KEDEWASAAN

9 2 0
                                    

Dear Diary,

Mengingat jauh 2 tahun yang lalu saat aku sudah menyelesaikan skripsi, aku berkeinginan menjadi seorang pegawai di suatu perusahaan, entah itu Negeri ataupun Swasta. Alasannya simpel, aku tidak terlalu senang menjadi sosok pemimpin, yang harus mengarahkan, memutar otak untuk menjadwalkan sesuatu, dan menggiring rekan-rekannya menuju lembah hijau keberhasilan. Padahal dulu waktu aku SMP dan SMA, aku adalah ketua organisasi Pramuka, dan tentu saja bagian dari OSIS. Pramuka, mungkin siapa saja bisa bergabung karena sejatinya Pramuka itu tidak ada seleksi untuk tergabung di dalamnya, tapi kesediaan dan suka rela. Berbeda dengan OSIS, baik di SMP atau SMA tesnya sangat ketat dan cukup sulit, sehingga tidak semua orang yang dapat bergabung. Masa SMP dan SMA aku sangat dekat dengan sosok pemimpin, berharap kelak aku dapat memetik hasil dari latihanku selama ini. Kemudian sampailah aku di masa kuliah, yang kata orang adalah masa dimana karaktermu akan dibentuk, keraktermu akan benar-benar ditempa untuk menghadapi dunia luar. Entah kenapa yang awalnya aku bersemangat dengan semua ini, aku menjadi lesu dan tidak bersemangat. Aku menjadi pemurung dan penyendiri. Aku menutup pintu untuk bersosial dengan orang lain. Dan saat itu tiba, saat dimana aku harus mau tidak mau bersosial untuk dapat lepas dari belenggu UKT. Mau tidak mau aku memakai topeng yang bernama Kepalsuan untuk menghadapi semua rintangan. Hingga akhirnya aku dapat melalui masa kuliah dengan cukup memuaskan, walau lebih 1 semester. Aku menyelesaikan perkuliahaku tepat 4,5 tahun.

Kembali ke masa aku sudah menyelesaikan skripsi dan mulai mengurus berkas-berkas agar aku terdaftar di Yudisium 94. Sehari sebelumnya teman SMP-ku yang juga kuliah di Surabaya mengajakku keluar dan ngopi di dekat Kenjeran. Singkat cerita kami bertemu di sana, dan mulai bercerita tentang seberapa sulit perjuangan mahasiswa semester tua. Kebetulan dia juga sedang menyusun skripsi, dan dalam waktu dekat dia ingin mengambil data penelitian Skripsinya. Yang tak aku sangka dalam kesibukan itu, temanku bekerja sambil meladeni panggilan dosen yang tak terduga. Lebih tepatnya dia mendirikan sebuah warung kopi di dekat kampusnya bersama temannya. Dan warung kopi yang kami datangi saat ini adalah bentuk pengintaian dia untuk dijadikan data agar warung kopinya bisa seramai warkop ini. Dia berkata padaku bahwa, dia sudah muak dengan pekerjaan yang mengharuskan dia tunduk dan patuh pada atasan dan bekerja di bawah naungan birokrasi. Dia benar-benar menjunjung tinggi pekerjaan di bidang wirausaha karena disana kita bekerja tanpa paksaan, tanpa tekanan dari atasan kita. Kita yang memegang baik buruknya usaha kita, "Kita tidak menjadi Buruh Birokrat", ucap lantang temanku. Lalu dia berkata pelan bahwa hidup ini masih panjang, dia ingin melakukan apa yang benar-benar dia ingin lakukan. Saat ini dia percaya bahwa jalan ini sudah benar, namun jika benar jalan ini salah dan dalam kurun waktu 4 tahun dia tidak dapat melihat hasilnya, maka dia dengan berat hati harus memutar haluan dan mencoba melamar pekerjaan di perusahaan yang dia jelek-jelekan di awal percakapan tadi. Kami pun tertawa lepas mendengar hal itu.

Pada saat itu aku tetap kukuh dengan idealismeku bahwa, menjadi pegawai perusahaan sudah cukup, kita mengerjakan tugas yang sudah ditentukan, tidak memikirkan beban perusahaan berkepanjangan karena itu tanggung jawab atasan. Jadi ya, kita hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Namun untuk saat ini, setelah aku sudah mengalami berbagai pengalaman bekerja sebagai pegawai, aku baru sadar bahwa apa yang dirasakan temanku 2 tahun yang lalu baru aku rasakan saat ini. Betapa berat saat tugas-tugas belum selesai, disuruh ke sana kemari dengan teriakan lantang dan tak lupa cemooh yang keluar saat kita melakukan kesalahan. Semua itu baru kurasakan saat aku mencoba menjajaki dunia yang aku yakini sudah ideal. Menjadi pegawai perusahaan. Hingga aku berfikir aku tidak ingin merasakannya lagi, dan kapok menjajaki dunia itu. Tapi dengan seiring berputarnya waktu, usia kita bertambah dan apa yang terjadi jika usia kita bertambah? Ya, ada dunia baru yang menunggu kita, dunia dimana kita membuat keluarga sendiri dengan orang yang kita sayangi. Singkat saja, aku ga bisa terus menerus begini, aku harus bekerja. Walau sesulit apapun itu, aku harus mencari uang, untuk merapikan masa depanku kelak, untuk mengawali masa depanku, untuk semuanya.

Jadi inti yang aku dapat ceritakan hari ini adalah, kedewasaan tiap orang itu berbeda-beda. Ada yang di awal sudah sadar, ada yang tepat waktu dan ada yang terlambat. Mengingat usiaku yang sekarang, sebenarnya aku cukup terlambat, namun tidak terlalu. Tentu saja, aku akan menyambut tiap kesempatan yang diberikan atau membuat kesempatan itu terjadi.

Terima kasih sudah membaca ceritaku hari ini. Semoga esok lebih baik :-)

Dear Diary (Sebuah Tulisan Ghibah Duniawi Berkedok Diary)Where stories live. Discover now