Masa-masa indah kami lalui bersama. Segala suka duka yang ada, tak memutus hubungan kami walau masih duduk di kelas 6 SD. Namun siapa sangka, kelulusanlah yang memisahkan kami.
Setelah menerima surat kelulusan, aku pun pulang tanpa pamit dengannya. Siapa sangka kalau itu menjadi pertemuan terakhir kami. Jarak yang memisahkan kami, aku pun tak yakin dapat berhadapan dengannya.
Ya, aku pindah sekolah. Masih satu kota dengannya, namun yang awalnya aku sekolah swasta protestan, aku pun pindah ke sekolah katholik karena tidak diterima di SMP negri.
Awal kelas 7, aku merasa sepi tanpanya. Tak ada sosoknya, tak ada komunikasi dengannya. Hampa. Sepanjang kelas 7 aku berhasil berjalan tanpanya disisiku. Namun kelas 8, itulah awal perpecahan kami.
Tak lama memulai kelas 8, salah seorang lelaki berusaha mendekatiku. Hyacinthus Ravellino Hartono, teman sekelasku. Ia cuma lelaki biasa. Tak begitu pintar, namu juga tidak bodoh. Tidak tampan, juga tidak jelek. Beragama katholik, namun sikapnya tak seperti anak-anak yang beragama katholik lainnya. Ia tidak memiliki riwayat membuat kasus di sekolah, dan dia juga anak OSIS.
Ia bersahabat dengan Felix yang sekelas denganku, dan Leo yang beda kelas denganku.
Awal Ravell mendekatiku saat kami berada
di kelas Math Club. Aku, Ravell, dan Felix mengobrol-ngobrol saat kelas Math Club. Di kelas biasa pun kami sering ngobrol karena duduknya yang bersebelahan.Suatu hari saat jam istirahat, Ravell bertanya,
"Yem, lu udah punya cowo belum?""Udah dong"
"Ohya? Sama anak kelas berapa?" tanya dia penasaran.
"Bukan sama anak Sanlus, sama anak Mahanaim.. udah dari SD"
"Ooh.."Setelah berkata demikian, aku melihat Ravell dan Felix seperti melakukan kontak mata, yang entah sedang membicarakan apa.
Hari demi hari kami lewati, hubungan aku dan Ravell nampak biasa saja. Tapi tak jarang kami sering bercanda tawa. Namun aku terus kepikiran tentang yang ditanyakan Ravell hari itu. Karena terus kepikiran, aku pun memutuskan untuk menyelidiki seperti apa sifat Ravell.
Ternyata tidak ada yang terlalu spesial dari Ravell. Dia hanya anak laki-laki biasa yang tidak terlalu nakal karena didikan orang tuanya yang baik. Di kelas, tidak terlalu pintar dan tidak terlalu bodoh. Yaa.. rata-rata lah yaa.. Di kelas dia juga tidak jarang bertanya saat pelajaran. Ga ada yang spesial lah pokoknya.
Setelah melihat kebiasaan Ravell, aku pun mulai berpikir. Aku dan Elgo udah lama ga ketemu. Dia juga ga punya kontak yang bisa aku hubungi. Aku bahkan ga bisa sering main-main ke sana, ga ada yang nganterin. Tugas sekolah juga banyak, ga bisa main. *Semenjak kelulusan, aku belum pernah sama sekali menghubungi Elgo karena Elgo ga punya kontak yang bksa dihubungi*. Apa mendingan sama Ravell aja ya? Ketemu 'tiap hari, dia juga punya kontak yang bisa ku hubungi *masa itu masih pakai BBM*.
Aku pun memutuskan mengakhiri hubunganku dengan Elgo, dan mulai fokus ke Ravell. Kebetulan hubungan ku dengannya mulai dekat. Kesempatan toh? Pendekatan berjalan mulus. Aku pun mulai sayang dengannya. Dia pun juga mulai menunjukkan perhatiannya pada ku.
"Vell, gw udah ga ada hubungan lagi sama yang di Mahanaim", kata ku.
"Loh, kenapa?"
"Iya, gw udah ga bisa hubungin dia. Ngerasa renggang aja hubungannya. Ketemu dia juga ga bisa."
"Ooh""Lu, mau ga jadi pacar gw?" tanya ku.
Yap. Aku yang nembak. Karena takut kehilangan dia, aku langsung tancap gas menanyakan hal itu.
"Yaudah yukk", balas Ravell.
Katakan aku gila.
Katakan aku bodoh.
Katakan aku tidak punya harga diri.
Tapi aku akan melakukan apapun untuk orang yang ku sayang.Dan akhirnya pun kami berpacaran. Yang sangat disayangkan, aku tak ingat tanggal saat kejadian itu. Aku hanya ingat saat itu adalah jam istirahat sekolah.
Hei hei.. mohon maaf karena sementara waktu harus vacuum 😖
Tapi diusahakan untuk tetap terus up😉
Jangan lupa vote yaa;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Adventure
RomanceA true story that tells about the difficulty of taking a long journey to find true love. Seorang anak perempuan yang tak letih mencari cinta, walau ia tau betapa banyak luka yang akan menggores hatinya lebih dalam lagi. Namun ia terus berjuang, menc...