TERBANGUN SEMANGAT

41 1 0
                                    

Pagi pagi buta, saya terbangun dan kaget. Bukan karena saya ngompol, tapi karena Dian memeluk saya, yah mungkin dia memang tidak normal.

Dengan semangat puncak, saya berteriak dan membangunkan kawan kawan yang masih tertidur sembari berberes.

Alhamdulillah, tak ada kerusakan berarti, tenda masih aman dan tak rugi membelinya dengan harga setengah juta. Cuma bivak yang kubangun bersama Bangpo dan Dian dengan sepenuh hati mengalami kerusakan,ya talinya putus.

Dan saat itu masih bergurau saja katanya Bang ippo

"tak apa, itu cuma tali, asal jangan silaturahmi yang putus"

Saya, Dian, dan isla sontak tersenyum.

Dan pagi itu yang paling lambat bangun, si Iksan, mungkin kecapean.
Zul membangunkannya dengan cara tidak biasa, ya dia membongkar tenda sementara Iksan masih didalam. Sontak dia kaget dan berlari keluar, mungkin pengaruh badai semalam

Setelah berberes dan membersihkan sekeliling, kami melanjutkan perjalanan. Ya tanpa sarapan, jomblo memang begitu, selalu sok kuat.

Berjalan dipagi buta, sambil bernyanyi riang. Sampai disebuah jalan yang curam, kami melihat pemandangan yang tak asing, gunung disebelah kanan kami mirip dengan gunung yang ada di enrekang, tersusun rapih dan salah satu view yang kusukai dan kawan kawan.

Saat itu sifat manusia modern kawan kawanku keluar, ya apalagi kalu bukan mengabadikannya lewat foto atau video, tak apalah. Teringat kata Fierza bezari

"mendaki itu berat, tapi yang lebih berat itu eksistensi"

Tapi kurasa dokumentasi lebih penting.

Lanjut berjalan hingga ke pos 4,Iksan tersenyum dan dengan polos berkata

"saya mau melaksanakan panggilan alam"

Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sambil menunggu Iksan ini ngising.

Fokusku tertuju pada isla, ketika mendapat jaringan, dan seketika itu dia hanya sibuk dengan handponennya, ternyata banyak wanita yang menghawatirkannya.

Tak seperti Injo ahahah.

Setelah Iksan selesai dengan urusannya, kami melakukan kembali perjalanan, dan akhirnya kami melihat satu punggungan yang benar benar kami kira sebagai puncak ternyata itu hanya puncak bayangan,tak lupa kami disambut oleh gerombolan kera yang lucu, seakan takut dengan keberadaan kami.

Di sini, kami sempat putus asa, karena kehilangan arah, dan tak tahu puncak sebenarnya itu dimana. Kemudian dari arah jauh terdengar suara motor mengaum dengan kencang. Dan itu adalah seorang pahlawan yang menunjukkan arah kepada kami.
Bayangkan saja jika tak ada si bapak ini, kami mungkin sudah pulang, dan dengan berat hati tak menggapai puncak.

Kata bapak itu 1 km lagi puncak. Dengan semangat kami berlari menuju 1 km itu.

MENGHILANG UNTUK MENEMUKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang