“My feelings have grown, I don’t hate it. Because it’s you”
(BTOB – The Feeling)
2 years later…..
“Seowoo! Hey, sini! Tunggu Eomma!”
Wanita itu berlari kecil mengejar seorang bocah yang sedang berjalan tertatih menuju taman di depan komplek apartemennya. Si bocah tampak begitu bersemangat sehingga tidak mempedulikan teriakan sang ibu.
“Seowoo! Kalau kamu tidak menurut, Eomma tidak akan membelikanmu mainan lagi loh!” ancam sang ibu kepada anaknya.
Si bocah serta-merta menghentikan langkahnya. Ia menoleh menatap sang ibu dengan sorot matanya yang seolah sedang meminta belas kasihan kepada sang ibu.
Si wanita menghela napas. Ia berjalan menghampiri anaknya, berjongkok di hadapan sang anak sebelum kemudian mengusap puncak kepala anaknya dengan lembut.
“Jangan tinggalkan Eomma ya. Eomma sedih kalau Seowoo tidak mau menurut dan memilih untuk pergi bermain tanpa Eomma,” ucap wanita itu kepada buah hatinya.
Si bocah manggut-manggut, seolah mengerti dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir sang ibu. “Eomma….saranghae…” ucap si bocah dengan susah payah.
Sang ibu terkekeh pelan. Ia merengkuh buah hatinya ke dalam pelukannya sebelum kemudian menghujani bocah tersebut dengan beribu kecupan.
“Eomma juga sayang Seowoo. Eomma benar-benar sayang padamu. Seowoo adalah harta karun Eomma yang paling berharga. Seowoo selalu bisa membuat Eomma tersenyum dan tertawa. Karena itu lah, Eomma tidak menyesal pernah memperjuangkan Seowoo sedemikian rupa. Eomma tidak menyesal pernah menangis untuk Seowoo. Karena Seowoo jauh lebih berarti dari apa pun. Seowoo adalah segalanya bagi Eomma.”
Dari raut wajahnya, ketara sekali bahwa sang ibu benar-benar mencintai buah hatinya yang berjenis kelamin perempuan. Sang ibu benar-benar mengagumi puterinya sehingga tidak pernah merasa gengsi untuk sekedar memuji si buah hati.
“Appa?”
Sepertinya, bocah perempuan itu mempertanyakan apakah sang ayah memiliki perasaan yang sama seperti sang ibu atau tidak.
Wanita itu mengangguk mantap. “Tentu saja Appa juga sayang pada Seowoo. Appa memperjuangkan segalanya untuk Seowoo. Appa berjuang keras untuk lekas sembuh. Appa berjuang keras untuk membahagiakan Eomma dan Seowoo. Appa sudah banyak berkorban untuk kita berdua. Seowoo tahu itu kan?”
“Appa! Appa!” pekik bocah perempuan itu sembari melonjak-lonjak di tempat dengan bersemangat, seolah menyetujui pendapat sang ibu. Bocah perempuan itu juga celingukan kesana-kemari seolah mencari sosok ayahnya.
“Seowoo mencari Appa? Seowoo rindu ya pada Appa?” tanya si wanita kepada anaknya.
“Ng! Appa dimana?” Si bocah perempuan melepaskan pelukannya dari sang ibu sebelum kemudian kembali berjalan tertatih. Kali ini ia tidak berjalan menuju ke taman, melainkan kembali ke kawasan apartemennya.
“Seowoo ingin bermain bersama Appa juga? Tapi, Appa pasti merasa lelah karena baru saja pulang kerja tadi pagi. Seowoo tidak ingin membuat Appa bertambah lelah kan?” bujuk ibunya kepada sang anak. Ia tidak tega jika sang anak menganggu tidur suaminya yang memang semalam harus lembur karena pekerjaannya yang melimpah.
Seowoo mengerucutkan bibirnya. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Ia sebal pada sang ibu yang melarang dirinya untuk bermain bersama dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Weddings & A Funeral (Jenyong)
Short StoryWould you stay with the one who doesn't love you back? Or would you have an affair with the one who loves you too much?