Gadis itu menyesap teguk air, bibirnya diusap dengan lembut. Ia berdiri, bersiap ingin pulang sekarang, meski hujan sedari tadi tak kunjung berubah, tak henti derasnya.
"Mau aku antar pulang?" Tawar Renjun pelan, gadis itu segera menggeleng. Tersenyum manis, sembari menggerakkan tangannya lucu.
"Nggak usah, rumahku jauh," balas gadis itu sopan. "Nih, lihat, hampir jam 6, gawat kalau dicari Ibuku," lanjutnya seraya menampilkan jam tangannya, warna putih tulang.
"Ya sudah, hati-hati," ucap Renjun, gadis itu mengangguk lalu beranjak ke halte.
"Terima kasih untuk kedua kalinya! Kamu orang asing terbaik yang pernah aku temui."
Renjun diam, hanya menatap punggung gadis itu yang beranjak ke halte dengan menembus hujan lagi. Orang asing, ya?
Dasar nekat, pikir Renjun.
Renjun menepuk dahinya, lupa bertanya sekadar siapa nama gadis yang telah menciptakan jejak dihatinya. Air menetes membasahi jaket tercinta, Renjun menundukkan kepalanya, menatap lengannya yang basah dan uratnya terukir sebab dingin bukan main.
Tiba-tiba, Renjun terpikir sesuatu. Ia melepas jaketnya lalu kembali menghampiri gadis itu yang masih duduk di halte.
"Hei," panggil Renjun, gadis itu menoleh dan berdiri saat melihat sang adam menghampiri.
"Aku pikir kamu dijemput?" Tanya Yireon.
"Aku memang dijemput, sih. Tapi yang jemput aku belum dateng, mungkin sebentar lagi." Ucapannya itu hanya disahuti oh-ria oleh si lawan bicara.
"Ngomong-ngomong, nih." Cecar Renjun seraya memberikan jaketnya.
"Apa? Nggak usah, aku nggak mau ngerepotin." Gadis itu menolak, Renjun menggeleng tak setuju.
"Harus." Paksa Renjun, walaupun nafasnya tercekat. "Aku nggak mau kamu sakit," ucapnya nyaris berbisik, bahkan dirinya sendiri tak bisa mendengarnya.
"Hah? Kamu bicara apa tadi? Aku nggak dengar." Renjun menghela nafasnya lega, karena gadis itu tak mendengar ucapannya.
"Bukan apa-apa, nih dipakai," sahut Renjun, gadis itu menerima jaket miliknya. Maniknya terukir cerita yang tak terucapkan.
"Terima kasih lagi, lagi, dan lagi," ucapnya. "Biar jaket ini sampai ke tanganmu lagi, biar aku tanya namamu." Hari ini jelas hari keberuntungan Renjun.
"Renjun," balasnya singkat.
"Aku Yireon, senang bisa bertemu denganmu! Kita bertemu lagi disini hari Sabtu, sekarang aku pulang dulu!" Gadis periang itu kemudian berlari ke dalam bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVONDRUST, RENJUN
Short StoryMata sayu yang sepadan bak kalbu sebesar Himalaya, menatap Renjun dengan penuh cinta. © THE1972