[bonus] you can leave your toothbrush at my place.

1.6K 367 42
                                    

"Ada usul apartemen yang bagusan, enggak?"

Adalah tanya yang terlontar dari mulut Changbin suatu sore. Apartemen Felix, seperti biasa, adalah tempat ternyaman untuk bersantai. Mungkin karena tata letaknya yang minimalis, atau karena pemandangan di luar jendela yang menyejukkan mata. Mungkin juga karena sofa ruang tengah apartemen Felix tempat Changbin tidur sangat nyaman. Felix yang sibuk dengan laporan praktikumnya mengangkat kepala. Pandangnya pada Changbin bertanya-tanya.

"Kenapa emangnya, Kak?"

Changbin menarik napas sebelum bercerita, "Jadi, orang tua Kakak kemarin bilang soal Kakak nyoba buat mandiri." Yang membuatnya agak sebal juga. Kakak perempuannya bahkan tidak diperbolehkan punya apartemen sendiri sampai menikah, sementara dia justru ditendang secara halus. Apa sudah kebiasaan para orang tua memperlakukan anak lelaki dan perempuan dengan perlakuan berbeda? Padahal sama-sama anak manusia. "Ayah bahkan sampai ngasih daftar apartemen dan harganya. Katanya, Kakak anak cowok, jadi enggak bisa selamanya numpang dengan orang tua. Jadi, ya—"

Felix cepat-cepat memotong, "Mau tinggal bareng aja, Kak?"

"Sama siapa? Kak Chan udah punya roommate. Sama Jisung? Bisa ubanan duluan aku kalau tinggal sama Jisung."

"Sama aku. Gimana?"

Tawaran Felix membuat Changbin menatapnya tak percaya. Gagasan tinggal dengan Felix tentu saja gagasan yang bagus di mata Changbin. Tetapi apakah apartemen Felix muat untuk dua orang? Hanya satu orang saja, barang Felix masih sering berantakan. Apalagi dua.

"... yakin, Fel?"

"Yakin. Cukup kok berdua. Nanti tambah bed aja." Felix mengangguk yakin. Argumen di dalam kepala Changbin luluh lantak. "Lemari tanamnya juga bisa buat baju dua orang. Barang-barangku nanti kususun lagi, biar ada tempat buat barang-barang Kakak. Kalau soal sewa, tenang aja. Terjangkau dan fasilitasnya lumayan, kok."

Tidak salah juga. Terutama di bagian sewa. Mengingat masih banyak keperluan untuk mereka berdua kelak, berhemat adalah opsi yang paling masuk akal.

"Iya juga sih.... Boleh lah."

Felix langsung tersenyum cerah. Dengan sigap, diambilnya ponsel dan diketikkannya sesuatu. Memberi tahu sang pemilik asli bahwa akan ada pendatang baru dan mereka butuh kasur. Baru beberapa kalimat, jemari Felix berhenti saat menyadari sesuatu.

"Eh, Kak. Bednya enakan satu yang gede aja atau dua?"

Pertanyaan yang membuat Changbin mendengus geli sebelum terkikik.

"Kamu masih nanya?" Senyum Changbin berubah timpang. Pemuda itu turun dari sofa, mendekati Felix yang duduk di bawah. Dibisikkannya jawaban dengan suara dalam. "After I hear you scream my name in pleasure several times?"

Suara Changbin selalu berhasil membuatnya gemetaran. Felix memalingkan wajahnya yang memerah. Pura-pura bodoh dengan lengan Changbin yang kini melingkari pinggangnya. Sudah satu tahun lebih mereka menjalin cinta, tetapi perlakuan Changbin selalu membuat sesuatu di dalam perutnya menggeliat geli.

"Oke, satu ranjang gede. Bener, kan?"

Changbin mengangguk. Dikatakannya, "Iya, Sayang," sebelum bibirnya memagut bibir Felix lembut.

//

a/n: i'm sorry if it's so long and kinda forced, but, thanks for the support! firewalking resmi tamat dan sampai jumpa lagi di karya-karya saya selanjutnya!:"D

firewalking. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang