Putra Uchiha #4

121 13 0
                                    

"Onee-san..."

.

.

.

Ini hari rabu. Ya, hari ketiga dalam setiap minggu yang berganti. Dan hari ini merupakan hari tersial untuk Uchiha Sasuke. Pemuda tampan berambut raven itu kini tengah ngebut dengan kecepatan maksimal dijalan Tokyo yang mulai dipadati berbagai macam kendaraan. Beberapa kali ia mendapat teguran dari pengguna jalan-yang kebanyakan para orang tua-karena cara menyetirnya yang bisa dibilang 'gak nyante'. Jelas saja, selain ngebut Sasuke juga dua kali melanggar rambu-rambu lalu lintas, beruntung saat itu tak ada polisi yang melintas, jika ada entah bagaimana nasib tokoh utama kita ini. Dan parahnya lagi, ia hampir menabrak seorang nenek-nenek yang ingin menyebrang jalan. Sukses membuatnya mendapat ceramah gratis dari si nenek.

Masih terus memacu Bugatty deep bluenya membelah jalan, si Uchiha bungsu itu melirik jam tangan hitam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Sial, waktu telah menunjukkan pukul 08.00, dan pastinya gerbang sekolah sudah ditutup oleh si satpam galak tapi mesum itu.

Sasuke mendengus, andai saja semalam ia tak begadang mengerjakan tugas dari Asuma-sensei, mungkin saat ini ia sudah berada dikelas, mengikuti pelajaran dengan tenang tanpa harus kebut-kebutan dan diomeli para orang tua.

'Cih, si senyum palsu sialan itu juga tak membangunkanku' batinnya kesal. Pasalnya ketika ia terbangun tepat pukul 7.20, ia mendapati saudara kembarnya itu sudah tak berada dirumah. Kemana lagi dia jika bukan kesekolah. Sasuke kesal tentu saja, ia menggerutu disetiap langkahnya yang buru-buru untuk bersiap-siap. Merutuki Sai, dan mengatai si senyum palsu itu dengan seribu satu sumpah serapah ala Uchiha. Cukup membuat Uchiha Mikoto menegurnya karena kata sang ibu tak baik menyumpahi saudara sendiri, apalagi seorang kakak.

Kekesalan Sasuke bertambah saat tahu Sai sengaja tak membangunkannya, dan meminta Mikoto untuk tidak membangunkan Sasuke dengan alasan jika Sasuke sedang sakit karena kelelahan. Karena hal itulah Mikoto menahan putra bungsunya itu untuk tidak pergi kesekolah, perdebatannya dengan sang ibu ternyata memakan waktu hampir setengah jam. Hah, kalau bukan karena tugas Asuma-sensei dikumpul hari ini, ia juga rela menghabiskan satu hari berlibur dirumah.

Tepat pukul delapan lewat, Sasuke sampai disekolahnya, dan beruntung sekali gerbang sekolah seni yang menjadi tempatnya menimba ilmu itu masih terbuka lebar. Tidak terlihat juga batang hidung si satpam mesum yang suka menggoda para siswi itu. Sasuke tersenyum puas, ia segera menjalankan mobilnya memasuki area gedung sekolah elit tersebut.

Setelah memarkirkan mobil sport mewahnya, Sasuke langsung berjalan cepat menuju kekelasnya. Ia melewati koridor utama dan menaiki lift untuk bisa sampai dikelasnya yang berada di lantai tiga. Tak ada siapa-siapa yang ditemuinya disepanjang perjalanannya menuju kekelas. Tentu saja, karena para siswa/i pasti sudah berada dikelasnya.

Drrt...drrt...

Sasuke merogoh ponsel canggihnya yang berada disaku celananya. Ia mengernyitkan alis saat melihat nama Sai terpampang dilayar smartphonenya tersebut.

'Mau apa si senyum palsu itu?'

From : Fake Smile

Sasuke dikelasmu ada seorang siswi baru, lhoo. Dia cantik dan juga manis, aku sudah berkenalan dengannya tadi. Kau pasti akan terkejut melihatnya.

Sebelas alis pemuda itu terangkat begitu selesai membaca isi pesan singkat yang diterimanya dari Sai. Tak habis pikir dengan tingkah kembarannya itu. Memangnya siapa yang peduli dengan murid baru itu? Pikir Sasuke sambil menyimpan kembali ponselnya dan melanjutkan perjalanan menuju kekelasnya.

.

.

.

Puluhan pasang mata itu memandangnya. Ada yang antusias, biasa saja bahkan menatapnya sinis. Haruno Sakura kini tengah berdiri didepan ruang kelas barunya-untuk memperkenalkan diri. Gadis itu nampak manis dengan seragam khas Tokyo Art School yang membalut tubuhnya. Kemeja putih bermodel lolita, rompi kotak-kotak perpaduan hitam dan biru, dasi sailor dan rok hitam diatas lutut membuat tampilannya begitu menarik. Pantas saja sejak ia menginjakkan kaki di sekolah ini sudah banyak mata lelaki yang terpesona olehnya, dan sebagian besar siswi langsung memandangnya tak suka.

Sakura tersenyum manis, sukses menimbulkan rona merah disetiap belah pipi para siswa yang menatapnya. Tak menyangka, akhirnya kelas mereka kedatangan sang goddes. Sepertinya tak ada alasan lagi bagi para siswa kelas seni untuk berjalan-jalan digedung lantai dua-kelas para siswi modelling. Bukankah disini sudah ada yang lebih menarik.

"Ne, Haruno-san, sepertinya teman-teman barumu sudah tak sabar ingin berkenalan denganmu. Silahkan dimulai" ucap Asuma-sensei yang kebetulan menjadi guru pengajar dijam pertama kelas piano.

Sakura tersenyum dan menganguk. Ia kemudian melempar pandangannya kearah teman-temannya. Sekali lagi gadis itu tersenyum.

"Hajimemashite, watashiwa no namae Haruno Sakuradesu, Yoroshikune onegaizhimasu" suara beningnya memecahkan keheningan.

Kreett

Semua mata sontak menoleh kearah pintu utama ruang kelas yang terletak di sudut kiri ruangan. Masuklah sosok berambut raven dan berwajah tampan dengan santai tanpa mempedulikan tatapan orang-orang yang berada disana. Dengan cuek dan masih mempertahankan tampang stoicnya ia berjalan tegap memasuki ruangan.

"Kau terlambat, Uchiha dan kau juga menganggu acara perkenalan Haruno" ucap Asuma-sensei sembari melirik jam tangan hitamnya. Setengah jam lebih, dan anak itu tak punya tampang berdosa sama sekali. Menakjubkan.

Yang dipanggil Uchiha itu menoleh, dan sontakonyxnya terbelalak saat menangkap sosok Sakura yang berdiri disebelah Asuma.

Pink

Emerald

Gadis ini. Oh, ia ingat sekali. Bagaimana bisa ia melupakan orang yang sudah membuatnya emosi beberapa hari lalu. Orang yang telah menghancurkan kerja kerasnya dengan sia-sia. Gadis pink ini kenapa bisa berada disini? Jadi...apa dia yang dimaksud Sai dalam pesan singkatnya beberapa menit lalu.

Sakura sendiri tidak kalah terkejutnya saat melihat sosok tampan namun menakutkan-baginya itu. Tanpa sadar kesepuluh jarinya saling meremas. Apalagi, jika mengingat tatapan tajam beserta ancaman Sasuke padanya. Dengan susah payah ia meneguk salivanya sendiri. Berusaha memaksakan sebuah senyuman untuk pemuda yang masih memandangnya itu. Membuat para siswa/i menyimpulkan jika mereka saling terpesona satu sama lain, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

'Sepertinya kami-sama tidak mengabulkan doaku' batin Sakura miris masih dengan senyum kakunya itu.

Alis Sasuke bertaut heran saat Sakura tersenyum-kaku kearahnya. Tak berapa lama, ponselnya kembali bergetar. Lagi-lagi dari si senyum palsu.

From : Fake Smile

Bagaimana kau sudah melihatnya? Haha, semoga kalian bisa berteman akrab.

'Heh, berteman katamu? Justru ini saat yang tepat untuk balas dendam'

.

.

.

Awalnya saat kedua pasang netra itu bertemu.

Ada dua sorot yang tergambar jelas pada manik mata mereka.

Kebencian dan Ketakutan

.

.

.

Namun...

Mereka tidak pernah tahu jika dua sorot itu akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.

.

.

.

Menjadi satu sorot yang akan mengikat keduanya

.

.

.

To Be Continue!

I Love U without Any Reason (SasuSaku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang