Kim Jongin PoV
Langkahku membawa diriku berada di puncak tertinggi gedung ini. Berdiri di pembatas gedung yang menampilkan gambaran kota yang padat.
Nafasku mulai tersenggal satu persatu saat menyadari bahwa aku adalah manusia terbodoh.
Sakit, entah bagaimana caranya agar kalian tahu kesakitan yang kurasa. Luka sayatan terdalam yang mungkin seorang ahli medis pun tidak bisa menutupnya. Darah tak kasat mata terus saja keluar hingga membuat air mata ini tumpah karena mencari di mana kesakitan yang tersembunyi itu.
Aku meneriaki namanya. Nama yang bahkan tak pernah menatapku. Nama yang bahkan membuatku selalu hancur. Nama yang bahkan menginginkan diriku lenyap dari dunia ini.
Aku menyukainya. Aku mencintainya. Menganggapnya idola selain kedua orang tua dan tentunya Tuhanku.
Aku bahkan selalu berdoa untuknya, berdoa agar dirinya bahagia. Tapi aku tak pernah mendapat balasan atas doa-doa baikku.
Sakit semakin menjadi saat luka itu selalu timbul. Muncul seakan memang tidak mampu tenggelam.
Haruskah aku mengakhirinya?
Jongin End PoV
.
.
.
Seoul, 15 April 20xx
.
Langkah kecil itu berusaha mengejar seorang yang selalu ia kagumi. Berjalan di belakang karena lelaki itu tak ingin dia berada di sampingnya.
Jongin, seorang pemuda yang selalu menjadi pengagum seseorang bernama Park Chanyeol.
Mereka baru bertemu awal bulan yang lalu saat mereka tidak sengaja saling bertegur sapa di ruang konseling.
Keduanya murid pindahan, Jongin berasal dari Itaewon dan Chanyeol berasal dari Jeju.
Awalnya memang bersikap biasa hingga Jongin tersadar ada kepingan masa lalu yang sempat ia tutup. Potongan yang bahkan takut untuk ia ingat. Namun melihat Chanyeol kembali pada akhirnya dia menyadari bahwa ia bisa memulainya dari awal.
"Berhenti mengikutiku Jongin! Kau membuatku menjadi tontonan satu sekolah."
Chanyeol mulai geram, dari sekian banyak murid kenapa harus Jongin yang mengikutinya. Tidak adakah gadis lain saja yang menjadi pengagumnya.
Ah, tentu saja ada. Namun para gadis itu memilih mundur akibat tatapan tajam yang Jongin berikan.
"Aku membuatkanmu makan siang Chan. Kau mau menerimanya kan?" Tanya Jongin dengan harap, pasalnya Chanyeol selalu menolak bekal yang dia buatkan. Padahal lelaki itu selalu terlihat makan siang di kantin bersama teman-temannya yang lain.
"Aku sudah membawa bekal. Minggir sana, aku mau masuk kelas."
Jongin memilih menjauh. Menatap dua bekal yang sudah ia siapkan untuknya dan Chanyeol. Dia hanya berharap agar suatu saat nanti dirinya bisa menikmati bekal yang sudah ia buatkan bersama Chanyeol.
Jongin memilih menaiki lantai dua. Menuju kelasnya yang sudah ramai diisi dengan murid lainnya.
"Chanyeol menolaknya lagi?"
Jongin belum menduduki tempatnya, belum memulai bercerita pasal kejadian pagi ini. Tapi lagi-lagi teman sebangkunya paham. Bagaimana tidak paham jika setiap hari cerita yang disampaikan selalu sama.
Chanyeol yang menolak bekalnya. Chanyeol yang membentaknya. Chanyeol yang menyuruhnya menjauh.
Tapi semua hal itu biasa saja bagi Jongin. Setidaknya Chanyeol tidak pernah berusaha memukulnya atau lebih parah menyuruh Jongin mati seperti drama-drama yang selalu ia tonton.