Hai! Apa kabar? perkenalkan, aku Odi!
Alodie Samantha, adalah nama asliku. tapi biasanya orang yang sudah mengenalku memanggil dengan sebutan Odi. aku suka namaku itu, bagaikan memiliki makna kuat yang mencerminkan karakter si pemilik nama. coba kau bayangkan orang seperti apa diriku?. aku tidak akan menjelaskannya sekarang. lambat laun setelah kau membaca kisahku, kau akan mengerti.
Aku membuka pintu lalu menghampiri seorang anak perempuan, tengah tertidur pulas diatas ranjang berwarna putih. Kubelai rambut halusnya dan kucium keningnya seraya membisikkan kalimat "mom sayang ade" kemudian beranjak pergi. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 10 malam dimana aku duduk cemas di ruang keluarga sambil sesekali memandang jam dinding yang semakin cepat waktu berlalu. tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka bersamaan dengan suara lelah lelaki mengucap "aku pulang...". Bergegas aku menghampiri sumber suara tersebut. "Ingin mom buatkan makan malam atau segelas susu sebelum tidur?" aku bertanya dan laki-laki itu menjawab "tidak usah mom, aku sudah makan malam". "baiklah, jangan lupa membersihkan badan mu sebelum tidur", "iyaaa mom" ia menjawab dengan suara sedikit lelah sambil berjalan menuju ke kamarnya di lantai 2.
Irish Hannah Dieter dan Aldrin Jusuf Dieter adalah 2 malaikat yang hadir dalam hidupku. kami memang bukan kelurga utuh yang sempurna. Betapa aku sangat bersyukur dan bahagia menjadi ibu yang dikaruniai dua orang anak yang sungguh hebat, mereka sangat menyayangiku. Aku tahu bagaimana perasaan mereka memiliki keluarga yang tidak sempurna. Ditambah aku, ibu mereka mempunyai riwayat kesehatan mental yang buruk dan mereka memilih bersama denganku. Kami telah menjalani 3 tahun hidup tanpa kehadiran seorang kepala keluarga. Bukan tanpa alasan, mereka punya ayah dan sampai saat ini kami masih menjaga hubungan baik dengannya. Namun ada satu hal yang terpaksa aku lakukan dengan pengorbanan dan mengambil resiko besar untuk keluarga kecilku. Aku tak mungkin bisa tinggal dengan sesorang yang telah membuat keluargaku hancur. Seseorang yang telah menyakiti anak-anakku.
Ega Niel Dieter telah menikah dengan mantan sekretarisnya terdahulu. Usia pernikahan mereka sama dengan usia perceraianku dengannya. Ya, ia adalah mantan suamiku dan ayah bagi anak-anakku. 3 tahun lalu kami memutuskan untuk bercerai dan sepakat menurunkan ego masing-masing untuk tumbuh kembang anak-anak kami. Meski begitu, percayalah aku tak mau ini terjadi. Dikhianati oleh orang yang kau cintai bukankah seperti kehilangan sebelah kakimu? aku selalu berpikir apakah keluargaku akan kembali seperti dulu? Karena itulah yang dibutuhkan anak-anakku. Walaupun mereka mengerti aku dan ega tidak akan bisa bersama lagi, mereka menutup mata pada kenyataan dan itu bukanlah hal yang mudah bagi anak remaja. Saat ini, semuanya telah terjadi. Aku hanya berharap akan terjadi suatu keajaiban untuk kebahagiaan anak-anakku.
"mom akan pergi menemui client mom di kedai kopi persimpangan jalan moritz malam ini, jadi mungkin mom akan telat tiba di rumah" sambil melahap sarapan pagi dihadapan kedua anakku. "apakah dia seorang laki-laki bertubuh besar dan berwajah rupawan? ah, yang terpenting apakah dia sudah siap menerima kami?" sahut Aldrin tertawa seakan meledek diriku. "ataukah ia sepert Cole Sprouse dengan selera humor yang tinggi mom?" tambah Hannah menyambung pembicaraan Aldrin. Aku tertawa mendengar kedua anakku dengan humor kawakkan berusaha membuat pembicaraan pagi ini begitu bermakna. "Tidak, dia adalah lelaki bertato dengan perhiasan di sekujur tubuh seperti seorang nenek kaya yang berusaha memamerkan perhiasan dan tatonya". "mom itu tidak lucu, seorang nenek kaya bertato bukankah terlihat menyeramkan?" Aldrin membalas. "Apa ada gangguan serius sehingga hanya bisa malam ini? tidak biasanya mom bertemu Client dimalam hari" kemudian Aldrin pun menambahkan pertanyaan serius. "Tidak, kali ini mom yang menyesuaikan jadwal mom karena merasa kasihan dengannya. ia tak punya waktu di pagi sampai siang hari karena ia adalah orangtua tunggal untuk seorang balita." aku menghentikan makanku dan menunduk. "kalau begitu bolehkah kami ikut mom? agar aku bisa menjaga anaknya. Kita bisa bertemu di rumah dan ia bisa membawa anaknya. bukankah ide bagus?" Hannah berkata dengan antusias. "Tidak bisa sayang, itu bertentangan dengan etika profesi mom, biar bagaimanapun mom tidak boleh memilik ikatan emosoional dengan client dan harus menjaga nama baik profesi mom". "mom... selalu seperti ini?" Aldrin mendengus malas. "baiklah, ayo kita berangkat" aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 06:30 dan segera mengehentikan pembicaraan pagi ini.
Kami berpisah di halaman depan rumah menuju kendaraan masing-masing. Aldrin dengan usianya yang baru menginjak 19 tahun sudah ku percayakan untuk mengendarai SUV pribadinya karena jarak sekolah cukup jauh dari rumah. Sedangkan Hannah ikut denganku karena sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari tempatku bekerja. Diperjalanan, Hannah menyalakan radio mobilku dan memutar lagu kesukaannya Reflection keluaran film disney mulan. Selama beberapa menit aku terdiam mendengarkan alunan musik seraya memusatkan atensiku pada jalan. Sementara Hannah bersenandung dengan melodi suara yang indah. Aku memang bukan orang yang pintar soal nada, tapi menurutku suara Hannah indah dan menenangkan. Entah dari mana warisan suara indah itu karena dari riwayat kedua orangtuanya tidak ada yang menyukai seni musik. Lagu terhenti, kemudian berganti lagu yang aku tidak tahu itu lagu apa. Aku tetap terdiam sambil memperhatikan jalanan. Kemudian Hannah memulai pembicaraan "mom..". Aku menoleh "Iya, sayang?". "Apakah mom tidak ingin menikah lagi?".
YOU ARE READING
YOUR CHOICE
Ficción GeneralPROLOG Tidak ada seorang pun yang bermimpi menjadi orangtua tunggal dari sepasang anak berusia 17 dan 19 tahun. Begitu pula tidak ada anak yang bisa memilih akan lahir dikeluarga seperti apa. Yang tidak sempurna atau kehidupan bak anak seorang kaya...