Sendirian

17 2 2
                                    

Pagi hari saat di kampus....

"HEI BOCAH LU TADI KENAPA GAK NGASIH TAU GW JAWABAN UJIAN TADI, LU JANGAN BELAGA, MAU GW TONJOK LU HAH?!"
Orang itu menarik kerah bajuku dan mendorongku ke tembok...

"AWAS LU YA, HARI INI GW SABAR MUNGKIN LAIN KALI LU BAKAL GW BIKIN MATI!"

Diam. Itulah yang aku lakukan, hanya membuang buang nafas saja melayaninya dan aku membalasnya dengan...

Senyuman

"HEH KENAPA LU SENYAM SENYUM? NANTANGIN HAH?, RASAIN NIH!"

Dia melayangkan bogem nya ke wajah ku, rasanya lumayan sakit dan membuat ku terjatuh ke lantai yang dingin.

'Hei hentikan'

Suara perempuan, jelas itu suara perempuan, suaranya terdengar khawatir, apa mungkin dia mengkhawatirkan keadaan ku? Itu pasti tidak.

"Keterlaluan kamu Man! Kamu mukulin dia, emang dia salah apa sama kamu?" Ucap gadis itu lirih.

Aku yang masih pusing mencoba berdiri...

"Heh kamu, kamu gak kenapa napa kan?"

"Gak apa apa, terimakasih buat peduli."

Aku lekas pergi dan tak memperdulikan mereka yang aku tebak adalah sepasang kekasih yang hubungan nya naik turun.

Di kamar mandi....

'Kling'

Ku basuh wajah ku, ku bersihkan semua kesedihan itu, agar orang tak mengetahuinya, ku tatap wajahku yang lebam dari kaca toilet.

Kulitku pucat, mungkin karena aku selalu bersedih..
Mataku bengkak, mungkin karena aku sering menangis..
Rambutku acak acakan, mungkin karena aku selalu gelisah..
Tubuhku kurus, mungkin karena aku terlalu depresi..

30 menit ku tatap cermin itu, terlihat siluet manusia sampah tak berguna...

'Krriiiiing'
Bel berbunyi tanda masuk kelas
.
.
.
.
.

Ku telusuri jalan setapak ini, jalan berlumpur yang di kanan dan kirinya ada pohon tua, jalan yang sepi dan hening, jalan yang penuh kenangan.

'Kresek kresek'

"Siapa Itu?!"
Suara daun yang berisik, memancing reflek ku.

"Mohon maaf aku telah mengikuti mu secara diam diam."

Gadis itu, gadis yang tadi pagi...dan pacarnya.

"Buat apa kau mengikuti ku?" Tanyaku dingin.

"Emm...anu aku mau minta maaf."

"Minta maaf untuk apa?"

"Emm...soal yang tadi pagi."

"Itu bukan salah mu, jadi sekarang pulanglah."

"..."

"Pulanglah!" Kataku sedikit menggertak.

Terlihat raut sedih diwajahnya, wajahnya yang tadinya bersinar perlahan redup dan menjadi gelap.

Ia mulai membalik badannya dan perlahan berjalan menjauh, dua langkah empat langkah semakin lama semakin menjauh, hilang ditelan kabut.

Apa aku terlalu kasar? Apa aku menyakiti perasaan nya? Sejak kapan aku jadi peduli dengan orang? Aneh rasanya.

"Aku harus minta maaf, aku ikuti dia."

Ku ikuti langkah nya, langkah yang berjalan cepat tanpa arah, sedih terasa di langkah langkah nya, langkah yang lirih.

'Jleger'
Hujan turun dengan derasnya, aku senang tapi masih ada rasa salah dalam diri.

Ku terus cari gadis itu, dimana dia aku tak tahu...

Mungkinkah dia?





MAAF YA KALAU CERITANYA KURANG SERU DAN SEDIKIT ADA SALAH-SALAH KATA...

ttd Penulis

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang