Part 2

36 7 0
                                    

Hari ini Zolla bangun lebih pagi, mandi lebih cepat dan gerakannya lebih gesit dibanding hari-hari sebelumnya. Dia hampir saja terlambat sekolah padahal ini hari pertamanya sekolah.

"Bodoh sekali, kenapa harus sekarang masuk sekolahnya?" Zolla menghela napas malas didepan kaca.

Aneh memang Zolla sudah kerja paruh waktu hampir 2 bulan sedangkan dia baru masuk sekolah sekarang. Keluarganya tidak sempat mengurus masalah sekolah karena memang tidak ada yang peduli. Dia harus mengurus semuanya sendiri. Pendidikan, keseharian, urusan makan, semuanya dialah yang mengurus sendiri. Kakaknya terlalu sibuk menjadi sekretaris disebuah perusahaan yang mengharuskannya pulang larut malam. Sebenarnya sebuah keuntungan juga untuk Zolla karena tidak perlu susah-susah berpikir jawaban untuk sebuah pertanyaan yang menurutnya konyol dan tidak bisa diterima dengan baik oleh otaknya.

"Apa aku harus make up sedikit untuk hari pertamaku?" Tanyanya pada diri sendiri sambil menatap wajahnya didepan cermin. Matanya beralih ke beberapa make up. Dia mengambil liptintnya dan memoleskannya sedikit.

"Lebih segar sekarang dibanding tadi yang seperti gembel" Ucapnya setelah melihat bibir pinknya bertambah pink. Zolla merapikan rambutnya yang sudah rapi. Merapikan bajunya lagi dan siap untuk berangkat sekolah.

***

Zolla memasuki pekarangan sekolah dengan canggung. Aneh rasanya menjadi murid baru. Saat ini dia sedang jalan dan menundukkan kepalanya. Banyak siswa yang memperhatikan dia dan juga berbisik satu sama lain sambil melirik kearahnya. Dia semakin mempercepat jalannya.

"Everybody's looking at me and I know I'm fabulous" kata Zolla pelan supaya lebih percaya diri.

Zolla berjalan dikoridor sedikit pelan sambil mengatur detak jantungnya agar seirama dengan langkahnya.

"Apa dia anak barunya?" Bisik salah satu siswi berambut panjang dan berponi kepada siswa tinggi. Zolla melirik kearah mereka,dan mempercepat lagi jalannya. Dia tidak suka ada yang berbicara tentangnya.

Buuuuggghhhh....

Tubuh Zolla terhuyung ke lantai karena menginjak tali sepatunya yang lepas sejak awal ia masuk gerbang. Ia tidak berani mengangkat kepalanya karena malu. Ia sadar sekarang banyak yang sedang melihat kearahnya. Zolla memang terkenal ceroboh. Ia mengutuk dirinya sendiri. "Bodoh. Bodoh. Bodoh."

Ia melirik sedikit ke depan dan melihat sepasang kaki dengan sepatu putih didepannya. Tidak mau mendangak ke atas,Zolla masih tetap dengan posisinya.

"Awas" suara bariton terdengar. Zolla melebarkan matanya saat sadar yang didepannya saat ini seorang pria. Mukanya tampak khawatir sekarang. Ia sudah membuat dirinya malu karena jatuh,dan sekarang ia lebih malu karena harus jatuh didepan pria.

Ia makin menundukkan kepalanya. Dan melirik kesamping sesaat untuk melihat keadaan sekitar. 'sepertinya tidak ada yang melihatku lagi', gumamnya dalam hati. Ia kembali melihat sepatu putih didepannya yang sekarang mulai berjalan kesamping untuk meninggalkan Zolla tanpa membantu.

"Apa semua orang Korea benar-benar hanya memperdulikan diri sendiri?" Katanya kesal dan bangun dari posisinya. Ia merapikan rok depannya dan merapikan rambutnya.

Zolla didepan kelas sekarang dan saat ini ia gugup. Ia menarik napas beberapa kali agar detak jantungnya kembali normal. Ia mengingat kembali yang dikatakan ibunya saat pertama kali ia masuk sekolah dasar "Kau cantik,tidak usah takut. Kalau mereka memperhatikanmu,itu artinya mereka terkejut melihat perempuan secantikmu." Zolla tersenyum mengingat kata-kata ibunya. Itu seperti penyemangat.

IntrèpideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang