yang tepat dan Stevie hanya bisa tersenyum saja saat ia dilempari candaan anti mainstream seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE is WRONG (COMPLETED)
Short StoryJangan biarkan dia yang kau cintai pergi disaat dia sedang marah padamu, karena sesungguhnya perbuatan itu adalah kesalahan besar. Space is Wrong. Riska Pramita Tobing -2018-