Sangatlah bersemangat hari ini, tepat tanggal 1 Maret 2014 ini dia kembali ke sekolah. Kurasakan tatapan matanya yang dingin saat menatapku, rasa ini sudah terhapus untuknya meski tidak semuanya namun aku masih tetap berjuang untuk memperjuangkannya.
Aku masih ingin mengetahui apa yang dia inginkan selama ini. Apa alasan dia menyemai cintaku, apa alasan dia meninggalkanku, dan apa alasan dia mencampakkanku? Hanya itu.
Aku merasa ada yang janggal saat sahabat-sahabatku berbisik-bisik tanda ada yang mereka sembunyikan dariku. Akupun mulai penasaran dengan apa yang mereka tahu namun aku tidak tahu. Akupun memberanikan diriku untuk bertanya apa yang terjadi? Mereka menunda waktu untuk bercerita, katanya “nanti aja di kafe, biar lebih leluasa ceritanya”.
Akupun menyimpan rasa penasaranku, Gerraldpun hanya berbicara sepatah dua kata denganku itupun dia tak mau menyebut namaku dan tak mau menatap mataku saat berbicara. Sebegitukah hinanya aku?Saat di kafe, mereka masih mengulur waktu untuk berbicara sampai aku bertanya “ada apa?” mereka hanya menjawab “hah? Cerita engga sih?” Tanya Priscil ke Sila. Aku rasa ini ada hubungannya dengan Gerrald, “Aku udah tahu kok tentang dia kan? Aku tahu kok, tapi ama siapa?” aku rasa Gerrald sedang dekat dengan orang lain karena tanpa sepengatahuan mereka aku menerima kode bisik mereka saat mereka bilang tentang “status” Gerrald di salah satu jejaring sosial.
Mereka hanya bertatapan, kemirisan ada di mata mereka. “Tapi jangan sedih ya? Kamu harus lupain dia, jangan suka lagi sama dia. Cari yang lain aja”.
Akupun mengangguk pasti, meski akupun tak yakin bahwa diriku akan baik-baik saja untuk mendengar ceritanya. Tak terasa air mata ini berdesakkan di sudut mataku, mencoba keluar namun dengan perjuangan aku menahannya. Aku tak mau terlihat sangat rapuh di depan para sahabatku, membuat mereka menyesal karena telah menceritakan semua.Ana, teman sekelasku yang katanya telah membuat Gerrald jatuh cinta. Aku mungkin sudah sedikit menghapus rasa ini untuknya, namun mengapa air mata ingin berjatuhan? Mungkin kecewa yang aku rasakan. Kutegaskan pada diriku sendiri bahwa aku sudah berhasil melupakannya, aku hanya kecewa tidak lebih. Kurasakan tatapan iba para sahabatku. “Jangan nangis, kamu masih sayang sama dia? Kita tahu ini semua karena teman-teman Gerrald selalu menyuruh Gerrald untuk menembak Ana dan kata Loli, Gerrald sangat mencintai Ana” jelas Sila.
"Bukan, aku cuma kecewa sama dia. Kalau aku sakit hati, pasti hati ini merasakannya. Tapi sekarang hatiku engga merasakan itu.” Kurasakan air mataku berlinang.
Tubuhku merasakan gelombang kekecewaan, tubuhku gemeteran.Akankah kuharus menelan semua berita pahit ini? Sampai malam menjelang, aku masih memikirkan tentang Gerrald. Mengapa dia setega ini? Mengapa dia melakukan itu padaku? Mengapa saat dia menyukaiku, tak boleh ada yang tahu? Namun, saat dia menyukai Ana semua dunia harus tahu bahkan semua teman lelaki yang biasanya cuek harus ikut mendukung perjuangan dia?
Betapa malunyakah dia bahwa semua orang tahu jika dia menyukaiku? Kurasakan kekecewaan yang teramat dahsyat, hingga tak terasa air mata ini meluncur begitu derasnya. Untunglah, aku berada di kamarku tempat dimana aku tak harus memasang senyuman palsu tempat dimana bahwa tak akan ada yang protes jika aku masih menyayangi Gerrald, namun jika tembok bisa berbicara mungkin dia akan berkata “Gerrald tidak pantas kau tangisi seperti ini” persis seperti kata sahabat-sahabatku yang tahu bagaimana perjalanan cintaku dengannya berlangsung.
Selama tiga hari aku terus menatapi kepedihanku sendiri. Meratapi nasib cintaku yang malang, perasaan iba dan kata-kata semangat terus sahabatku berikan padaku. Keadaanku kacau, sangat kacau jika dibanding aku yang dulu, aku yang selalu bahagia dan tersenyum.
Akupun selalu memasang senyuman palsu nan hambar di depan mereka, merasakan pisau tertancap dalam hatiku setiap Gerrald dan Ana dekat.
Ingin rasanya aku berlari keluar untuk pulang ke rumah tapi aku tak sepengecut itu. Aku terus menyimpan semua butiran air mataku, aku tak mungkin menumpahkan semuanya di depan sahabat-sahabatku. Namun aku bertekad, aku tak bisa terus-terusan begini. Aku tak bisa terus dikasihani sahabatku. aku tak bisa terus menyayat hatiku sendiri saat memikirkan Gerrald.
Oke ku tegaskan mulai sekarang, I'M DONE! THANK YOU, GERALD!

KAMU SEDANG MEMBACA
KECEWA
RomansaHi, Gerald. Bahagia itu pasti ada waktunya. Bila belum bahagia, berarti belum waktunya. ➖➖➖➖ Ini cerita lama yang aku temuka di laptop. Sepertinya ini cerita dibuat 2014. Daripada hanya disimpan sendiri, bukankah lebih baik dibagikan?