Lamaran

12 1 0
                                    

Mentari baru saja kembali keperaduannya, Adzan maghrib sudah berkumadang beberapa menit yang lalu, kali ini bang Hasan yang kebagian menjadi imam di Mesjid pesantren putra, bang Hasan salah satu panutanku soal kesholihannya tak perlu ditanyakan lagi, sosok kedua setelah Abi tentu saja.

Malam ini adalah malam yang di tentukan Abi dan Kiai munif untuk prosesi lamaran untuk putrinya yang hingga kini belum ku tau namanya.

"Apa kamu sudah siap Fik?" Kak nisa menghampiri ku di kamar

"Sudah kak, sebentar lagi Fikri keluar hanya saja Fikri lupa menyimpan kunci mobil" kak Nisa mengangguk dan meninggalkanku yang masih bingung mencari kunci mobil.

"Mencari ini Fik? " Kali ini bang Adam menghampiriku dengan menyodorkan Benda yang sedari tadi ku cari.

"Alhamdulillah, Fikri lupa kalau tadi bang Adam pinjam" kulangkahkan kakiku mengikuti bang Adam menuju ruang keluarga yang sudah dihuni oleh seluruh keluarga besarku.

Selama proses ta'aruf kemarin aku hanya mengirimkan biodataku padanya tanpa mau melihat biodata yang dia kirimkan padaku, aku pasrahkan biodata nya pada abi dan umi, jika menurut mereka baik maka baik pula untukku.

Bukannya aku tidak tegas dalam mencari pendamping hidupku, namun aku hanya ingin menjaga hatiku yang lemah ini.

*****
Namanya Aisyah, hanya itu yang kudengar saat lamaran tadi berlangsung usai menyatakan kesediaanya dia langsung beranjak untuk kembali ke kamarnya.

"Bagaimana Fik? Bukankah tadi adalah pertemuan pertama kalian?" Abi menghampiriku yang baru saja hendak menanggalkan pakaianku setelah pulang tadi.

"InsyaAllah sesuai kriteria yang Fikri tetapkan bi, Sholihah dan keibuan" Abi tersenyum dan menepuk punggungku lalu beranjak pergi.

Setelah kepergian abi, kulanjutkan aktivitasku yang sempat tertunda tadi.
Terbesit senyum simpul Aisyah saat kuajukan pertanyaan yang sempat serbesit di pikiranku.

Flasback
"Bersediakah kamu menerima jika suatu saat nanti ada seorang wanita yang ingin menjadi istriku?"

"Hidupku adalah milikmu, saat ijab kobul kita selesai maka apapun yang menjadi keputusanmu atas diriku ada padamu"

"Apakah kamu mencintaiku Ais?"

"Semoga Allah segera menumbuhkan cinta di hatiku untukmu saat kita menikah nanti"

"Baiklah, itu saja yang ingin kutanyakan padamu" usai berkata demikian Aisyah beranjak meninggalkan ruang makan keluarganya yang masih sunyi semenjak ku utarakan pertanyaanku pada Aisyah, sempat kulihat raut gusar Abi dan wajah sendu kiai Hanif saat itu.

Flasback end

Belakangan baru ku ketahui ternyata Aisyah adalah putri kiai Hanif dengan istri pertamanya Umi Fahira. Sedangkan Khanza putrinya dengan Umi Khaila, sungguh aku baru tau kalau kiai munif memiliki dua istri.

Astagfirullah kenapa aku malah melaunkan keluarga calon mertuaku,
Ada rasa yang berbeda saat menyebutnya sebagai mertua, aku memang cukup dekat dengan beliau namun masih dalam batas wajar, karena aku pernah berguru pada beliau meski hanya dalam hitungan hari.

Bisa ku katakan lamaran hari ini berjalan lancar, bahkan rencana pernikahan sudah dibicarakan dan tanggalnya jatuh pada 22 April mendatang, yap tepat satu bulan dari hari ini, itu atas permintaan kak Nisa yang menginginkan tanggal pernikahanku sama dengan tanggal lahir Aisyah, dan disetujui oleh semua keluarga.

Saat hendak memejamkan mata entah mengapa terlintas kembali wajah polos gadis itu, ya dia Aina yang sampai saat ini tak kuketahui ada dibelahan dunia mana, karna beberapa hari yang lalu sebelum aku memutuskan untuk melamar Aisyah sempat kutanyakan pada bang Hasan perihal santrinya itu, dan ternyata hari kepulanganku dari desa sebrang bersamaan dengan kepergiannya dari pesantren bang Hasan.

Sepertinya aku harus benar-benar melupakannya, jika tidak aku akan mendzolimi Aisyah jika saat menikah nanti masih ada wanita lain dalam pikiranku.

*****
Alhamdulillah, masih sempat melanjutkan karna memang cerita ini paling ingin kuselesaikan pertama, meski hanya beberapa part sebelum end

Me_Mey

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang