Proud Of You

110 11 1
                                    

"Uhuk!"

Jimin tersedak makanannya dan sang Ibu segera memberi segelas air padanya.

"Eomma, ini tipuan ulang tahunku kan?"

Eomma Park menggeleng seraya meniru ekspresi Jimin saat ini guna menggoda sulungnya.

"Eommaaaaa" rengeknya.

Dan itu membuat Eomma Park tertawa ringan, hal yg selalu dirindukan. Sulungnya selalu bersikap lebih manis dibanding bungsu mereka, Park Kimmy.

"Eomma serius Kimmy di Nagoya?" ulang Jimin.

Ibunya menghela napas dan kali ini mengangguk malas "Telepon adikmu kalau kau tidak mempercayai Eomma" ujarnya seraya merapikan kembali meja makannya.





Bruk.

Jihyun yg sedang fokus dengan tugasnya pun teralihkan oleh suara bising tepat di pintu kamarnya, dimana Jimin tengah mengaduh karena entah kesandung memang sudah menjadi salah satu hobbynya.

"Hyung, sakitkah?" ledeknya seraya menahan tawa.

"Tertawalah sebelum bibirmu itu tidak lagi bisa terbuka esok!" Ketusnya.

Jimin mendaratkan dirinya di kasur dengan nuansa tosca itu sambil memperhatikan adik pertamanya mengerjakan tugas dan itu sungguh mengganggu bagi Jihyun.

Akhirnya ia membalikan tubuhnya dan kursinya menghadap Jimin dengan wajah datar.

" Hyung tau kan? Besok aku harus mengumpulkan tugasku ini. Kau memiliki kamar di rumah ini, pergilah ke kamarmu sendiri! Jangan terus memperhatikanku seolah aku ini gadis incaranmu seperti itu!" omelnya.

Tak satu katapun dikeluarkan Jimin selain senyuman angelnya, menyeramkan sih jika menurut Jihyun.

" Aishhh, baiklah.. Baiklah! Ada apa, Hyung? " ujarnya menutup laptop dan membalikan tubuhnya kembali untuk menghadap Jimin.

Jimin tersenyum, ia duduk bersila dan mereka kini berhadapan.

"Kimmy dimana?" Tanyanya dan Jihyun tentu saja mengernyitkan dahi.

Pasalnya Jimin itu adalah orang yg selalu mengabsen setiap keluarganya jika mereka tengah mengobrol di telepon, terlebih yg Jihyun tahu Jimin sering bertukar kabar dengan adik mereka itu. Tetapi kenapa ia tidak mengetahui apa-apa soal Kimmy saat ini.

"Hyung tidak tahu?"

Jimin menggeleng, Jihyun menghela napasnya.

"Bukankah kalian sering bertukar kabar baik ditelepon atau hanya sekedar chatting ya?"

Jimin mengangguk lemah.

"Yak! Hyung! Jawab aku dengan suaramu, aiishh. Kau seperti adikku jika seperti itu!" protesnya.

"Ck, sudah jelaskan saja dimana Kimmy. Jangan membuatku marah, Park Jihyun." ucapnya dan sukses memang membungkam Jihyun yg sepertinya akan kembali protes.

"Eomma belum juga memberitahumu?" ujar Jihyun.

"Park Jihyun."

Jihyun mengangguk pelan dan menyilakan kedua kakinya diatas kursi belajarnya.

"Kimmy memang di Nagoya, dia mau melanjutkan pendidikannya disana bersama Halmoni. Aku hanya bingung, kenapa anak itu tidak memberitahu Hyung soal ini? Apa karena takut Hyung tidak mengizinkannya? Tapi memangnya apa hakmu tidak memperbolehkannya? Sedangkan Appa dan Eomma selalu mendukungnya" ujar Jihyun.

" Park Jihyun, kau mengejekku? Nagoya itu jauh dan Kimmy, dia sama sekali belum pernah terpisah dari Eomma dan Appa. Sama sepertimu. Jadi mungkin dia tidak akan merasa nyaman disana. Terlebih dia itu seorang gadis" jelas Jimin menjawab pertanyaan Jihyun, terselip nada marah diucapan Jimin.

" Hyung, Kimmy dan aku sudah dewasa. Biarkan kami memilih impian kami sendiri, sama sepertimu yg memilih jalanmu sendiri. Soal Kimmy nyaman atau tidak, itu hanya butuh sedikit waktu. Lagipula disana dia juga bersama Halmoni dan Haraboji, jadi apa yg Hyung khawatirkan? Dan Park Kimmy hanya penampilannya saja yg gadis, aku yakin tidak akan ada pria yg berani macam macam padanya" Jelas Jihyun dengan memijit pelipisnya, ia sudah sangat sering bertengkar dengan Kimmy dirumah dan adiknya itu jauh dari kata gadis manis seperti wajahnya.

" Banyak, aku selalu mencemaskan kalian. Karena bagiku, kalian selalu menjadi adik-adik kecilku yg tak akan pernah kubiarkan mengenal kerasnya suasana diluar rumah. Omong-omong Kau mengejek adikmu? "

Jihyun menggeleng dan tersenyum tipis " Jika seperti itu, sama saja jika Hyung tidak membiarkan aku dan Kimmy tumbuh dewasa. Biarkan kami tahu apa arti dunia diluar sana, Hyung cukup mengawasi kami dan mengulurkan tangan Hyung setiap kali kami terjatuh. Bukan malah seolah memanjakan kami dengan setiap kecemasanmu, Hyung. Aku janji, aku akan menjaga Kimmy semampuku. Tenang saja, Hyung. Teruslah terbang, hingga kau akan melihatku dan Kimmy mampu berlari menyusul dirimu dengan cara kami. Bulan depan aku akan mencoba ikut pertukaran pelajar juga di Kyoto. Jadi kurasa aku bisa mengawasinya"

Jimin tertegun oleh ucapan adiknya, sedikit banyak perkataan Jihyun memang benar adanya. Tapi terkadang kecemasaan itu selalu menghantuinya, jika setiap ancaman dari antifans mengarah hanya padanya, Jimin tak pernah takut untuk tetap menghadangnya.

Ia punya banyak kekuatan dari para member, staff, dan keluarganya. Tapi mimpi buruk yg terkadang menghantuinya, jika keluarga-nyalah yg menjadi sasaran gila antifans. Jimin tak mampu lagi berdiri dan tampil dengan kekuatan penuh lagi seperti sebelumnya.

Puk.

"Hyung, tak akan terjadi apapun padaku, Kimmy, Eomma, dan Appa. Semua akan baik baik saja, termasuk dirimu sendiri Hyung. Aku akan menjaga mereka semua disini, Hyung juga jaga dirimu saat tidak bersama kami. Jangan hiraukan candaan konyol para pembencimu itu, mereka hanya pandai membual. Tak akan ada yg tega melukaimu dan Hyung yg lain juga Jungkook. Mereka juga sangat menyayangi kalian, percayalah. "

Jimin tersenyum dan mengusak lembut surai hitam milik sang adik. Ia percaya kini Jihyun sudah lebih dewasa dari pertemuan mereka sebelumnya dan ia pun sempat sedikit terkejut oleh ucapan sang adik tentang teror yg menimpanya beberapa waktu lalu.

" Kau tau soal itu?"

Jihyun mendengus "Aku bukan bocah yg tinggal di hutan tanpa tau berita apapun. Beribu artikel tentang terormu aku sudah membacanya dan bagaimana cara para member dan staff melindungimu dan bangtan juga aku tau." kesalnya.

Jimin terkekeh.

" Baiklah jaga dirimu dan mereka untukku. Kau sudah dewasa rupanya, Park Jihyun." ujar Jimin penuh kebanggaan.

Dan Jihyun, ia membalasnya dengan berdecih. Namun pada akhirnya mereka tertawa bersama dan berjanji liburan Jimin berikutnya, mereka akan bertemu di Tokyo dan menghabiskan waktu bertiga hingga larut malam, seperti hal yg selalu mereka lakukan dulu. Entah, tapi Tokyo adalah kota favorit gadis kecil mereka dan Jimin yakin anak itu pasti akan selalu kesana saat libur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tansiblings #BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang