London

39 1 0
                                    

"Ya... Udah kok.. Semuanya udah siap.. Iya, ini tinggal pergi aja Ma. Ya.. Love you."

Gadis bermata coklat dengan rambut hitam yang diikat ekor kuda tinggi, mengambil kembaki ponsel yang ia letakkan di antara telinga dan bahunya setelah yakin pintu apartemennya terkunci dan memasukannya ke dalam saku celana.

Ia bersenandung sambil berjalan menuju tempat kerjanya.

Zoey Hagiwara, gadis berdarah campuran Amerika-Indonesia-Jepang. Ayahnya yang orang Amerika asli bertemu dengan Ibunya yang memiliki darah campuran Indonesia-Jepang ketika sedang melanjutkan pendidikannya di negeri paman Sam.

Hampir sampai di tempat tujuannya, Zoey memasukkan kedua tangan kedalam saku jaket merah tebalnya dan berjalan semakin cepat. Cuaca semakin dingin saja di pertengahan bulan November ini.

Kepindahannya ke London tiga tahun lalu dikarenakan beasiswa yang ia dapatkan untuk melanjutkan kuliah.

Beruntung bagi dirinya karena perjalanan dari rumah menuju tempat kerjanya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki saja. Jika tidak, mungkin ia harus bekerja ekstra mencuci seluruh pakaiannya jika cuaca sedang dingin seperti ini.

Zoey bekerja di sebuah cafe yang tidak terlalu besar dengan design interior didominasikan dengan nuansa vintage dan penambahan berbagai macam tanaman hijau yang di desain pemiliknya menciptakan suasana yang sangat nyaman dan segar, juga ada konsep outdoor dengan meja berpayung besar dan pagar putih sependek betis sebagai pembatas jalan raya bagi customer penyuka matahari, serta beberapa sticker nama 'Vivere' disetiap kedua kaca besar disamping pintu masuk sebagai pembatas indoor dan outdoor.

"Pagi, Zoey!" Jane Hopkins, salah satu rekan kerjanya, langsung menyapa begitu Zoey membuka pintu masuk.

"Bagaimana pagimu?" tanyanya dalam aksen inggris yang kental, sambil menyusun beberapa peralatan makan diatas meja yang diujung ruangan.

"Dingin. Kau?" Zoey bertanya kembali sambil melepaskan mantelnya.

Jane, gadis Inggris asli, dengan rambut blonde panjang sampai menyentuh pinggangnya.

Belum sempat Jane menjawabnya, terdengar bunyi beberapa sendok dan garpu besi yang jatuh ke lantai.

Zoey meringis. Jane, rekan kerjanya sedikit ceroboh.

"Sejauh ini, hanya ini hal ini saja yang membuat pagiku buruk." Jane tersenyum malu sambil menunjuk sendok-garpu yang ia jatuhkan kelantai.

Ia segera berjongkok untuk memungut semua sendok yang terjatuh begitu sebuah tangan terulur untuk membantunya.

"Aku akan membawa semua ini kedapur. Kau bereskan saja meja-meja lain yang masih kosong. Aku akan segera membantu begitu selesai mengganti pakaian." Zoey menggenggam semua sendok yang terjatuh tadu dengan kedua telapak tangannya lalu berlalu ke dapur setelah Jane mengucapkan terimakasih.

"Pagi, Manis!" Gerald Mckleeton, Kepala Koki dengan mata biru bertubuh kekar dibalik pintu lemari es menyapanya begitu ia sampai kedalam dapur. "Siap untuk hari ini?"

Zoey tersenyum lebar "Pagi, chef. Kau tetap tampan dengan apron pink berenda itu." ucapnya membuat Gerald tertawa.

"Ini milik istri cantikku, dan ini ulah isengnya membuatku memakai apron manis ini. Apa aku terlihat manis sekarang?" Gerald berpose dengan kedua tangan memegang ujung apronnya dan menunduk seperti seorang putri, dan hampir membuat Zoey mengisi seluruh dapur dengan suara tawanya.

Mengenal pasangan suami istri itu sampain sekarang, Zoey mendapati kebiasaan Gerald yang selalu membawa apron dan pisau masaknya sendiri.

Ia menggeleng-gelengkan kepala dengan sisa tawanya, mencoba membayangkan bagaimana Tyra - istri Gerald yang benar - benar cantik dan awet muda - berhasil memasukkan apron itu ke dalam tas dan mengambil apron putih yang biasanya dipakai suaminya saat bekerja. Manisnya, Gerald tidak pernah marah dengan lelucon istrinya dan Zoey selalu mendapati pria itu akan tetap tertawa meskipun ia sendiri selalu menjadi korbannya.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang