Maafkan daku.
Tolong bersabar ini ujian.
Mari tinggalkan kesan yang mendalam. 😊I think that song match with Chanyeol's feeling.
.
.
.Chanyeol PoV
Semilir angin sejuk yang membelai kulitku. Hamparan langit berwarna abu itu sedang saling mengejar satu sama lain. Seharusnya sejak awal aku melihat perkiraan cuaca yang tertera di layar berukuran lebih dari lima inci tersebut.
Setidaknya aku beharap hari ini tidak akan turun hujan, walau awan di atas sana telah memberitahukannya.
Ah, kita belum saling mengenal bukan. Aku Park Chanyeol, mahasiswa semester lima jurusan arsitektur.
Berjalan diriku dengan tergesa-gesa menuju ruangan di ujung sana. Melirik jam yang bertengger manis dipergelangan tangan kananku. Mata kuliah sudah berjalan dua puluh menit yang lalu.
Sedikit ku berlari agar tidak semakin tertinggal pelajaran yang telah berlangsung. Berdiri diriku di depan pintu dengan nuansa coklat. Menarik nafas sebentar sebelum akhirnya diriku menarik kenop pintunya.
Membungkuk terhadap dosen yang sedang menuliskan sebuah materi di papan putih yang berada di depan. Beruntung dosen kali ini tidak menyuruhku keluar. Aku masih bisa menerima materi yang sedang disampaikan.
Buku yang sedang ku buka menarik perhatianku. Entah aku tidak terlalu mengingat kapan aku mengambil gambar sebuah taman pada musim gugur. Aku hanya mengingat aku mengambil gambar ini tahun lalu.
Menatap foto tersebut sedikit lama. Terdapat sobekan dari foto itu, seharusnya ada potongan lain dari foto ini. Tapi aku tak mengingatnya. Kemana diriku membuang foto itu.
Helaan nafas keluar dari mulutku. Semakin hari diriku sering melakukan kebiasaan ini. Ku fokuskan kembali diriku pada dosen yang sedang menerangkan di depan sana. Diabaikan itu sangat tidak enak sehingga aku tak ingin mengabaikan Beliau yang sedang membagi ilmunya.
Dua jam diriku duduk dengan memperhatikan dosen berkacamata bulat. Terlihat bapak yang merangkap menjadi wali dosenku mengucapkan salam.
Aku membalasnya sambil merapikan buku dan alat tulis yang berserakan.
"Chan, hari ini jadi kan. Ku tunggu di lapangan basket."
Aku memegang dadaku yang terkejut. Sialan Sehun ini, seharusnya dia menyapa dahulu. Bukan seperti hantu yang tiba-tiba mengejutkan ku.
"Sialan kau Hun, jika aku mati bagaimana. Baik aku akan kesana. Aku harus mengembalikan buku terlebih dahulu."
Aku berlalu meninggalkan Sehun yang sedang asik bercengkrama dengan Baekhyun.
Bukannya tadi diriku mengatakan hantu. Sesungguhnya aku tidak tahu dia siapa. Aku bahkan tidak yakin dia itu nyata atau tidak.
Setahun belakangan ini ada seseorang yang selalu mengikutiku.
Disaat diriku sedang berjalan seperti ini. Dia selalu berada di belakangku. Dia berjalan dengan tenang. Ingin diriku bertanya alasan tentang dirinya yang mengikutiku.
Tidak hanya seperti sekarang. Disaat diriku sedang menikmati makan siangku entah dimana pun. Dia juga berada di sana. Mengamati ku tanpa ikut menikmati makan siangnya.
Saat diriku sedang mencari udara disaat rasa penat ku sedang menguasai. Dia juga ada di sana. Ikut menikmati semilir angin berhembus yang saling menerpa.
Bahkan disaat aku dan teman-temanku sedang berbelanja. Dia juga ada. Memberi ekspresi suka atau tidak saat diriku yang sedang memilih pakaian.
Aku sempat bertanya dengan beberapa temanku. Mungkin diantara mereka ada yang mengetahui orang itu. Tapi hanya gelengan yang ku dapatkan dari mereka.