Chapter 1 : Time to Travel

12 3 0
                                    

Linkin Park - Leave Out All The Rest
.
.
.
Happy reading 😉
.
.

Seolah waktu bergerak cukup cepat, keempat gadis itu saling berpengangan tangan. Mereka bersiap untuk dugaan terburuk, jika makhluk asing itu akan membunuh mereka mungkin? Hanya tinggal beberapa langkah lagi, sampai sosok asing itu tiba dihadapan mereka.

Di sisi lain, hujan meteor masih berlangsung. Namun, tidak sebesar saat awal pertama batu itu jatuh dan lubang yang menganga di tengah-tengah Blood Moon itu seolah mulai menunjukkan pergerakannya, semakin mengecil.

Tidak akan ada yang mengira bahwa hari yang dinantikan semua orang karena peristiwa istimewa itu, berakhir tragis dengan kerusakan parah yang di derita kota Jakarta, ini hanya sebatas dugaan. Apakah hanya Jakarta saja? Tidak dengan kota lain atau bahkan mungkin seluruh dunia?

Bahkan saat ini layar besar disepanjang jalan tidak sedang memberitakan tentang Super Blue Blood Moon yang menakjubkan, mereka sibuk memperkirakan seberapa banyak korban, kerugian dan kerusakan yang diperoleh.

"Kita bakalan mati!" Teriak Sara histeris, gadis ini terlihat frustasi.

"Diam bego!" Sungut Akira yang sangat tidak suka dengan pikiran negatif Sara. Meskipun pada kenyataannya mereka juga tidak bisa menyalahkan dugaan Sara. Namun Akira tak ingin menyerah meskipun jika itu hanya akan ada kemungkinan kecil.

"Apa kek gitu muka Alien? Kok mirip sih sama kita?" Reta memandang dua sosok yang sangat jelas berjenis kelamin pria, mukanya begitu mirip, memakai mantal dengan warna yang senada, dark blue. Mereka memakai kacamata, jam tangan dan semua yang menempel pada tubuh mereka benar-benar terlihat berbeda. Kenapa berbeda? Itu tidak seperti barang yang diproduksi dari dunia ini. Bahkan pesawat yang mendarat beberapa meter dari mereka pun terlihat berbeda, jauh lebih bagus dari pada visulisasi yang ada di film star war sekalipun. Mengagumkan tapi juga misterius!

"Kalian siapa?" Tanya Adel. Ia gugup, tapi ia juga tidak akan menyerah begitu saja. Tangannya masih memegang tangan Reta erat.

Keduanya memandangi keempat gadis itu bergantian, seolah berusaha menilai. Kemudian, diluar dugaan mereka berdua tersenyum yang sontak membuat keempat gadis itu memandangnya aneh.

"Aku Heno." Ungkap salah satu diantara dua pria itu. Keempat gadis itu membelalak, merasa terkejut saat menyadari bahwa pria asing ini mampu berbicara dengan bahasa mereka yaitu bahasa indonesia. Seketika mereka berempat saling berpandangan bingung dengan benak yang penuh dengan tanya.

Meskipun kedua pria asing ini terlihat mirip tapi postur tubuh Heno lebih kecil dari pada pria satunya.

"Aku Hero." Kali ini giliran pria yang disamping Hano memperkenalkan dirinya.

"Ini gila! Mereka bicara pakek bahasa kita loh!" Akhirnya Reta tak bisa lagi menyembunyikan keheranannya.

"Omg! Mereka kembar!" Bahkan Akira juga memekik saat menyadari kemiripan diantara keduanya.

"Gua nggak peduli ya, gua cuman pengen pulang sekarang!" Sara mulai menangis lagi dan kedua pria itu masih mengamati mereka.

"Kalian itu makhluk apa? dan dari mana?" Reta memberanikan diri untuk bertanya dengan gemetaran tentunya.

"Niat kalian apa?" Adel menambahi pertanyaan Reta.

"Kami?" Heno balik bertanya dan keempat gadis itu mengangguk kompak.

"Menjemput kalian!" Kali ini Hero yang menjawabnya sambil tersenyum. Dengan perawakan tinggi dengan tubuh tegap dan wajah yang terlihat serius, membuat Hero terlihat seperti memiliki watak keras sehingga senyuman itu terkesan menyeramkan. Adel dan Akira merasa tergidik, sementara Reta memandanginya dengan kagum, Sara sudah ketakutan.

SUPER BLUE BLOOD MOONWhere stories live. Discover now