Bab 6

4.9K 474 19
                                    

Biru pov

Awalnya sih, ogah banget buat aku ngelirik si, Ai. Tapi gak tahu kenapa, akhir akhir ini justru malah banyak lirik dia.

Bahkan aku jadi tahu kebiasaanya, yang kalau istirahat, langsung kabur kekantin, buat ketemu sama anak Pmr.

Aku juga anggota disana. Anggota paksa. Karena gak sengaja gabung aja. Yang udah baca bab sebelumnya, pasti pahamlah.

Dan kali ini, aku penasaran sama Ai, karena udah mau bel masuk, dia belum juga balik dari kantin.

Aku keluar kelas dan berdiri di depan pintu, pinggir pintu sih, tangan gue lipet depan dada, dan bersandar di tembok. Banyak yang godain. Tapi aku bodo amat.

Hingga akhirnya mereka sadar diri sendiri. Aku, menghela nafas, dan hampir berhenti bernafas, saat melihat Ai, berjalan berdua dengan Devan.

Ngapain tuh anak, kan dia kelas dua, harusnya lantai 3 dong. Ngapain naik ampe lantai 4. Modus, masa ia dia mau anter Ai, ampe kelas, kalau gak ada apa apa?

Aku mendekati mereka tanpa persetujuan hatiku. Otak sama badan gak bisa diajak kompromi sama hati

"Lo, manis banget sih, kalau lagi ketawa?" What ! Aku denger woi !

"Gue, balik kekelas dulu" bodo amat. Sono pergilah. Eh.. kenapa aku emosi.

"Ai" panggilku, setelah Devan pergi dengan gombalannya yang receh abis.
Ai, menoleh dan agak gugup. Kenapa tuh bocah?

"Eh, Biru"
Eh Biru, maksudnya?

"Dari kapan disitu?" Tanyanya. Dih, kepo banget jadi orang. Eh, tapi yang kepo kan aku.
"Masuk, udah mau bel"

Teeeeeettttt.

Nah kan bener... jelek banget tuh suara bel 😕

*********

Pelajaran dimulai, aku kembali melirik Ai, kayanya udah jadi kebiasaanku deh sekarang.

Dia asik sekali berhitung matematika. Tapi kemudian, bingung dan gigit pulpen disana. Jorok.

"Ah.. gak ngerti, gimana ini?"

Aku hanyak geleng geleng kepala. Rasanya pengen jitak palanya. Sangking gemesnya.

"Kumpulkan tugasnya" Bu Rika sudah berteriak. Aku dengan cepat menutup buku dan bersiap untuk bangun. Tapi aku lihat, Ai masih garuk garuk kepala karena belum selesai.

Tapi, kasih contekan gak bagus. Biarlah... biar dia berusaha sendiri.
Aku meninggalkan, Ai yang masih nampak kebingungan disana.

"Sudah selesai semua?" Tanya bu Rika. Aku melirik, Ai. Dia masih belum selesai juga.
"Kalau sudah tidak ada lagi, saya lansung keluar"

"Tu...tunggu bu, Ai bangun dengan ceroboh. Dia sampai tersandung kaki bangku dan jatuh. Ai, ai...yank. blush... goblok... otak pea !

"Ai, kenapa?" Tanya bu Rika. Anak anak sudah tertawa riuh. Aku menarik lengannya hingga ia berdiri.
"Bego" ucapku. Sumpah bukan itu maksudnya. Dia marah, dan langsung melepas tanganku, dia kedepan dan memberikan kertas jawabanya.

"Lain kali, jangan lama ya"
"Ya bu"

Dia kembali duduk dengan kasar. Kayanya beneran marah nih, minta maaf gak ya. Gak ah gengsi...

*******

Pulang sekolah, aku langsung menuju parkiran, tapi Ai, berhenti di pagar sekolah. Mereka jadi pergi ya? Aku mengurungkan niatku untuk mengambil motor.

Saat aku sudah dekat, Devan nampak menghampiri, Ai. Loh kok cuma Devan, doang?

"Ayo, Ai" ajaknya.
"Yang lain mana kak?" Aku pasang telinga.

"Udah duluan, mereka gue suruh booking tempat karaoke"
What ! Modus banget lo

"Kita karaokean, kak?"
"Iya, mau kan"
"Mau. Kak"

Polos banget sih lo. Mau aja dibegoin. Kesel gue.

"Ehem" aku mendehem. Mereka menoleh, Devan langsung nyengir dan merangkul ku, sok akrab.

"Gue, kira lo gak ikut?" Katanya
"Gue, berubah fikiran"
Ai, natap gue.

"Biru, beneran mau ikut?"
"Iya, kenapa?"
Ai hanya menggeleng dan tersenyum, sembari menunduk.

"Yaudah, ayok. Gue udah pesen Gr*b."

Aku diam. Motorku, gimana nasibnya?

"Bi, ayo" ajak Devan.
"Bentar"

Aku ambil ponsel dan menelpon supir pribadi mama dirumah.

"Hallo, pak, sekarang ke sekolah ya, ambil motor gue. Gue mau pergi, kunci gue titipin ke satpam"

Aku masukkan kembali ponselku ke saku celana. Dan mengikuti mereka, menaiki mobil pesanan. Devan.

**********

Sialan, kenapa jadi aku yang duduk di depan sih. Sementara Devan, dibelakang bareng, Ai. Tau gitu, mending aku bawa motor aja tadi. Salah taktik.

Devan dan Ai, nampak asik ngobrol lagi. Tuh, anak bener-bener beda ya sekarang. Udah gak malu lagi, udah bisa ngobrol santai.

Tapi kenapa dikelas, masih diem ya? Apa karrna anak anak dikelas, pada jutek sama dia?

Kadang bingung juga ama anak - ank kelas. Kenapa bisa jutek sama Ai, secara berjamaah. Aneh.

"Pak, turun sini ya".Devan menghentikan mobilnya
Dan membayar ongkos. Lalu turun, diikuti aku dan Ai.

"Kak, nanti aku ganti ya "
"Apanya?"
"Uang, mobilnya"
Devan mengacak rambut, Ai. Bikin aku tambah kesel.

"Gak, usah. Gak seberapa kok"
"Beneran?" Devan tersenyum sok manis. Najis.
"Beneran, Ai....Yank, hahahaha"
Devan langsung lari masuk kedalam. Dikejar Ai, disana..

Kok nyesek ya.

Ai dan Biru (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang