Perkenalan

23 0 0
                                    

"Rekan-rekan semua, perkenalkan ini calon menantu saya, yang akan menjadi Branch Manager di sini" Pidato bapak direktur disambut dengan tepuk tangan beberapa puluh orang di ruangan bernuansa kantor modern. Gue ikutan tepuk tangan sambil clingak-clinguk karena nggak paham ini ada apa sebenarnya. Tiba-tiba pundak gue di colek macam sabun colek B29.

"Ayo atuh neng" bisik bapak direktur di telinga gue. E-e-eh, apaan neh?

Tiba-tiba gue sadar kalau gue sedang jadi pusat perhatian dan gue berdiri persis disamping bapak direktur. Tunggu. Jadi yang dimaksud bapak direktur tadi calon menantu dan branch manager itu... gue?

"SAYA?"

"IYA KAMU?"

"SAYA?"

"IYA KAMU"

"SAY.."

"KAMUUUUU"

Kamu buat aku tersipu. Buat ku malu-mau saat bersamamu...

Eits. Kok ada coboy junior? Lirik lagu yang sangat familiar banget buat gue tiba-tiba mendengung di telinga. Gue hafal karena adik perempuan gue merupakan fans fanatiknya coboy junior dan SMASH. Kerumunan orang dan bapak direktur tiba-tiba menghilang, dan gue membuka mata gue menemukan kaki adek gue tepat disamping muka gue. KAMEHAMEHAAAAH! Seketika adek gue terpelatuk sampai zimbabwe, dalam imajinasi gue.

"Alarm lu tuh matiin. Ngerusak mimpi gue aja" gue jitak kepala adik gue, dia bangun-bangun dengan crunchy dan bersiap mau nangis.

"Hayo, udah SMA loh masih nangisan lagi lu? Dasar cengkeh" kata gue sambil menggoyang-goyangkan bahunya.

"Cengeeeeng bukan cengkeh!" teriak adek gue, oh masih bisa becanda juga ini roh.

"Pala gue lu jitak kak, gimana gue nggak nangis. sakit tau" Sambungnya lagi sambil ngedumel.

Mungkin inikah rasanya, rasa cinta pandang pertama.. Klik. Dengan gusar adek gue matiin alarm, tatapannya membunuh tapi kemudian dia lanjut tidur.

"Mau tidur lagi lu?" tanya gue

"Iya, gue mau mimpi bunuh elu"

eh buset. Bar-bar amat adek gue. Tiba-tiba dia duduk terbangun memanggil mamak

"Maaakk"

"Iyeeee..." sahut mak gue dari jauh

"Cariin suami buat Lintang mak. Lintang nggak kuat harus hidup serumah sama si Macaroni schootel" teriak Lintang, adek gue.

"Lah lu ngapa tidur di kamar kakak lu juga? Kan lu punya kamar sendiri?" sahut mak gue masih dari jauh. Beliau merupakan tipikal ibu-ibu yang bangun pagi untuk bersih-bersih dan masak buat sarapan agar jam 8 pagi ketika tukang sayur lewat dia bisa leluasa bergossip dengan ibu-ibu lain.

Gue melet-melet ke adek gue, ya si Macaroni schootel yang dimaksud si Lintang adalah Gue. Tapi Nama Gue bukan Makaroni, tetapi Maharani. Biasa dipanggil, Chaca.

Oke. Sabar.

Gue tahu banyak orang yang mengincar nyawa gue karena kecewa betapa jauhnya akronim nama panggilan gue dan nama asli gue. Tapi sungguh semua ini diluar kehendak dan tanggung jawab gue sebagai anak maupun manusia, semua merupakan ide orisinil dari bapak gue.

"Maharani Adisha kenapa jadi Chaca sih pak?" tanya gue suatu kali pada bapak yang sedang menjahit kain kursi. Beliau merupakan mebel reparasi kursi dan sofa rusak terbaik di kampung gue. Tapi itu job side nya dese, gitu-gitu bapak gue kepala sekolah SMP samping rumah gue.

"ambilin gunting" Perintah paduka bapak.

Gue ambilin tuh gunting.

"Ambilin kain yang disamping lemari, yang warna biru"

Dunia MimpiWhere stories live. Discover now