Other Side 7

23 5 0
                                    

Valory

Hari ini nanti jam 4 sore gue ada janji konsultasi sama dr. Resa. Karena selama gue sakit kemarin gue bener-bener gak bisa tidur sama sekali. Kadang baru bisa yang bener-bener tidur itu jam 4 subuh sedangkan paginya gue harus sekolah.

Disekolah bukannya belajar gue malah tidur, ya emang udah biasa sih kaya gitu. Cuma sekarang kan keadaannya gue udah kelas 12. Gak bisa main-main lagi.

Jadi gue putusin buat ke dr. Resa minta resep obat tidur. Seperti biasa gue jadi pasien terakhir dr. Resa. Setelah 30 menit nunggu, akhirnya gue masuk ke ruangan praktek.

Dr. Resa langsung baca rekam medik gue "Udah berapa hari insomnianya, Val?"

"Kira-kira seminggu lah dok."

Dr. Resa menulis beberapa resep yang harus gue tebus nanti, sambil sesekali nanya sama gue. Saat kita lagi ngobrol, pintu ruangan dr. Resa kebuka dan kami refleks menatap pintu. Mata gue membola saat mendapati Nyanya disana lagi natap gue bingung.

"Valory?" Panggil Nyanya masih dengan tatapannya yang bingung.

"Kamu ngapain disini, Val?"

Langsung aja gue berdiri dari duduk gue, menatap dr. Resa dan Nyanya bergantian. Lalu gue berjalan mendekati Nyanya yang masih berdiri didekat pintu bersama Iqbal sepupu kembarnya yang lumayan gue kenal juga.

"Kita ngomong diluar." Ucap gue sambil bawa Nyanya keluar dari ruangan dr. Resa.

Gue bawa Nyanya ke lorong rumah sakit yang sepi. Hingga akhirnya Nyanya melepaskan tangannya yang gue genggam. Dia berhenti ditempatnya menatap gue nyalang.

"Val, aku tanya. Kamu ngapain ditempat Mamah?"

"Mamah?" Tanya gue bingung.

Nyanya mengangguk "Dokter yang kamu datengin itu Mamahnya Iqbal dan Akmal. Aku tanya lagi, ngapain kamu disana?"

Gue bingung, gue gak tau harus ngomong apa sama Nyana kali ini. Gue takut, gue gak sanggup.

"Val?" Nyanya ambil tangan gue dan digenggam sambil terus natap mata gue.

"A... aku bakal jelasin. Tapi gak disini."

"Aku mau kamu jelasin sekarang, Val?"

"Iya, aku bakal jelasin tapi gak disini. Aku tebus obat dulu, aku bakal jelasin diapartment ya?"

Nyanya menatap gue, lalu mengangguk lemah. Seenggaknya dia mau dengerin penjelasan gue nanti.

Kita akhirnya kembali lagi menuju ruang praktek dr. Resa. Saat gue masuk keruangan tanpa diikuti Nyanya, dr. Resa dan Iqbal menatap gue dengan senyum yang tercetak dibibirnya.

"Jadi, Nyanya..."

"My girlfriend." Ucap gue memotong omongan dr. Resa.

"I have to go, thanks dok."

Dr. Resa mengangguk lalu tersenyum lembut.

"Good luck, bro." Iqbal berkata saat gue udah sampe pintu. Dan hanya gue bales dengan anggukan.

Selesai nebus obat gue jalan beriringan sama Nyanya yang keliatan masih bingung, dan dia diem aja, gak ngomong sama sekali selama perjalanan ke apartment gue.

****

Begitu sampe apartment, gue naruh tas, dan obat dilaci meja belajar gue. Menyusul Nyanya yang udah duduk disofa, gue duduk disampingnya dan langsung menggenggam tangan dia.

"Kamu tuh kenapa sih Val? Kenapa selama 6 bulan kita pacaran kamu gak pernah sedikit pun cerita tentang kamu. Aku jadi ngerasa kaya orang bego yang gak tau apa-apa tentang pacarnya." Fanya langsung mengutarakan perasaannya ke gue.

Other Side.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang