Alur hidup ini seperti kejutan, tiada siapa yang tahu apalagi merencanakannya kecuali sang pencipta. Orang yang berpikir kritis dapat mengatasi dan menjalani hidupnya menggunakan pikirannya dengan baik. Namun jangan beranggapan bahwa orang yang berpikir kritis tidak memiliki kejutan dalam hidupnya dan selalu mengatasinya dengan baik. Karena kebanyakan manusia menyerah ketika di uji.
(Human - christina perri)
.
.
.
.
Langkah kaki meniti turun satu persatu anak tangga. Aroma masakan memasuki lorong indera penciuman. Jane anak satu - satunya Bryan Wijaya dan Fani Floverina ini melangkah menuju meja makan dimana terdapat seorang wanita yang kini sedang meletakan piring dan gelas di permukaan meja.
" Apa papa tidak makan malam bersama kita lagi ?" ucap jane yang merupakan sebuah pertanyaan.
"Sepertinya masih banyak tugas yang harus di selesaikannya di kantor. Dan Papa mu besok juga akan melakukan perjalanan dinas." ujar Fani.
"Ahh begitu," ucap Jane terhenti sejenak
"Hmm masak apa malam ini,? Menurut indera penciumanku sepertinya enak" lanjut Jane"Apapun yang mama masak akan terasa enak di lidahmu meski itu rebusan batu" ujar ibunya sembari tergelak
"Aishh ma" decah Jane
"Ma, sepertinya aku membutuhkan sepatu yang baru" lanjut Jane"Memangnya sepatumu yang sekarang kenapa" tanya Fani
"Siapa yang nyaman dengan telapak sepatu yang tipis" ujar Jane sembari menyendokan nasi serta lauk pauk yang akan di santapnya.
Mendengar penuturan putrinya Fani hanya tergelak ringan.
..
.
.
"Jane, besok pulang sekolah jangan kemana-mana, cepat pulang ke rumah" ucap ibunya yang berupa perintah sembari membereskan piring - piring makan dan di bantu oleh Jane
"Memangnya kenapa ma?" ucap Jane mengernyitkan dahinya
"Ikuti saja perkataan mama" ucap Fani yang mulai berjalan ke arah dapur dan disusul oleh Jane
"Dan ya, hari ini kau yang cuci piringnya ya. Jangan sampai meninggalkan noda. Mama akan keluar sebentar" imbuh ibunya yang menuai mata melotot dari Jane
"Apa... Bi Tias kan ada, kenapa harus aku" ujar Jane " Omong- omong kenapa bibi tidak terlihat dari tadi, sepertinya aku baru menyadarinya" lanjut Jane
"Mama sudah memberhentikannya, lagian mama punya seorang anak gadis" ucap ibunya seraya melangkahkan kaki menjauhi putrinya yang sedang kesal itu
"Yah,...!! Mama, kenapa seperti ini, kemarin - kemarin kau tidak mengizinkanku menyentuh piring kotor ini, kenapa seka- " ucapanya menggantung karena menyadari bahwa ibunya tak mendengar celoteh darinya
"Aishh, tak ada gunanya mengomel" gumannya sembari mulai mencuci piring-piring.
..
.
.
.
.
Malam itu jane benar - benar sendiri. Tidak juga. Ia mempunyai peliharaan seekor kucing yang ia beri nama Jessie yang sedang bermain dan berguling di pojok ruangan. Jane sedang tak ingin bermain dengannya maka dari itu ia memilih mengutak - atik ponselnya yang pada akhirnya membuka aplikasi musik. Ya musik memang solusi ketika bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Changes
Teen Fictionmungkin aku tidak mengerti ini, dunia mungkin sedang mempermainkan hidupku, ataukah ini sebuah takdir. bisakah aku merubahnya?