FIRST IMPRESSION

27 0 0
                                    

Gerrald Budi Prasetya, sosok urakan yang aku kenal pertama kali di masa putih abu-abu ini. Dengan penampilan yang jauh dibilang dari kata "anak sekolahan" ini ditempatkan sekelas denganku.

Bagaimana tidak, awal pertemuan dimana semua murid memasang wajah polos dan lugu serta penampilan harus rapi nan jaim ini dia isi dengan rambut yang berantakan, baju seragam yang keluar dari singgasananya, dan paling parah dia tertidur di kelas saat guru baru berkenalan dengan kami satu per satu.

Pikiran buruk akan dirinyapun terus terisi dalam otakku. Di kelas, dia harus berdekatan denganku maksudnya dia duduk tepat di depanku sehingga dia harus selalu menatap wajahku membuatku kurang berkonsentrasi saat mata kami tak sengaja bertemu. Kelas ini memang di setting empat meja besar dalam satu kelas, dan satu meja ditempati sampai delapan siswa sehingga kami mengisi di berbagai macam sudut meja. Alasannya klasik, itu mempermudah kami untuk bekerja sama dan berdiskusi.

Dia benar-benar urakan, dia selalu berkata kasar. Tapi yang aneh, aku malah tertarik untuk mengenal dirinya lebih jauh lagi.

Menurutku, ada sesuatu dari dalam dirinya yang membuatku penasaran.

Selama tujuh jam kami bersama setiap harinya, selalu membentuk kelompok bersamanya membuat kami semakin dekat.

Tertawa bersamanya membuat hatiku sangat bahagia. Aneh. Apa yang aku rasakan? Kutepiskan segala macam pikiranku tentangnya, namun gagal. Setiap pikiran itu kosong, selalu nampak senyumannya di otakku. Apa ini yang namanya jatuh cinta? Tidak! Aku tidak boleh jatuh cinta dengan orang semacam dia, kuyakinkan diriku bahwa ini hanya perasaan sesaat.

Waktu telah bergulir,semakin lama kami semakin dekat. Sampai suatu hari, dia memulai percakapan melalui pesan singkat, klasik memang dengan alasan menanyakan tugas. Namun tak tersadar dalam benakku bahwa aku sangat senang menerima pesan itu. Bodoh. Dengan sigap aku selalu membalas pesan itu dengan kekuatan maksimum tanda aku sangat bersemangat dan tertarik berhubungan dengannya.

Dari awalnya tugas kini berlanjut dengan sapaan sederhana yaitu "hai" namun itu cukup untuk membuat hatiku loncat kegirangan. Mungkin aku benar-benar jatuh cinta, jatuh cinta kepada orang yang jauh dari kata "baik" namun bisa membuatku bahagia dan nyaman. Ya nyaman, itulah kunci cinta.

KECEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang