Bab 1: Perekrutan Anggota

76 16 15
                                    

Suara bel pulang sekolah terdengar memenuhi seluruh gedung sekolah. Entah itu gedung timur, barat, utara, dan selatan. Begitu panjang dan mengganggu pendengaran. Setelah hampir lima menit berbunyi, bel sekolah itu berhenti dan membuat beberapa murid menghela napas lega.

Seorang gadis membenarkan letak hijab instannya yang miring. Matanya menatap kesal dengan raut wajah seakan ingin memakan siapa pun di hadapannya. Teman sebangkunya menatap ngeri dengan tubuh yang bergidik. Ia segera menepuk bahu temannya itu keras, berusaha menghentikan tatapan mengintimidasi yang membuat beberapa teman sekelas mereka menatap tak nyaman.

"Hei, Bil! Hentikan tatapanmu itu!" ujarnya dengan nada keras.

Nabilla menggelengkan kepalanya dan memasang tampang bingung. "Eh? Ada apa, Fel? Memangnya aku kenapa?" tanyanya tak paham.

Fellycia Arenjana atau yang lebih sering dipanggil Felly itu menepuk jidatnya. Ia tidak menyangka jika Nabilla tak menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Sindrom pelupa dan tidak peka sahabatnya itu sudah melebihi kadar normal. Oke, ia lelah sendiri melihatnya.

Nabilla sendiri hanya mampu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh, ia tidak mengerti kenapa Felly menatapnya dengan pandangan begitu geram. Apa salahnya? Ia tidak mengerti sama sekali.

Aktivitas kedua sahabat itu terhenti ketika mendengar suara tawa dari bangku belakang. Mereka dengan serentak menoleh dan mendapati sahabat manis mereka yang tertawa lembut. "Apa yang kau tertawakan?" tanya mereka berdua bersamaan. Bukannya berhenti, tawa gadis itu semakin membahana. Ia sampai harus menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Gadis lain berdecak. Matanya memandang lelah kedua sahabatnya yang saat ini memasang tampah tak paham. Kedua tangannya meraih tas selempang di bangku dan menyampirkannya di bahu. "Kalian memang payah," ujarnya malas.

Mata Felly melebar mendengarnya. "Oi! Apa maksudmu, Sa? Kau bilang aku payah?! serunya tidak terima.

Salsa memutar bola matanya jengkel. "Terserah." Dia berjalan menuju pintu setelah berucap, "Aku mau kembali ke indekos. Jika ada perlu apa-apa, hubungi melalui tablet."

Felly kembali duduk dengan kesal setelah kepergian Salsa. Ia menatap Nabilla yang saat ini sudah bersiap-siap untuk pulang. "Kau mau pulang juga?" tanyanya tak sabar.

Nabilla mengangguk. Tatapannya beradu dengan Felly. "Iya. Aku ada keperluan hari ini." Nabilla memakai sweater biru tua sebelum mengambil tas dan memakainya di punggung. "Kau akan memabahas soal seleksi Crystal Game, bukan? Maafkan aku, tapi hari ini aku tidak bisa ikut. Baiklah, aku pulang dulu."

Felly hanya mengangguk. Ia tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya.
"Kenapa kau akhir-akhir ini seperti banyak pikiran? Apa ini karena seleksi untuk Crystal Game?" tanya gadis yang tadi menertawai dirinya dan Nabilla.
Felly menghela napas dalam. "Kau benar, El. Crystal Game bukanlah permainan biasa. Ini membutuhkan kerja sama yang baik antara digicreat dengan pelatihnya. Argh! Ini membuatku frustrasi!" pekik Felly kesal.

Digicreat atau singkatan dari digital creature adalah sebuah kecerdasan buatan yang visualnya berupa makhluk android dengan berbagai bentuk. Kecerdasan buatan ini dikembangkan oleh sebuah dewan khusus PBB yang bernama Crystal Game Association (CGA). Android ini digunakan dalam permainan yang bernama Crystal Game. Sebuah pertarungan antara android dan pelatih mereka. Namun, di luar semua itu, android juga berguna sebagai sahabat manusia.

Crystal GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang