Pembalasan #3

163 12 2
                                    

Tunggu pembalasanku?

Apa-apaan itu? Memangnya apa yang telah aku perbuat sehingga harus mendapatkan balasan? Terlebih dari seorang laki-laki.

Oke, aku memang tak bisa menyangkal jika waktu itu aku telah melakukan kesalahan fatal yang membuatku hampir di-bogem oleh laki-laki yang aku tabrak itu. Hei, tapi itu kan tidak disengaja. Aku juga tak menginginkan hal itu terjadi. Salahkan petugas kebersihan sekolah itu yang tak becus bersih-bersih, meninggalkan sebuah kulit pisang yang berakibat buruk bagiku-juga si laki-laki berambut err...bokong ayam itu.

Tapi, sepertinya pemuda itu benar-benar marah. Apalagi saat tahu jika benda canggih miliknya hancur tak berbekas karena 'ulahku'. Meski aku sudah minta maaf dan membungkuk-bungkukkan tubuh, tetap saja itu tak berpengaruh apapun, yang ada dia semakin marah. Menatapku tajam dan nyaris memukulku. Demi apapun, aku tak ingin punya suami seperti dia!

Yang tak bisa aku lupakan saat itu adalah...tatapan matanya. Sarat akan berbagai emosi yang bercampur menjadi satu. Seolah rusaknya I-pad miliknya menjadi sebuah kehancuran bagi dirinya. Apalagi saat mengingat ancamannya itu, aku semakin merinding.

Aku hanya bisa berdoa kepada kami-sama agar aku tak dipertemukan dengannya lagi.

.

.

.

.

.

.

A few hours before the accident...

Pukul 15.50. Sebuah Mercedes SUV mewah berwarna hitam mengkilap berhenti tepat didepan gerbang utama Tokyo Art School. Seorang pria paruh baya dengan setelan jas hitam membalut tubuhnya keluar dari mobil mewah itu, dilanjutkan dengan memutari bagian depan mobil dan membuka salah satu pintu yang terletak disebelah kiri-dibagian belakang kemudi.

Sosok seorang gadis manis bersurai merah muda dengan iris hijau cemerlang keluar dari balik pintu yang dibuka itu.

"Kita sudah sampai, nona" ucap pria berjas tadi sembari menutup pintu mobil dan membungkukkan tubuhnya.

"Ah...iya" sahut gadis itu diakhiri dengan sebuah senyuman kecil dibibir mungilnya. Ia menghela nafas, kemudian mulai melangkahkan kakinya yang berbalut wedges putih pualam itu, memasuki area sekolah terkenal tersebut.

.

Senju Tsunade tersenyum hangat menyambut kedatangan tamunya sore itu. Ditatapnya sosok gadis yang tengah duduk disalah satu sofa ruangannya dengan antusias. Wanita yang masih terlihat muda diusianya yang ke-50 tahun itu mendudukkan dirinya di sofa single yang berhadapan langsung dengan tamunya.

"Jadi..." Suara Tsunade berhasil mengalihkan atensi gadis itu kearahnya "...apa yang membuatmu datang kemari Haruno-san?"

Gadis itu bergeming. Ia mendesah berat, lalu mengangkat bahu dengan gaya cuek "Kupikir Tsunade-sama sudah tahu maksud kedatanganku? Bukankah Sasori-kun sudah memberitahukannya?"

Tsunade terkekeh kecil mendengar penuturan gadis muda dihadapannya ini "Ya...bocah merah sok tahu itu memang sudah memberitahukan padaku beberapa hari lalu. Tapi, bukankah seharusnya kau datang hari rabu nanti? Kenapa datang disaat kelas hampir bubar?"

"Aku ingin melihat-lihat" jawabnya polos. Disertai dengan matanya yang mulai menelisik setiap sudut ruangan besar itu dengan mata berbinar-binar.

I Love U without Any Reason (SasuSaku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang