Kekasihku, Mark.

187 41 31
                                    

Akhirnya ia bebas, ia boleh keluar rumah kapan pun yang ia mau

"Mark, nanti kita keluar rumah ya, kita jalan-jalan" Ucapnya memulai pembicaraan kepada Mark yang bersandar dikasur, tepatnya boneka itu berada di hadapannya.

Mark tidak menjawab hanya diam dengan tatapan kosong.

Terdengar suara ketukan pintu.

"Yaa," Sahutnya sembari membuka pintu kamar, "Ibu?" Sambungnya.

"Kalita, maaf ibu mengganggu waktu istirahatmu, tapi ibu mendengar kau sedang berbicara? Kepada siapa?" Kata Ibu sambil melirik ke setiap sudut kamar nya.

Ia hanya diam tidak menjawab pertanyaan ibu. tak luput dari penglihatannya kepada Mark, sekarang Mark berubah posisi, yang tadi ia duduk bersamanya, sekarang posisi dia sedang berbaring dengan rapih, ditempat biasa ia membaringkannya.
Gadis itu merasa heran mengapa boneka itu dengan cepat berpindah posisi

"Ah, ya. Ibu kesini sampai lupa mau ngapain, Ibu mau bilang teman ibu kan punya anak perempuan, dia seumuran sama kamu kalita, dan teman ibu akan menginap disini untuk beberapa hari, mungkin dia akan bisa akrab kepada mu, dia anaknya pemalu seperti mu kalita.
Namanya Vanya. Nanti kau akan sekamar dengan nya," Ibu menjelaskan panjang lebar.

Tetapi gadis itu tidak tertarik sedikitpun untuk mendengarkan semua omongan ibunya, ia hanya mengangguk disetiap pembicaraan.

Tersorot tatapan yang tak suka dari mata gadis itu.

"Kalita.. mengapa kau diam?" Kata ibu dengan wajah khawatir.

"Aku senang" jawabnya dengan wajah datar

Ibunya melihat ada keanehan kepada anak gadis nya, namun segera ia menghilangkan pikiran negatif, ia mengecup kening anaknya itu.

"Kau tak akan pernah kesepian lagi," Jawaban ibu, memancarkan seraut senyum di bibirnya.

Sangat cantik, wanita paruh baya itu sangat cantik. Wajahnya yang mengerut tak membuatnya kehilangan keindahannya.
Kalita menatap ibunya dengan sangat lekat. Jarang-jarang ia mendapat kehangatan dari sang ibu.

"Yasudah, ibu mau pergi dulu, kamu jaga rumah baik-baik ya kalita. Jangan keluar rumah dulu, sebelum ibu kembali" Ibu membelai rambutnya lalu keluar dari kamar. bayangan ibu lenyap dibalik ambang pintu kamarnya.

Iaseperti terpaku pada arah jendela luar. Seperti ingin rasanya keluar rumah, tapi ia tak tau kemana ia akan pergi.

"Ada apa?"
Tangan besar melintas langsung tepat di pundak nya, ia terkejut dan berbalik kebelakang.

Boneka itu hidup kembali,

"Kau mengagetkan ku mark"
Katanya dengan senyuman.

"Aku bukan hantu"

Kalita terkekeh, melihat Mark begitu lucu dengan ekspresi wajahnya yang datar.

"Kalita, kau tau. Menjadi seorang yang mengasikkan itu sangat lah mudah" sambung Mark yang membuatnya semakin bingung.

"Apa maksudmu Mark?" Jawabnya

"Nanti saja kalita, akan ku ajari kau menjadi orang yang mengasikkan" Lanjut Mark dengan tatapan yang lekat, tak luput dari senyuman misterius nya.


•••


Matahari belum menampakkan diri di balik puncak-puncak nya.

Tetapi mata kalita sudah terbuka lebar.
Sudah lebih dari dua jam ia terbangun, menunggu fajar merekah.
Ia terlihat sangat bosan.

Suara ketukan pintu membuat nya beranjak dari kasur.

'Siapa yang mengetuk pintu di jam segini?'

Ia membuka pintu sangat lebar,

"Kau siapa?"
Ia langsung memulai pembicaraan tatkala ia melihat seorang perempuan berambut pendek sebahu, yang memiliki tinggi setara dengannya, dengan menampakkan cengiran kuda.

Dia tidak menjawab hanya senyum melihat kalita, tiba-tiba ibu datang bersamaan dengan wanita yang sedang hamil langsung menghampiri mereka

"Kalita, dia Vanya. Anak ibu ini yang pernah ibu bicarakan padamu" ucap ibu menjelaskan sambil menunjuk ke wanita hamil yang disamping ibu.

Ia hanya diam. Tidak menjawab apa-apa. Seperti patung yang bernafas, ia tidak merasakan senang akan kehadiran nya.
Bahkan ia memperhatikan nya sangat lekat.

Gadis asing itu langsung menghampiri nya dan memeluknya dengan erat.

Ia tak mengenalnya, bahkan ini aneh.

'Aku benci adegan ini, Aku benci senyuman nya, aku benci dia ingin akrab denganku.'

Ia tidak membalas pelukan nya, ia hanya mematung. Tak lama gadis itu melepaskan pelukannya.

Ia merasa lega,

"Hey, mulai sekarang kita seperti bersaudara. Oia namaku Vanya, dan aku telah mengenal mu, kau kalita kan? Mama ku sering menceritakan diri mu kepadaku, hingga tentang kamu yang lebih suka menyendiri. Mulai sekarang, kau tidak akan kesepian lagi, aku akan selalu ada disamping kamu, anggap aku saudari mu"

Omongan nya yang panjang lebar membuat kalita muak, ia hanya membalas Jawaban nya dengan senyuman dan anggukan.

Ibu dan wanita hamil itu ikut tersenyum melihatnya tersenyum kepada Vanya.

"Kalita, ibu akan membawa mama Vanya ke dokter dulu ya, untuk memeriksa kandungan nya yang sudah memasuki 6 bulan. Kau dan Vanya jaga rumah ya, Oh ya kalau kalian merasa bosan dirumah, kalian bisa ambil atm milik ibu di dalam lemari ibu. Kalian boleh belanja keluar, dan jangan lupa untuk mengunci pintu kalau kalian keluar"

Ibu menjelaskan panjang lebar. Kalita hanya mengangguk, terkecuali Vanya yang sangat antusias menampakkan senyuman kuda itu yang membuat kalita makin muak.

'Untuk melihat dirinya saja enggan, apalagi mengajaknya jalan-jalan.'



Fuck Off (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang