HELAI KEDUA

401 58 12
                                    

Sebuah lorong dalam telinganya tersumbat oleh arus besar kenangan. Bersumber dari dalam dada, menelan seluruh hasrat terhadap dunia. Tidak ada yang bisa Akashi dengar kecuali riuh rendah hatinya, memaksa untuk bertolak kembali ke masa lalu.

Gelap, semua gelap. Orang-orang itu, mereka layaknya bayangan semu. Kesadaran Akashi tidak berlabuh di sini, melainkan telah jauh terseret arus lepas. Sebuah lautan dengan intensitas kenangan yang mengerikan, membawa jiwanya larut terlalu dalam.

Yang kini tengah membaca data-data proyek perusahaan adalah kolega-kolega bisnis Akashi. Mereka datang melintasi laut, membelah benua, mengarungi udara. Hanya demi duduk diam memandangi CEO yang terus-terusan mengabaikan mereka.

Sekretaris perusahaan, Hayama Kotarou, mengerti situasi ini dan langsung mengambil alih kendali rapat. Tuannya itu tengah dihantam badai masa lalu dan membutuhkan waktu lama keluar dari sana. Ini kerap terjadi, Hayama sudah terbiasa.

Akashi melirik sekilas kepada lelaki muda yang tengah berdiri membelakangi layar proyektor, menggantikan tugasnya sebagai tokoh penting dalam rencana bisnis ini. Untuk tindakan Hayama yang tidak mengonfirmasi terlebih dahulu, ia sudah terbiasa.

Menyandang jabatan sebagai CEO sekaligus menjadi orang dengan jam kerja terbanyak di grup perusahaannya sendiri. Akashi adalah workaholic, mengerjakan apapun yang bisa dikerjakan pada waktu luangnya.

Akashi harus menyibukkan diri dengan banyak hal. Jika tidak maka ia akan kembali terseret arus deras itu, yang menarik paksa dirinya untuk kembali tenggelam dalam sebuah ingatan.

Ia ingin lepas. Namun Akashi bersumpah bahwa sekeras apapun dirinya berusaha untuk melupakan, ingatan itu akan kembali melekat. Semakin erat, menyatu dan tidak bisa dilepaskan

Ingatan akan sebuah ikrar, untuk menemukan Kristal apapun yang terjadi.

"Minyak adalah satu-satunya pasar bisnis yang belum kami jamah. Kami melakukan riset kepada perusahaan-perusahaan besar minyak, untuk diajak bekerja sama. Kami yang akan menanam sebagian besar modal pada mereka."

Sebuah titik biru nyala menyoroti layar proyektor yang dihiasi diagram-diagram, menembus deretan angka, sebuah perkiraan keuntungan jika bisnis besar ini berhasil. Namun Akashi melihat lain. Ia merasa, separuh dirinya ada di sana.

Titik itu begitu kecil, namun menjadi bintik paling menyala. Biru sejernih iris seseorang, hidup dalam gelap ruangan sebagai representasi dunianya yang kelam.

Semestanya, yang telah kehilangan seluruh rasa, terhidupkan oleh setitik cahaya. Timbul tidak diduga-duga, seperti telah dijatuhkan dari surga.

Ruangan gelap ini tidak lagi menjadi kelam berkat kehadiran titik biru itu. Sama dengan ceritanya. Kehilangan hasrat untuk hidup membuat Akashi terombang-ambing. Akan tetapi seseorang datang. Dengan begitu indah, mengisi ruang kosong dalam hatinya.

Sosok itu hadir, bagai dipersembahkan untuk dirinya seorang. Menjadi alasan hidup, tempatnya untuk berpulang.

Bertemu dengannya, membuatku seperti telah menemukan kristal dari surga. Penuh kilau, memukau dengan segala pesona yang mengerikan. Dia begitu indah, mahal, berkata seolah-olah tidak dapat dimiliki.

Ia terus mengejar pesona itu. Kristalnya, yang telah menghilang dua puluh tahun silam.

Akashi hanya pernah bertemu sekali, dan tidak pernah bisa lagi sekeras apapun dirinya berusaha.

Di bawah kuasa sang ayah, diam-diam Akashi melakukan pencarian seorang diri. Begitu lama, dua puluh tahun hingga sekarang. Tidak ada orang-orang profesional yang dapat dimintai bantuan tanpa meninggalkan jejak.

KRISTAL [AkaKuro Fanfiction] ❌DROP OFF❌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang