Dumb 2

2.2K 288 27
                                    

Kamu adalah beku yang menantikan sang mentari tiba.

"Adnan bangun! Adnan bangun!"

Flora menarik-narik tangan Adnan yang belum sadar juga, Adnan tidak juga menggubris Flora, ia masih mendengkur hebat, Flora menyentakkan kedua kakinya ke lantai karena sebal.

"Tante Adnan gak mau bangun, padahalkan hari ini Adnan sama Rara mau---"

"Hmpph!! Leupausin!" Flora menahan napasnya saat tangan Adnan telah membekap mulutnya, Adnan yang sudah terbangun itu langsung menyibakkan selimutnya sampai dada bidangnya yang atletis itu membuat mata telanjang Flora makin membulat, rezeki di pagi hari menurut Flora, kapan lagi Flora melihat Abs, tepat di depan matanya.

Adnan yang cuma memakai celana dalam langsung menatap Flora sinis, ia melepaskan bekapan tangannya sampai akhirnya Flora dapat bernapas lega, namun tidak berhenti sampai di situ, lelaki itu menarik rambut Flora yang sudah di kepangnya dua dengan serapih mungkin, dan sekarang ia harus menerima siksaan kejam dari Adnan.

"Keluar lo kampret, main masuk ke kamar orang aja, sana lo!" Ia mendorong Flora sampai ke luar dari kamarnya, kemudian mengunci pintu kamarnya agar Flora tidak masuk sembarangan lagi.

Lelaki tersebut mendesah pelan,"Dasar gadis bermata empat dan aneh," desis Adnan.

Tanpa pikir panjang lagi Adnan langsung membersihkan tubuhnya dan segera bersiap-siap untuk pergi ke kampus, hari ini adalah OSPEK pertamanya, dan lima menit lagi OSPEK akan segera di mulai, pastinya hari ini akan menjadi hal tersial bagi Adnan dan Flora jika mereka telat.

"Pagi tante!" Flora menepuk pundak seorang wanita paruh baya yang tengah berkutat di dapur itu, Gisela mendongak mendapati wajah ceria Flora pagi ini.

"Hallo Rara sayang," sapa Gisela pada anak sahabatnya itu, Flora menunjukkan sederet gigi putih rapihnya.

"Adnan mana?" Gisela celingak-celinguk, dam terlihatlah wajah Adnan yang terlihat kusut pagi ini.

"Hadir ma," sahut Adnan, ia langsung menyalami punggung tangan Gisela,"Adnan pergi ma," ia kembali membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu utama.

Flora terpelangak, ia menatap Adnan dengan air muka sebal,"Ih Adnan kan Rara nebeng sama Adnan!" Pekiknya,"Tante mertua, Rara pergi dulu ya," ia menyalami punggung tangan Gisela dengan cepat, lalu berlari menyusul Adnan.

Adnan memakai helm-nya kemudian menghidupkan motor matic kesayangannya yang di pretel-pretelnya sedemikian rupa.

Tanpa izin atau apapun lagi, Flora langsung naik ke atas motor Adnan.

"Ayo berangkat!"

Apalagi ini ya tuhan? Adnan hanya bisa bersabar dan bertabah hati, tampaknya beberapa tahun ke depan ini, Adnan harus merelakan sisa-sisa waktunya penuh dengan gangguan-gangguan kuman bernyawa seperti Flora, untung Flora adalah teman mamanya, jika tidak. Tidak akan mau Adnan hidupnya di ganggu oleh sembarang orang.

Lelaki berperawakan tampan, berkulit putih dan bertubuh jenjang itu langsung mengegas motornya dengan kecepatan tinggi.

"Adnan jangan ngebut, Rara masih mau nunggu lamaran dari Adnan," pekik Flora yang sama sekali tidak mendapat respon dari lelaki itu, ia tetap menarik gasnya kencang, meliak-liuk di sepanjang jalan, sampai akhirnya gerbang kampus yang tadi sedikit lagi akan di tutup, mampu Adnan tembus dengan tarikan napas leganya.

Kedatangan Adnan sontak menjadi sorot perhatian semua Maba yang berada di sekitar pakiran, dengan raut wajah datar, Adnan melepaskan helmnya, membiarkan rambut hitam berkilau miliknya di sapa manja oleh angin yang menerpa.

Sedangkan Flora harus menerima bahwa rambutnya yang tadi terkepang dua rapih, sudah kusut tak karuan.

Untung sayang.

Tanpa mengatakan apapun, Adnan berjalan mendahului Flora, ia tidak peduli. Lagian menurutnya Flora sudah besar, dan harus mendiri. Semakin bertambahnya umur harus bisa menjaga diri sendiri, jangan manja. Itulah sebabnya Adnan selalu bersikap keras pada Flora.

Bukan karena Adnan tidak punya hati, tapi Adnan ingin gadis cengeng itu bisa berubah menjadi perempuan yang tegar dan bisa menghadapi bully-an sendiri.

Semua mahasiswa baru telah berkumpul di lapangan bersama plekton mereka masing-masing. Sepertinya Adnan dan Flora memang di takdirkan untuk bersama, buktinya mereka di tempatkan pada Plekton yang sama. Adnan tidak terlalu peduli dengan hal itu, tapi cercaan dari bibir Flora yang selalu memekakan telinga, harus membuat Adnan lebih banyak lagi bersabar sepertinya.

Saat bola mata Adnan mengitari setiap sudut lapangan, ia tidak melihat Flora di manapun, Adnan baru ingat kalau tadi ia dan Flora terpisahkan, sebab Adnan berjalan lebih dulu.

"Baiklah adek-adek, kakak akan mengabsen kalian satu-satu dulu," suara pembina plekton itu membuat Adnan mendesah pelan, ia menutup matanya rapat sebentar, kemana perginya Flora? Demi kecoa berenang di rawa-rawa, Flora sangat membuat Adnan merepotkan.

Tak ingin ambil pusing Adnan langsung mengangkat tangan kanannya,"Maaf kak, saya permisi ke toilet sebentar," izin Adnan pada wanita yang memakai almamater kebanggaan Universitas Millenium, berwajah cantik, putih, bersih dan berhidung mancung itu mengangguk.

"10 menit harus kembali lagi ke sini."

Adnan melesat pergi, untuk mencari Flora. Adnan masih ingat sejarahnya Flora di bully karena penampilannya yang freak itu, jadi Adnan harus lebih berjaga-jaga lagi, dunia ini keras. Yang rendah bakalan tertindas, karena solidaritas bukan lagi harga mati bagi setiap manusia, tapi melainkan indentitas.

Demi sempak petrik yang enggak pernah ganti, Adnan menelusuri lobi dengan langkah cepat.

Sedangkan Flora sekarang hanya bisa pasrah, seorang lelaki berpakaian acak-acakan dan memakai almamater itu menyudutkannya pada tembok lalu menguncinya dengan sikunya.

Flora menegak salivanya susah payah, gadis ber-kacamata itu sempat terpesona sesaat karena ketampanan wajah kakak tingkatnya sekaligus bagian dari pengurus Ospek mereka itu.

"Minta nomor watttsap dong," ia mengeluarkan ponsel berlogo apel gigit tersebut.

Namun Flora menggeleng,"Kata mama Rara, Rara gak boleh ngomong, apalagi kasih nomor Rara ke sembarangan orang, kalau ada yang minta Rara harus izin sama mama dan juga sama Adnan, maaf ya kak," tolak Flora mentah-mentah.

"Songong juga lo ya," desis lelaki itu yang badboy-nya tak kentara.

"Gak gitu---"

"Jangan ganggu dia," tanpa aba-aba Adnan langsung menyeret tangan Flora agar mengikutinya.

"KAK FLORA IZIN SAMA ADNAN DULU YA!" Pekik Flora yang di hadiahi tatapan sinis dari Adnan.

DumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang