HELAI KETIGA

428 52 32
                                    

Bulan di matanya selalu tampak memesona. Dengan bentuk terburuk sekalipun, penuh lubang serta suram mencekam, mentari malam itu sangat menawan.

Karena baginya, bulan adalah bidadari. Jelmaan dewi, yang hanya mau memperlihatkan kecantikannya pada malam hari.

Akan tetapi, kali ini lain. Dewinya tampak murung, sepasang sayap indah itu lenyap. Membuatnya hanya bisa mematung di tempat, tanpa bisa menebar pesona memabukkan. Tidak menyapa angin, tidak tersenyum di angkasa.

Dewinya kehilangan sesuatu, hal yang dapat membuat seonggok wujud menjadi hidup. Menjadikan apapun bagai tampak bernyawa.

Sama seperti dirinya, yang telah lama membusuk dalam tubuh ini. Tiada lagi hal yang bisa dijadikan sandaran hidup-tidak. Alasan untuk hidup itu, sudah lama ia kehilangannya.

Mobil mewah ini. terus melaju di jalan yang mulus tanpa hambatan. Kuroko melempar pandangan sendu, pada dewinya yang tertinggal jauh di belakang.

Angin malam menggoda surai lembut untuk ikut menari bersamanya. Memperindah garis wajah lembut, terpantul cantik dalam sebuah kaca. Kuroko memerhatikan wajahnya, malam ini ia tidak menggunakan riasan. Hanya sapuan bedak tipis dan sedikit pelembab bibir.

Kuroko mengunjungi bar bukan untuk menemui pelanggan, malam ini masih terikat kontrak.

"Kita sampai, nona."

La' Vegaz memang tidak pernah sepi. Kuroko bisa melihat itu dari deretan mobil-mobil mewah yang memenuh ruang parkir luas. Kagami menyetir hingga ke dekat gedung, mencari tempat paling sepi.

Belum selesai Kuroko mengambil mantel berbulunya , Kagami telah lebih dulu membukakan pintu mobil. Kuroko keluar setelah membetulkan letak rambutnya

Begitu keluar, ia terkejut karena mendadak Kagami berdiri di hadapannya.

"Masuk, nona. Ada pria yang berjalan kemari."

Kuroko mengernyitkan dahi, sedikit mencondongkan tubuhnya demi melihat. Kagami benar. Beberapa meter dari sini, berjalan dengan cepat seorang pria berjas formal melangkah ke arahnya. Ia tidak bisa melihat wajah itu sebab terhalang bayangan.

Dari langkahnya, Kuroko langsung menyadari. Pria itu tidak sedang berjalan ke arahnya.

"Tidak apa, Kagami-kun. Dia bukan pelanggan."

Kagami sedikit keberatan dengan ucapan sang majikan. Sebagai asisten pribadi, ia memiliki tanggung jawab penuh terhadap keselamatan Kuroko Tetsuya. Dari kacamatanya, pria itu memang tampak mencurigakan.

Namun, perintah tetap perintah. Walau keberatan, ia tetap menurutinya.

"Baik, nona."

Tubuh tinggi besar Kagami bertolak dari hadapannya, membuka pemandangan yang tidak asing di mata. Pria berjas formal itu berada tidak jauh dari sini. Ia benar, lelaki itu memang tidak sedang menuju ke arahnya.

Akan tetapi bukan itu yang membuat terkejut. Kuroko seperti familier dengan parasnya.

Pikirannya tidak tengah berbicara tentang tubuh tinggi tegap, postur atletis terbalut setelan jas mahal, atau garis wajah bagai percampuran berbagai ras. Tidak dengan semua itu.

Namun mata itu, berkilat dalam gelap, menusuk, bagai tengah menyimpan sesuatu yang berat. Juga surai merah menyalanya, begitu indah terbelai udara.

Bahkan ketika sosoknya telah menghilang bersamaan dengan laju sebuah mobil, Kuroko masih belum mampu berpaling.

Kuroko sungguh merasa pernah berjumpa, namun ia tidak bisa mengingatnya.

Kagami menyadari sedikit gelagat tidak awam majikannya. Ia merasa telah lancang namun tetap mengangu lamunan Kuroko Tetsuya.

KRISTAL [AkaKuro Fanfiction] ❌DROP OFF❌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang