Aisha cemberut selama Imran sedang bersiap-siap mau ke Jakarta. Ia ingin mengawal suaminya takut macam-macam dengan Lili. Ia mendelik saat Imran mengambil tas kecil di dalam lemari. Tas yang biasa dibawanya jika sedang berpergian. Ada dompet dan juga surat kelengkapan kendaraan. Aisha kesal bukan main rasanya ingin menangis saja karena tidak di ajak. Aisha keluar kamar sengaja menonton tv dengan volume yang keras. Tingkahnya seperti anak kecil yang sedang ngambek.
"Aisha," panggil Imran dari dalam kamar. "Itu tv kenapa suaranya gede banget. Nanti diomelin tetangga!" tegurnya.
"Bodo amat," timpalnya dalam hati. Imran berdiri di ambang pintu sambil menggeleng kepalanya.
"Cepat ganti bajunya, kita mau ke Jakarta." Aisha tidak melihatnya malah fokus ke tv. "Aisha," panggilnya.
"Kamu aja sendiri sana yang ke Jakarta!" ucapnya ketus. "Kalau mau ngajak bukannya dari tadi. Nah ini malah diem-diem aja. Seperti aku nggak boleh ikut!" lanjutnya dalam hati.
"Beneran nih," ucap Imran. "Emangnya kamu nggak takut dirumah sendirian? Semalam aku denger ada suara yang nangis. Tadinya mau ngebangunin kamu biar kamu tau." Imran menakut-nakuti seraya melihat reaksi Aisha.
"Aku mau nginap di rumah Mama aja," Aisha tidak mau kalah.
"Nanti Bapak marah sama aku kalau nggak ngajak kamu. Sangkanya aku mau ketemu Lili."
"Emang iya kan," cibir Aisha.
"Iya sih, tapi kan kesana ada tujuannya. Aku ketemu bukan sama Lili aja tapi kan sama suaminya juga. Pokoknya kamu ikut, harus nurut apa kata suami. Cepet ganti bajunya," ucap Imran tegas. "Cepat Aisha," Pria itu menjadi gemas. Akhirnya Aisha bangkit lalu ke kamar. Imran mengulum senyum.
"Awas aja kalau disana macam-macam," dumelnya saat memilih pakaian.
"Disana mau nginap nggak?"
"Nggak mau! Langsung pulang aja!" ekpresi Aisha seperti orang yang sedang cemburu.
"Kamu kalau ngambek lucu juga ya," Imran tertawa kecil.
"Siapa yang ngambek, udah keluar aku mau ganti baju dulu!" perintah Aisha. Imran pergi dengan terkekeh.
Imran duduk di teras menunggu Mang Edi mengantarkan mobil. Ia akan membawa mobil sendiri ke Jakarta. Kasihan jika menyuruh Mang Edi. Tak lama mobil miliknya datang. Mang Edi memberikan kuncinya.
"Benar nggak mau dianter aja, Boss?" tanya Mang Edi menawarkan jasanya.
"Nggak usah, Mang. Nanti lihat-lihat ladang aja ya. Mungkin besok saya pulangnya. Sekalian jalan-jalan disana." Imran menyunggingkan senyuman.
"Oia, benar sama Neng Aisha ya."
"Iya, Mang.."
"Saya pulang dulu, hati-hati ya, Boss."
"Makasih ya, Mang." Mang Edi pulang.
Aisha keluar dengan wajah yang masih cemberut. Imran meneliti penampilan Aisha yang rapih. Meskipun rambutnya dikuncir asal. Perasaan Imran menjadi senang mempunyai istri seperti Aisha. Imran mengenakan t-shirt dan jaket levis sederhana. Mereka mengunci rumah terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan Aisha menyibukan diri dengan ponselnya. Enggan bicara.
"Di Jakarta mau main kemana?" tanya Imran membuka topik.
"Nggak tau,"
"Kok gitu?" Imran melirik Aisha sekali lalu fokus ke depan.
"Terserah." Jawaban Aisha membuat Imran menghela napas. Pacaran pun ada marahnya jadi Imran memaklumi.
"Kamu terlihat nggak suka jalan sama aku ya," ucap Imran sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling (GOOGLE PLAY BOOK & KBM APP)
General FictionHanya tersedia di Google Play Book & KBM APP. Sinopsis : Seumur hidup Aisha Hasna Purnawitra sudah pernah merasakan apa yang namanya patah hati, cinta sepihak dan bertemu dengan pria pemberi harapan palsu alias PHP. Di usia yang ke 31 tahun ia s...