Setiap hari, kami selalu bersama. Sila, Priscil, Hida, dan Fatma adalah sahabat terbaikku, mereka adalah saksi akan kedekatanku dengan Gerrald. Mereka tak segan-segan untuk berkata “cieee” yang bisa membuat wajahku merah padam seperti kepiting rebus, namun saat kulirik Gerrald dia hanya tersenyum malu mendengar itu semua. Aaahhh… aku tak boleh percaya diri dulu, akankah dia juga mencintaiku seperti aku mencintainya?
Suatu hari, jam kosong menyelimuti kelas membuat rasa kantuk yang tak tertahankan, akupun mencoba tidur saat kulihat cowok di depanku ini juga tertidur. Sayup-sayup kudengar sorak “cieee” bergemuruh di kelas, membuatku membuka mataku yang belum stabil untuk terbuka ini. Ternyata mereka sedang menertawaiku dan Gerrald karena tangan kami berdua memanjang sehingga hampir berpegangan. Ah malu rasanya, Gerraldpun terbangun dan hanya tersenyum simpul melihat tangan kami.
Intensitas kenakalan Gerraldpun berkurang, entah karena apa dia bisa sedikit berubah. Namun aku senang akan itu semua, membuatku lebih percaya bahwa dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Hatikupun bimbang saat terdengar gosip bahwa Gerrald menyukai teman sekelas kami, Yuna.
Diapun tak segan-segan menggoda Yuna dan berkata bahwa dia menyukainya. Meskipun kurasa ada tersirat bercandaan disana namun kurasakan hatiku terkoyah, rasa sakit itu nyata tertancap dalam hati ini. Tapi apa daya, aku hanya bisa ikut tertawa bersama yang lainnya saat Gerrald menggoda Yuna.
Setahun berlalu, hubungan kami masih sebatas teman, sebatas kata cie. Namun akhir-akhir ini, dia sangat agresif di pesan singkat, membuat bunga-bunga bermekaran dalam hati ini karena rayuan manisnya.
Sungguh membingungkan, dilain sisi aku sangat bahagia berada di dekatnya, melukiskan pelangi dihari-hari yang kulewati bersamanya namun disisi lain, aku sangat bimbang apa dia hanya mempermainkanku saja.
Kekhawatiranku akan hal ini terus berkembang, namun aku tak membatasi jarak bersamanya. Aku resah, aku takut dia akan mencampakkanku ditengah perjalanan cintaku bersamanya, namun ketakutanku tak beralaskan karena dia masih berada di dekatku sampai detik ini.
Saat kubuka mata dipagi hari selalu ada namanya tertera di layar ponselku pertanda bahwa dia mengirim pesan singkat berisi “selamat pagi”. Itulah rutinitas kami setiap hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
KECEWA
RomanceHi, Gerald. Bahagia itu pasti ada waktunya. Bila belum bahagia, berarti belum waktunya. ➖➖➖➖ Ini cerita lama yang aku temuka di laptop. Sepertinya ini cerita dibuat 2014. Daripada hanya disimpan sendiri, bukankah lebih baik dibagikan?