Dear Langit,
Apa kabarmu hari ini? Tentu seperti biasa, aku berharap kamu baik-baik saja. Meski sebetulnya aku tidak benar-benar tahu kabarmu bagaimana hari ini, dan aku menulis surat ini dengan begitu sadar bahwa setelah selesai kutuang semua yang ingin kukatakan, aku tidak akan pernah mengirimkannya kepadamu. Tapi percayalah, setiap hari aku menyelipkan namamu di doa-doa yang kupunya. Sederhananya, aku hanya ingin kamu selalu baik-baik saja. Jangan terluka, dan jangan menanggung duka. Harimu yang cerah adalah hariku yang cerah juga.
Mungkin, kamu tidak tahu sudah berapa lama kupendam perasaan ini buatmu. Kita berteman terlalu lama, sampai-sampai pertemanan itu sudah terlalu sempurna untuk dirusak dengan kata cinta. Aku tahu, kamu tidak menyukaiku seperti itu—tidak seperti aku yang menyukaimu dan menyebut perasaan ini sebagai cinta.
Sebab, ya, aku mencintaimu, Langit.
Maaf bila aku merasakan hal yang berbeda seperti ini. Aku tahu kita teman, dan aku tahu kamu sudah memiliki kekasihmu sendiri. Orang yang selama ini selalu kamu banggakan di depanku, dan orang yang membuatmu sesekali cemas karena rindu. Orang yang, katamu, senyumnya seperti matahari. Menyinari hari-harimu yang kelam dan menyelamatkanmu dari kesepian—entah kesepian macam apa yang sebetulnya kamu rasakan, Langit, ketika sebetulnya akulah yang selalu ada menemani harimu ketika kamu sedang butuh ditemani.
Aku yang dengan setia mendengar curahan hatimu tentangnya, hanya bisa tersenyum dan pura-pura berbahagia. Karena di hadapanmu, akulah seorang teman yang selalu ada dan siap menampung segala cerita. Meski sebetulnya, cerita-ceritamu itu seringnya membuat hatiku ngilu.
Tapi, aku hanya tidak ingin kamu tahu bahwa aku menyimpan rasa kepadamu melebihi seharusnya. Karena aku takut, kamu akan menjauh dariku, atau kita bisa saja tidak seperti dulu.
Aku lebih baik memendam semua ini, tetap menjadi wadah ceritamu yang setia, dan selalu tersenyum mendengarmu menyebutkan namanya.
Meski nyatanya, Langit, aku kerap saja berandai yang kamu sebut sebagai alasan berbahagia adalah namaku. Aku. Senja. Kawan terbaikmu yang selalu kamu panggil akrab dengan penggalan: Nja.
"Njaaa.. kamu tuh harus tahu, senyumnya dia yang terbaikkkk! Aku jatuh cinta!"
"Nja, aku kangen dia."
"Hari ini dia tidak bisa bertemu denganku. Kamu mau menemaniku ngga, hari ini?"
"Nja, rasanya aku tidak bisa berhenti mencintainya."
"Aku sayang dia, Nja. Aku kok bisa sebahagia ini, ya? "Kalimat-kalimatmu yang menyimpan tentangnya, selalu kuingat lekat di dalam kepalaku, Langit. Semua perasaan yang kamu curahkan kepadaku rasanya seperti pisau yang menusuk perlahan di dalam dadaku dan aku tidak mampu melupakannya. Entah kenapa, aku bisa sesulit ini merasa rela. Padahal di depanmu aku bisa tersenyum biasa, tapi setiap kali aku kembali dengan diri sendiri, hatiku nyeri. Nyeri sekali dengan harapan-harapan betapa aku ingin kamu menjatuhcintaiku saja.
Langit, aku mencintaimu.
Aku harap kamu mempunyai rasa yang sama.Ah, tapi aku tahu, hatimu sudah terlalu penuh dengannya..
Sekarang aku sedih, tapi aku tidak bisa mengatakannya padamu. Aku memang teman baikmu, tapi tidak semuanya bisa kubagi denganmu. Sayang sekali..
Tapi rasanya aku tidak ingin berhenti mencintaimu, meski sesakit ini aku harus memendam semuanya. Karena aku ingin terus menunggu kesempatan itu, Langit. Ketika hatimu suatu hari bisa memberiku celah untuk menjadi lebih dari seorang teman baik. Ketika akhirnya kamu menyadari bahwa yang selama ini berada di dekatmu bukan dia, melainkan aku. Bahwa yang mendengarkan seluruh keluh kesahmu dan mengenal seluruhmu itu bukan dia, melainkan aku. Bahwa yang mendoakanmu setiap hari sebelum tidur adalah aku, bukan dia yang seringnya menghilang tanpa kabar dan membuatmu rindu.
Lihatlah aku di sini, Langit.
Aku yang mencintaimu.29/09/18 - 07:13 PM
Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Sebuah Dendam
Historia Corta(KUMPULAN FIKSI) Kata-kata bisa kumiliki seluruhnya dan seutuhnya, aku bisa menulis apa saja dan menjadikan diriku sendiri tuhan di dalamnya. Aku bisa membuat seseorang bersedih membawa isi kepalanya yang sangat berat karena ia tidak bisa berhenti b...