Multimedia: Allison Don Hills and Shannon Nicole Beveridge
*-----*
Ally menatap bingung saat gadis tomboy itu melihat Shannon mengacungkan pistol kepadanya. "Ok, Kau ingin membunuhku?" ujar Ally seraya mengangkat kedua tangannya ke atas udara. Shannon terkekeh karena pertanyaan tolol itu meluncur secepat kilat dari bibir tipis berwarna pink milik Ally.
Gadis tomboy berrambut brunette itu kemudian menyerahkan pistolnya pada Ally "Apa ini akan membuatmu berpikir Aku akan membunuhmu?" dan Ally menjawab "Tidak" seraya menerima pistol laras pendek yang berwarna perak.
Shannon memberikan peluru timah pada Ally dan segera memberikan arahan "Aku tahu Kau iri karena Aku bisa menembak" celetuknya saat ia melihat raut wajah Ally memberikan ekspresi tanda tanya dan karenanya Ally jadi terkekeh "You know me so well big bro"
Setelah melatih Ally selama beberapa menit, gadis itu akhirnya menghentikan aktifitas mereka lantas segera duduk di sisi ruangan dan meminum air mineral yang baru saja Shannon bawa dari freezer yang tersedia di samping ruangan.
Mengambil napas dalam-dalam, Shannon akhirnya merebahkan punggungnya pada rumput buatan yang menutupi semua ruangan. Gadis tomboy itu terekekeh kecil saat ia merasakan tusukan lembut dari rumput tersebut sampai bisa menembus ke kulitnya meskipun ia mengenakan sweater.
"Kau belajar dengan sangat cepat" puji Shannon saat ia melihat Ally tengah memperhatikan ukiran peluru di atas tangannya. Gadis tomboy yang di ajak bicara itu mengangkat pandangan pada Shannon yang sibuk menatap langit-langit. "Apa Kau selalu berlari kemari saat tertekan seperti sekarang?"
Gara-gara Ally melemparkan pertanyaan, Shannon jadi terduduk dan segera mengambil pistol dari tangan Ally "Entah mengapa, setiap kali Aku mendengar suara ledakan dan juga mencium aroma dari timah panas, Aku selalu merasa bebas" penjelasan yang dilemparkan oleh Shannon sesuka hati membuat Ally merasakan bulu kuduknya meremang seketika.
"Kau terdengar menakutkan"
*--*
"Cammie, look. I'm tired, Ok? Aku nggak ada waktu untuk berdebat soal ini, Aku lelah bekerja seharian" Cammie terlihat menghempaskan tangannya ke udara karena sebal "Aku butuh kepastian, Shannon. Aku melihat Kau sangat menikmati adegan ciuman dan having sex dengan gadis itu. Aku bisa melihat kalau Kau tertarik padanya!" menarik napas dalam, Shannon berdiri dengan cepat "Kau tahu? Aku lelah bekerja seharian. Aku lelah terus-terusan mengulang scene yang sama karena ekspresi wajahku terlihat cemas di kamera. Aku lelah terus-terusan dimarahi sutradara karena Aku tidak bisa menikmati peranku sebagai kekasihnya. Sekarang Aku lelah dengan semua teriakan yang Kau berikan. Aku lelah, Cammie. Can You give me a space?"
Wajah Cammie berubah sepa saat ia mendengar kalimat terakhir dari Shannon. "Kau ingin meminta waktu sendiri karena ingin berdekatan dengan perempuan sialan itu kan?!!" Shannon melirik dengan cepat "JUST LEAVE ME ALONE!!!" teriaknya tidak sadarkandiri. Cammie mundur dua langkah sambil menutup mulut menganganya, satu air mata meluncur bebas membasahi pipinya membuat Shannon tersadar kalau ia sudah kelewatan sekarang "That's hurt my feeling" bisik Cammie seraya mengusap air matanya yang malah semakin deras membanjiri kedua pipi chubbynya.
Shannon menarik napas panjang "Babe, I'm sorry" bujuk Shannon seraya melangkah mendekati Cammie yang masih kesulitan untuk mengatur napas. Namun Cammie justru semakin menjauh "You know what? You want a space, than I give you break. Take care" dan dengan itu Cammie pergi meninggalkan Shannon dengan semua penyesalan didalam dada.
Cammie menengok kebelakang punggungnya. Tepat kepada pemandangan Shannon dimana gadis tomboy itu tengah meratap diatas kedua kaki panjangnya sampai tidak lama kemudian gadis berrambut brunette itu terjatuh dan menahan bobot tubuhnya diatas lutut. Cammie berpaling tidak ingin melihat luka yang diderita oleh Shannon yang akan sama-sama melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE is WRONG (COMPLETED)
Short StoryJangan biarkan dia yang kau cintai pergi disaat dia sedang marah padamu, karena sesungguhnya perbuatan itu adalah kesalahan besar. Space is Wrong. Riska Pramita Tobing -2018-