Cahaya Kesedihan

4 0 0
                                    

Aku mendengar tangisan....

Tangisan yang kencang dan begitu menyayat telinga, dan tangisan itu menuntunku melewati jalan yang berlumpur dan basah.

Hujan yang deras perlahan reda, membuat bunyi bunyi menegangkan, bunyi tetesan air itu memberi tahuku darimana suara tangisan itu berasal.

'Tik...'

"Suara itu?!"

'Tolong...tolong!'

Ku ikuti suara itu, semakin dekat langkahku semakin terasa juga suara itu. Dan, kulihat seorang gadis yang meminta tolong dengan suara yang lirih dan meringkuk di bawah pohon tua, dia menangis.

"Kau tidak apa apa?"

Dia menengok keatas, menunjukan air matanya yang mengalir.

"Ayo bangun." Ku ulurkan tanganku agar ia bisa bangun.

"Te.. terimakasih." Tangan lembutnya menyambut tangan ku yang kasar.

Ia mulai berdiri dan kulihat bajunya kotor dan basah karena hujan.

"Ayo kita ke rumah ku, kau bisa beristirahat di sana."

"Terimakasih." Dia menunduk

"Kau mau berjalan atau diam saja di sana?" Tanyaku sembari melangkah meninggalkan nya

"Eh tunggu aku!"

"Ayo."

Perjalanan ke rumahku yang sedikit kaku karena pada dasarnya aku adalah seorang yang pemalu dan malas bicara, dan dia tetap menunduk...

"Itu rumahku." Aku menunjuk sebuah bangunan tempat ku berteduh selama 21 tahun ini.

***

Cahaya itu mulai kembali, ketika sang lilin bertemu dengan korek yang membuat ia menyala, bersinar seperti sebelumnya, yang tak pernah bersinar akhirnya bersinar kembali.

Senyum ini mulai nampak, rasa ini mulai menjalar, kesedihan mulai pudar karena bahagia.

Sampai kapan ini terjadi?
Aku tak tahu...
Mungkin aku takkan pernah tahu...
Biar Tuhan yang mengatur...

***

"Aku pulang, ayo masuk."
"Terimakasih."
"Bajumu kotor sekali, kau boleh mandi, kamar mandinya disebelah sana."
"Terimakasih."
"Sama sama." Ku pergi menuju kamarku dan memejamkan mataku...

Mimpi...
Itulah yang aku rasakan sekarang...
Mimpi itu selalu datang...
Ketika semua pergi...

'JLEGER'

Suara petir membangunkan ku dari mimpi, dan aku lihat di kamar ku, didepan mataku...

"Ibu?"
Ku langsung bangun dan memeluk ibu ku.
"Ibu, aku rindu."
Tangis tak bisa ku bendung, air mata tak bisa ku tahan.

'Bletak'
Sebuah tamparan...

Aku tersadar dan ternyata itu bukan Ibu ku...

"M..maafkan aku."
"Kau seharusnya tidak begitu.."

Aku terduduk di kasur ku...

"Ibu..."
.
.
.

Hujan semakin deras dan petir saling sahut menyahut, malam yang dingin dan menyeramkan...

Malam itu terasa sangat lama, tidak seperti biasanya. Aku yang masih terduduk di kasur ku, mulai bangun karena kelaparan.

"Aku mau makan, eh dia sudah makan belum ya?" Aku menghampiri wanita yang belum aku ketahui namanya itu.
.
"Hei, mari makan."
"I..Iya."
.
Dimeja makan...

"Aku minta maaf ya soal yang tadi." Aku berusaha memecah keheningan

"I..iya, seharusnya aku yang minta maaf. Soalnya aku udah masuk kamar kamu tanpa izin."

"Gak apa apa kok, ayo lanjut makannya." Aku memaafkan nya

"Eh ngomong ngomong, nama kamu siapa? Dari tadi kita belum kenalan." Sambung ku memberanikan diri

"Namaku Kirana."

"Owh, nama ku Randy."
Kami berdua berjabat tangan, tangan ku yang kasar menjabat tangannya yang halus lagi lembut.

Petir menggelegar membelah langit, membuat malam itu semakin gelap dan sunyi tatkala mati lampu melanda rumahku.

Ku nyalakan lilin, dan menuju kamarku karena aku sudah kenyang dan Kirana menuju kamar bekas orang tua ku.

Baru saja aku menaruh pantatku di kasur ku yang empuk...

"AAAAAAAAAAA!!" Sebuah jeritan wanita, seperti suara Bibi.

Aku segera berlari menuju arah suara dengan membawa cahaya seadanya...

Dan yang kulihat sungguh mengejutkan....

DIA...



TERIMAKASIH BUAT SUPPORT!
TTD PENULIS

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang